Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kala Batik Menemukan Napas Baru di Siklus 3.0 OE x Wilsen Willim

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.44_a79b838a.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)
Intinya sih...
  • Koleksi Siklus 3.0 menghadirkan batik cap dari Pekalongan dalam bentuk yang ringan, fleksibel, dan mudah dikenakan sehari-hari.
  • Palet warna universal seperti hitam, putih, merah, hijau, dan biru hadir dengan narasi mendalam yang ramah bagi generasi baru.
  • Koleksi ini menghadirkan berbagai potongan siap pakai dengan siluet modern yang tetap menghormati akar tradisi batik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Seperti bumi yang terus berputar, batik pun hidup dalam siklus yang tak pernah berhenti. Ia lahir dari tradisi, tumbuh bersama waktu, dan kini menari di ruang modern tanpa kehilangan jiwanya. Di tangan OE dan Wilsen Willim, batik menemukan bentuk baru melalui koleksi “Siklus 3.0”, sebuah perjalanan yang bukan sekadar estetika, tapi juga penghormatan terhadap warisan yang terus berevolusi.

“Batik itu seperti hidup,” ujar Wilsen Willim, dalam rilis yang diterima IDN Times.

“Ada pola, ada ritme, ada proses berulang yang membawa kita kembali pada jati diri,” lanjutnya.

Dengan filosofi itu, Siklus 3.0 hadir sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan. Koleksi ini juga menjadi penyambung antara tangan pengrajin dan generasi urban yang ingin mengenakan budaya tanpa kehilangan kepraktisan.

1. Dari tradisi ke transformasi

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.45_d5104a3b.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Koleksi Siklus 3.0 bukan hanya tentang batik, melainkan tentang bagaimana warisan leluhur bisa beradaptasi dengan ritme dunia modern. Mengusung motif kincir khas Wilsen Willim, koleksi ini menghadirkan batik cap dari Pekalongan dalam bentuk yang ringan, fleksibel, dan mudah dikenakan karena menyatu dengan kehidupan sehari-hari.

Busana-busana dalam koleksi ini tak lagi terjebak dalam gaya seremonial. Semuanya bisa hadir di ruang kerja, kafe, hingga perayaan malam.

“Kami ingin mengembalikan batik ke pangkuan keseharian karena batik bukan hanya untuk acara formal, tapi untuk setiap momen hidup,” ungkap Dey Fitria, Head of Marketing OE.

2. Palet warna yang menyapa semua generasi

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.44_1914439f.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Hitam, putih, merah, hijau, dan biru, menjadikan Siklus 3.0 berada di antara warna-warna universal yang melintasi usia dan selera. Namun di balik kesederhanaannya, setiap warna mengandung narasi yang mendalam. Hitam menghadirkan kekuatan, putih menyimbolkan keseimbangan, sementara merah dan hijau berdenyut seperti kehidupan yang terus tumbuh.

Warna-warna polos dipadukan dengan bidang bermotif batik cap, menciptakan kesan dinamis yang ramah bagi mereka yang baru mulai berkenalan dengan tradisi. Inilah cara OE dan Wilsen memecah stigma bila batik tidak harus berat, tidak harus tua, tapi tetap bermakna dan berkarakter.

3. Siluet modern yang tetap menghormati akar

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.44_b085ad65.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Koleksi ini menghadirkan berbagai potongan siap pakai. Mulai dari kemeja dan kebaya janggan hingga jaket, rok, dan dasi, semuanya berpadu antara keanggunan tradisi dan semangat urban.

Bentuk-bentuknya tegas tapi tetap lentur, seperti tarian antara konvensi dan kebebasan. Di tangan Wilsen, siluet minimalis pun menjadi medium untuk bercerita tentang kesederhanaan yang berkelas.

“Kami ingin menunjukkan bahwa batik tidak perlu ‘berusaha keras’ untuk terlihat modern. Cukup menjadi diri sendiri, itu sudah elegan,” katanya. “.”

4. Kolaborasi yang merayakan keragaman kreatif

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.45_78284276.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Lebih dari sekadar kolaborasi mode, Siklus 3.0 adalah pertemuan dua dunia yang berpadu sempurna antara OE dengan kekayaan perajin lokal, dan Wilsen Willim dengan sentuhan seni kontemporer. Dengan dukungan dari BRI dan Make Over, serta kehadiran aksesori dari Optik Seis dan Bocorocco, koleksi ini tampil sebagai perayaan ekosistem kreatif Indonesia.

Tak hanya itu, kehadiran 15 muse, dari Faradina Mufti hingga Twinda Rarasati, menjadi representasi nyata dari semangat inklusif. Mereka bukan sekadar model, tapi perwujudan dari pesan koleksi bahwa batik milik semua orang, tanpa batas gender, profesi, atau usia.

5. Batik yang hidup di setiap detak zaman

WhatsApp Image 2025-10-23 at 21.28.45_b7e9d04f.jpg
Koleksi Siklus 3.0 dari OE x Wilsen Willim di Langham Fashion Soiree 2025. 22 Oktober 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Koleksi ini menemukan panggungnya di The Langham Jakarta lewat gelaran Langham Fashion Soiree, Selasa (22/10/2025), tempat kemewahan dan budaya berpadu dalam harmoni yang menenangkan. Dengan 32 tampilan yang mengalir seperti narasi kehidupan, setiap busana menjadi bab kecil dalam kisah panjang batik yang terus berputar.

Dari sana, batik tak lagi sekadar kain. Ia menjelma menjadi bahasa universal tentang cinta, kontinuitas, dan kebanggaan.

Siklus 3.0 adalah tentang perjalanan yang tak pernah usai. Kita semua bagian dari siklus itu dan menghidupkan kembali tradisi dengan cara kita sendiri,” pungkas Wilsen menutup peragaan.

Lewat Siklus 3.0, OE dan Wilsen Willim mengingatkan kita bahwa budaya bukan benda mati, melainkan organisme yang terus tumbuh bersama zaman. Setiap jahitan, setiap warna, setiap kincir yang berputar menjadi simbol dari perjalanan manusia yang tak henti mencari keseimbangan.

Seperti siklus yang selalu kembali ke titik awalnya, koleksi ini membawa batik pulang ke tempat asalnya, baik ke tubuh, ke hati, maupun ke kehidupan sehari-hari. Ia tak lagi hanya dikenakan, tapi dihidupi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Red Flags Perusahaan yang Diam-Diam Bikin Burnout, Waspada!

24 Okt 2025, 12:15 WIBLife