Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wajib Dipahami, 6 Cara Menasihati Tanpa Menjatuhkan Mental 

cara menasehati tanpa menjatuhkan mental (pixabay.com/StockSnap)
cara menasehati tanpa menjatuhkan mental (pixabay.com/StockSnap)

Setiap manusia, pasti tak luput dari yang namanya kesalahan. Maka tak heran kalau banyak orang di sekitar yang berusaha mengingatkan dengan cara menasihati. Sayangnya, tak jarang nasihat-nasihat yang disampaikan justru menyakiti hati si penerima nasihat. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? Ya, jawabannya karena kurangnya pemahaman si penasihat tentang etika-etika dalam memberikan nasihat. Sama seperti menerima seorang tamu, memberi nasihat juga memiliki beberapa adab yang harus diperhatikan, lho. 

Biar isi nasihat kamu tersampaikan dengan baik tanpa menyakiti mental si pendengar nasihat, kamu perlu memahami enam cara menyampaikan nasihat berikut ini. Keep reading!

1. Menasihati secara privat

ilustrasi menasehati secara privat (pixabay.com/StockSnap)
ilustrasi menasehati secara privat (pixabay.com/StockSnap)

Yang paling utama dalam memberikan nasihat adalah jangan sekali-sekali menyampaikan nasihat di depan umum. Bukannya fokus pada nasihatmu, si pendengar nasihat justru terluka karena merasa telah dijatuhkan di muka umum. 

Tentu saja secara gak langsung hal ini bisa mempengaruhi kesehatan mental si pendengar nasihat. Jadi, akan lebih baik kalau kamu menyampaikan nasihatmu secara privat untuk menghargai perasaan si penerima nasihat juga. 

2. Menggunakan tutur kata yang baik dan sopan

ilustrasi bertutur kata yang baik dan sopan (pixabay.com/StockSnap)
ilustrasi bertutur kata yang baik dan sopan (pixabay.com/StockSnap)

Dalam keadaan terguncang, orang-orang pasti menjadi lebih mudah tersinggung dan gampang baperan. Maka sebagai pemberi nasihat yang bijaksana, kamu harus menggunakan tutur kata yang baik dan sopan.

Hal tersebut agar supaya orang dinasihati juga tidak merasa sedang digurui. Pengunaan tutur kata yang baik dan sopan ini juga menjadi bentuk kepedulian kamu terhadap kesehatan mental si pendengar nasihat. 

3. Memastikan kebenaran terlebih dahulu

ilustrasi memastikan kebenaran terlebih dahulu (pixabay.com/moritz320)
ilustrasi memastikan kebenaran terlebih dahulu (pixabay.com/moritz320)

Tak jarang, orang-orang menasihati tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu dan langsung menghakimi. Nah, kamu jangan menjadi orang yang seperti ini, ya. Usahakan kamu harus mencari tahu kebenaran yang terjadi agar orang kamu nasihati tidak menjadi kecewa dan tertuduh. 

Kalau orang tersebut, memang melakukan kesalahan, kamu bisa, kok, untuk mengajaknya berdiskusi secara sopan dari sudut pandang yang berbeda. Dalam hal ini, berbicara secara mendalam dari hati ke hati, akan lebih baik dilakukan dari pada mengungkit kesalahannya. 

4. Tidak memaksakan nasihat

ilustrasi tidak memaksakan nasehat (pixabay.com/aymanejed)
ilustrasi tidak memaksakan nasehat (pixabay.com/aymanejed)

Satu lagi yang sering dilupakan oleh banyak orang adalah tujuan menasihati. Bukannya memberikan nasihat dengan lapang dada, si penasihat justru lebih banyak menggurui hingga menghakimi. 

Tak jarang juga malah memaksakan nasihatnya. Tentu saja hal ini menjadi tidak baik karena akan membuat mental si penerima nasihat menjadi semakin tertekan. Maka dari itu, memberikan nasihat harus dengan ikhlas, ya. 

5. Menasihati dengan kesabaran

ilustrasi menasehati dengan kesabaran (pixabay.com/StockSnap)
ilustrasi menasehati dengan kesabaran (pixabay.com/StockSnap)

Gak kalah penting adalah menasihati dengan penuh kesabaran. Kamu pasti sering melihat orang dinasihati dengan kata-kata yang kasar, bukan? Coba sekarang dibalik, bagaimana rasanya kalau kamu berada di posisi si penerima nasihat? Pasti gak enak, bukan? 

Yups, tentu saja. Sejatinya, saat melakukan kesalahan, orang-orang tahu kalau mereka telah berbuat salah namun yang mereka butuhkan saat itu adalah solusi terbaik dari si penasihat, bukannya lontaran kata-kata kasar. 

6. Tidak memprovokasi

ilustrasi tidak memprovokasi (pixabay.com/jamesoladujoye))
ilustrasi tidak memprovokasi (pixabay.com/jamesoladujoye))

Terakhir, nasihat tidak boleh memprovokasi atau memancing pertengkaran. Di saat sedang kalut, beberapa penerima nasihat justru mudah terpancing emosinya.

Nah, ingat peran kamu disini hanya untuk menasihatinya agar tetap berada di jalan yang benar, bukan malah memancing emosi si penerima nasihat. 

Gimana? Sudah tahu, kan, bagaimana adab dan cara memberi nasihat tanpa menjatuhkan mental seseorang? Semoga bisa bermanfaat, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Kata-kata Poster Cegah Stunting, Memberi Edukasi Masyarakat!

04 Sep 2025, 11:15 WIBLife