Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan Seks

Platform edukasi seks ini bisa menjadi safe space

Atsil Wasilah atau yang akrab disapa Sisil merupakan seorang content creator yang fokus memberikan edukasi seputar seks dan kesehatan reproduksi di akun media sosialnya. Sejak 2018, ia fokus mendirikan platform edukasi seks tersebut dengan harapan bisa menjadikannya sebagai ruang aman bagi audiensnya.

Sisil membagikan kisahnya dalam wawancara khusus bersama IDN Times yang dilaksanakan pada Jumat (17/12/2021), pukul 13.00 WIB. Selain membahas perjalanan hidupnya, ada beberapa insight menarik seputar pendidikan seks yang wajib kamu ketahui. Simak ceritanya di bawah ini!

1. Inisiatif untuk membuat konten seputar edukasi seks dimulainya sejak tahun 2018

Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Sisilism merupakan sebuah platform edukasi seks yang berjalan sejak tahun 2018.

"Saat itu, aku tuh gemas kok gak ada influencer yang fokus ngomongin atau niche-nya itu sex education. Kalau yang ngomongin relationship sih ada," tutur Sisil.

Ia mengaku bahwa tajuk gerakan ini diadaptasi dari nama panggilannya sendiri. Sisil membagikan kisah awalnya mendirikan platform ini,

"Awalnya itu dari Instagram pribadi, tapi aku ganti namanya. Akhirnya, sekarang semua medsos yang tadinya personal aku manfaatkan untuk upload konten".

Di tahun yang sama, perempuan berusia 26 tahun ini memutuskan untuk pindah ke Bali.

"Aku keluar dari pekerjaan 9 to 5. Di sana aku memberanikan diri untuk buat video. Semua proses awal sampai akhir pembuatan video aku kerjakan semuanya sendiri," ungkapnya.

Titik baliknya dimulai saat salah satu konten videonya viral dan mendapat 1 juta penonton.

"Akhirnya aku mikir, buset kayanya ini aku udah kecemplung, yaudah deh berenang aja sekalian ya kan," tutur Sisil seraya tertawa.

Sejak saat itu, ada banyak DM (direct message) yang masuk ke akun media sosialnya. Isi pesannya pun beragam, mulai dari menanyakan hal-hal seputar edukasi seks sampai meminta pertolongan. 

2. "Visi misinya adalah membangun safe space untuk semua orang," ujar Sisil

Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Sisil merasa bahwa visi misi dari gerakan ini sangat sederhana.

"Tujuannya adalah biar kita semua bisa menerima perbedaan. Buat aku, pendidikan seks itu basic human rights banget, yang semua orang wajib punya," ujarnya.

Berkaca dari pengalamannya sendiri, Sisil merasa bahwa edukasi seputar seks kurang didapatkan dengan komprehensif dalam ranah pendidikan formal. Hal itu membuatnya semakin yakin untuk menyebarkan edukasi tersebut. Ia rutin mengajar di berbagai kegiatan webinar serta mengadakan kelas mingguan sepanjang tahun 2021 dengan tim Sisilism.

Lebih lanjutnya Sisil menuturkan, "Visi misinya adalah membangun safe space untuk semua orang. Agar semuanya bisa berekspresi, gak takut buat nanya, dan paham boundaries. Sesimpel pengen mereka bisa menerima diri sendiri serta menghargai orang lain".

Target audiens utama Sisilism adalah remaja sampai dewasa muda dalam rentang usia 16-25 tahun. Untuk memperluas penyebaran kontennya, Sisil fokus mengembangkan konten di berbagai media sosial. Ia juga berusaha tetap konsisten dalam mengunggah konten untuk mempertahankan engagement.

Di tahun keempat perjalanan platform edukasi ini, Sisilism telah berkolaborasi dengan berbagai organisasi dan yayasan. Mulai dari institusi pendidikan formal sampai NGO (Non-Governmental Organisation).

3. Pembuatan konten Sisilism diadopsi dari kurikulum pendidikan seks yang dibuat oleh UNFPA

Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Sisil menyandang gelar sarjana di bidang Ekonomi, tepatnya dalam ranah Manajemen & Bisnis. Background pendidikan yang berbeda dengan pekerjaan yang ditekuninya saat ini membuatnya sering dipandang sebelah mata.

"Dari SMP aku selalu penasaran dengan edukasi seputar seks. Ketika bertanya ke orangtua, aku gak pernah puas dengan jawabannya. Soalnya, malah sering dijawab dengan hal-hal mitos," tuturnya.

Sebagai seorang remaja yang bertumbuh dengan internet, Sisil pun memuaskan rasa ingin tahunya dengan banyak membaca artikel dan jurnal yang tersedia secara online. Sisil melahap seluruh sumber informasi kesehatan yang bisa ditemukannya di internet. Dari mulai forum media kesehatan berbahasa Indonesia yang saat itu masih terbatas halamannya, sampai berbagai jurnal kesehatan berbahasa Inggris.

Passion tersebut berlanjut sampai ia duduk di bangku SMA. Sisil yang waktu itu bercita-cita sebagai psikolog sadar bahwa edukasi seks ini masih belum merata di kalangan teman-teman perempuannya.

Ia mengatakan, "Ketika bercanda yang menyinggung hal porno sama teman-teman cowok, mereka tuh gak ngerti. Terus, aku mikir gimana ya kalo mereka dibego-begoin sama pacarnya?".

Meskipun masalah itu kedengaran sederhana, momen tersebut membuat Sisil tergerak untuk mempelajari isu ini lebih dalam. Untuk mendapat kurikulum pendidikan seks yang lebih ajek dan komprehensif, Sisil dan empat rekan timnya menempuh pendidikan bersertifikasi dari One Love foundation.

Tim Sisil terdiri dari 1 lulusan psikologi, 2 mahasiswa psikologi, serta 1 orang yang sedang menempuh S2 pendidikan biologi. Mereka pun banyak mengadopsi kurikulum dari UNFPA (The United Nations Population Fund).

"Pendidikan seks itu komprehensif dan kompleks. Bukan hanya perihal reproduksi sebetulnya, tapi ada relasi di situ," ujarnya.

Kurikulum yang diadopsi dari NGO luar negeri itu pun diracik kembali oleh timnya untuk disesuaikan dengan kultur dan budaya di Indonesia.

4. Bicara soal pentingnya pemahaman boundaries dan consent ala Sisil

dm-player
Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Ketika ditanya tentang seberapa pentingnya pendidikan seks, Sisil menjawab dengan yakin.

"Penting banget! Sex education itu hak asasi manusia. Aku pun kalau ngeliat kurikulumnya takjub. Selama ini kita cuma tahu ilmu biologinya, tapi ada juga bahasan soal hubungan serta attachment kita dengan keluarga".

Ia mengatakan bahwa ranah keilmuan ini sebenarnya sangat komprehensif dengan perjalanan hidup manusia.

Sisil melanjutkan, "Kita juga belajar soal boundaries. Gimana caranya kita bisa menerima diri sendiri? Hal itu bikin kita bisa menghormati dan menghargai orang lain. Sehingga nanti perbedaan itu bukan lagi hal yang aneh".

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pemahaman soal boundaries ini akan memengaruhi cara seseorang menjaga kesehatan mental, berkomunikasi dengan pasangan, serta menjaga relasi dengan orang terdekat.

Menurut Sisil, hal ini menjadi salah satu akar masalah dari maraknya kasus kekerasan seksual di Indonesia. Pemahaman soal apa itu 'batasan' juga bisa dimulai dari pemberian kepercayaan dan ruang privacy dari orangtua kepada anaknya.

"Contoh lainnya, perihal consent. Gimana kita meminta izin sebelum kita menyentuh orang lain atau melakukan apa pun ke orang lain. Kalau kita paham dua hal itu, aku rasa angka kekerasan seksual bisa turun banget," tambahnya.

Dalam sesi wawancara, perempuan yang berdomisili di Jakarta ini menuturkan pendapatnya tentang banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dibagikan di media sosial belakangan ini.

Ia mengatakan, "Aku sedih banget. Ini tuh sebenarnya cuma perkara consent, menghormati tubuh orang lain, dan menjaga pikiran kita".

Baca Juga: Kisah Inspiratif di Balik Komunitas Finansial Kampus Keuangan Keluarga

5. Sempat mengalami berbagai tantangan, tapi Sisil yakin bahwa perjuangannya mengedukasi seks punya peranan penting

Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Di tahun pertama Sisil mulai membuat konten terkait pendidikan seks, ia sempat mendapat kecaman keras dari orangtuanya.

"Awalnya challenging banget. Orangtua sempat menghardik pilihanku untuk mengedukasi di medsos. Aku kasih pengertian bahwa aku gak pernah membicarakan hal personal, tapi semuanya pure edukasi".

Seiring dengan berjalannya waktu, orangtua dan kerabat terdekatnya mulai memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan Sisil. Penerimaan dari pihak keluarga serta support system yang kuat membuatnya semakin yakin untuk mengembangkan platform Sisilism.

Kendala lainnya yang dialami oleh Sisil berkaitan dengan masalah teknis di media sosial. Mulai dari akun Instagram yang sempat hilang tiga kali sampai akun TikTok yang mendapat temporarily banned.

"Banyak banget konten aku yang ke-take down. Padahal aku pengen jujur ngomongin apa pun tentang masalah ketubuhan. Gak pengen diselimutin dengan kata-kata lain atau diperhalus. Ini kan bahasa biologi, kenapa harus digituin?" tutur Sisil mengungkapkan keluh kesahnya.

Tantangan untuk berpacu dengan algoritma dan AI (Artificial intelligence) media sosial harus dihadapinya selama beberapa tahun ini. Walau harus bertemu dengan banyak kesulitan, Sisil tetap mensyukuri banyak hal yang didapatkannya dari pengalamannya bergelut membangun gerakan ini.

"Aku sempat membuka e-mail untuk khalayak umum. Ada sekitar 1.000-2.000 pesan yang masuk di sana. Jadi, benar-benar safe space untuk mereka bercerita," katanya sambil tersenyum.

Tingginya antusiasme audiens untuk berbagi pengalaman mereka atau sekadar menanyakan informasi bagi Sisil merupakan hal yang paling berharga.

Ia mengatakan, "Ceritanya bermacam-macam. Hal ini bikin aku mikir walau sesusah apa pun mereka, semuanya masih bertahan".

Selain itu, ia pun berharap bahwa audiens bisa membagikan konten dari Sisilism sebagai perpanjangan tangan dari edukasi seks yang diupayakannya.

6. Ini definisi perempuan hebat ala Sisil!

Profil Sisilism, Content Creator yang Fokus dengan Isu Pendidikan SeksDok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)

Di akhir sesi wawancara, IDN Times dan Sisil mengobrol soal tantangan yang dihadapi para perempuan di Indonesia. Menurut Sisil, ada satu masalah nyata yang hampir dialami oleh seluruh perempuan.

"Perempuan di sini tuh seakan-akan harus meminta izin atau butuh validasi dari orang lain untuk melakukan sesuatu. Itu secara gak langsung berpengaruh ke semuanya. Selalu ada something holding them back, menahan mereka untuk meraih sesuatu," katanya.

Sisil yakin bahwa tantangan itu bisa dihadapi ketika perempuan bisa berdiri untuk dirinya sendiri.

"Padahal yang bertanggung jawab untuk hidup kita adalah diri kita sendiri. Kenapa gak kita izinin aja diri kita untuk melangkah," ujar perempuan yang mengidolakan Agnez Mo ini.

 

Lebih lengkapnya, Sisil mengatakan, "Perempuan yang bisa stand up for herself itu hebat! Mereka punya prinsip yang kuat buat dirinya. Apa pun yang terjadi dia bisa berdiri untuk dirinya sendiri".

Untuk menutup sesi wawancara, ia pun menitipkan pesan untuk para perempuan Millennials dan Gen Z yang membaca kisahnya di artikel ini.

"Jangan takut! Pokoknya jangan pernah takut dengan apa pun yang kamu inginkan dan menjadi sosok yang kamu mau," ujarnya.

Itu dia rangkuman wawancara #AkuPerempuan IDN Times dengan Sisil. Ada banyak pelajaran penting yang bisa kita petik dari perbincangan ini, kan? Semoga upaya Sisil untuk memberikan edukasi seks bisa membawa dampak positif, ya!

Baca Juga: Kisah Inspiratif dari Komunitas Nona, Ingin Berantas Stigma Menstruasi

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya