Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal yang Dilakukan Pelaku Love Bombing untuk Mengontrol Pasangannya

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Katerina Holmes)

Love bombing adalah bentuk manipulasi dalam hubungan yang dilakukan dengan memberi perhatian, pujian, dan kasih sayang yang berlebihan untuk mengontrol pasangan. Pelaku love bombing sering kali membuat pasangannya merasa istimewa di awal hubungan, tetapi seiring waktu, perhatian itu berubah menjadi alat untuk mengendalikan.

Banyak orang yang terjebak dalam dinamika ini tanpa menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi. Pelaku love bombing biasanya tidak menunjukkan niat buruk secara langsung, tetapi tindakan mereka bertujuan untuk mendapatkan dominasi emosional.

Supaya kamu terhindar dari hal tersebut, yuk simak ketujuh hal yang dilakukan pelaku love bombing untuk mengontrol pasangannya berikut ini. Let's scroll down!

1. Memberikan pujian berlebihan dan tidak realistis

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Katerina Holmes)

Pada tahap awal hubungan, pelaku love bombing sering memberikan pujian yang berlebihan. Mereka akan memuji pasangannya secara terus-menerus, bahkan untuk hal-hal yang sepele. Setiap aspek dari pasangan, mulai dari penampilan hingga kebiasaan kecil, akan dijadikan alasan untuk melontarkan sanjungan yang tampaknya tulus.

Pujian ini sebenarnya memiliki tujuan terselubung, yaitu membuat pasangan merasa istimewa dan terikat secara emosional dengan cepat. Ketika seseorang menerima perlakuan istimewa secara terus-menerus, mereka cenderung menjadi lebih terbuka dan percaya pada pelaku love bombing. Ketergantungan emosional mulai terbentuk, yang nantinya akan dimanfaatkan untuk mengontrol pasangan.

2. Menghabiskan waktu bersama secara berlebihan

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Andres Ayrton)

Pelaku love bombing sering kali berusaha untuk selalu bersama pasangannya, bahkan dalam waktu yang sangat intens. Mereka akan membuat rencana setiap hari dan menginginkan pasangan untuk selalu ada di dekat mereka. Hal ini bisa terlihat seperti bentuk kasih sayang yang mendalam, tetapi sebenarnya merupakan cara untuk mengisolasi pasangan dari lingkungan sosialnya.

Dengan membatasi waktu pasangan bersama keluarga atau teman, pelaku love bombing menciptakan kondisi di mana pasangan hanya bergantung pada mereka. Dalam jangka panjang, korban akan merasa bahwa dunia mereka berpusat pada hubungan tersebut dan kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari pelaku.

3. Memberikan hadiah dan gestur romantis secara berlebihan

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Pelaku love bombing sering menggunakan hadiah, kejutan, atau gestur romantis yang berlebihan sebagai alat kontrol. Mereka akan memberikan barang-barang mahal atau melakukan tindakan ekstrem untuk menunjukkan rasa cinta. Pada awalnya, tindakan ini terlihat seperti bentuk perhatian yang luar biasa, tetapi seiring waktu, hadiah-hadiah tersebut menjadi alat untuk menciptakan ketergantungan emosional.

Korban akan mulai merasa berutang budi dan kesulitan untuk menolak permintaan atau keinginan pelaku. Gestur romantis yang awalnya dianggap menyenangkan akhirnya berubah menjadi tekanan emosional yang membuat pasangan sulit untuk keluar dari hubungan tersebut.

4. Menuntut balasan atas perhatian yang diberikan

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Antoni Shkraba)

Setelah memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa, pelaku love bombing akan mulai menuntut balasan. Mereka akan membuat pasangan merasa bersalah jika tidak memberikan respons yang sesuai dengan harapan mereka. Kalimat-kalimat manipulatif sering digunakan untuk membuat pasangan merasa berutang budi.

Dengan cara ini, pelaku love bombing menciptakan situasi di mana pasangan merasa harus selalu menuruti keinginan mereka. Tekanan emosional ini membuat korban sulit untuk mempertahankan batasan pribadi dan sering kali menyerah pada tuntutan yang tidak sehat.

5. Mengontrol keputusan dan kehidupan pasangan

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/Budgeron Bach)

Seiring berjalannya waktu, pelaku love bombing akan mulai menunjukkan sifat dominan dalam hubungan. Mereka akan mencoba mengontrol keputusan pasangan, baik yang kecil maupun besar. Hal ini bisa dimulai dari keputusan sederhana, seperti memilih tempat makan, hingga keputusan yang lebih besar, seperti pekerjaan atau pergaulan. Pelaku love bombing sering kali menyamaratakan kontrol mereka sebagai bentuk kepedulian.

Mereka akan mengatakan bahwa mereka hanya ingin yang terbaik untuk pasangan, padahal sebenarnya mereka ingin memastikan bahwa pasangan tidak memiliki kendali penuh atas kehidupannya sendiri. Ketika korban mulai kehilangan kendali atas keputusan pribadi, mereka menjadi semakin tergantung pada pelaku, yang memperkuat dominasi emosional dalam hubungan.

6. Menciptakan drama dan rasa bersalah

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/cottonbro studio)

Pelaku love bombing tidak segan-segan menciptakan drama dalam hubungan untuk mempertahankan kendali. Mereka bisa menjadi sangat emosional dan melebih-lebihkan masalah kecil agar pasangan merasa bersalah. Jika pasangan tidak merespons dengan cara yang diinginkan, pelaku love bombing akan menunjukkan kekecewaan yang berlebihan, menangis, atau bahkan mengancam untuk mengakhiri hubungan.

Tindakan ini bertujuan untuk membuat pasangan takut kehilangan mereka dan terus berusaha memenuhi ekspektasi yang diberikan. Dengan memainkan peran sebagai korban, pelaku love bombing membuat pasangan merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka, sehingga pasangan semakin sulit untuk melawan atau meninggalkan hubungan tersebut.

7. Menarik kembali kasih sayang secara tiba-tiba

ilustrasi pria melakukan love bombing (pexels.com/cottonbro studio)

Setelah membanjiri pasangan dengan kasih sayang dan perhatian, pelaku love bombing sering kali tiba-tiba menarik diri. Mereka bisa menjadi dingin, tidak peduli, atau bahkan mengabaikan pasangan tanpa alasan yang jelas.

Perubahan sikap yang drastis ini akan membuat pasangan kebingungan dan berusaha lebih keras untuk mendapatkan kembali perhatian mereka. Korban sering kali mulai mempertanyakan diri sendiri dan merasa bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah.

Dalam kondisi ini, pelaku love bombing menciptakan ketergantungan emosional yang semakin kuat. Pasangan akan merasa bahwa mereka harus terus berusaha untuk menyenangkan pelaku agar mendapatkan kembali kasih sayang yang pernah diberikan.

Hubungan yang sehat harus didasarkan pada keseimbangan, kebebasan, dan saling menghormati. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini dapat membantu seseorang untuk menghindari hubungan yang manipulatif dan menjaga kesejahteraan emosional mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us