Budaya Patriarki Jadi Salah Satu Hambatan Perempuan RI Berpolitik

- Penelitian WRI temukan hambatan perempuan dalam berpolitik, seperti budaya patriarki dan kevakuman perlindungan hukum.
- 82 persen perempuan berpolitik alami peningkatan intensitas kekerasan pada Pemilu 2024, namun 69 persen tidak melaporkan insiden kekerasan yang dialami.
Jakarta, IDN Times - Women Research Institute (WRI) melakukan penelitian bertajuk "Kekerasan terhadap Perempuan Pemilu 2024." Penelitian itu dilakukan pada 1 Juli 2024 hingga 10 Januari 2025.
Direktur Eksekutif WRI, Sita Aripurnami, mengatakan, penelitiannya melibatkan 270 perempuan dan laki-laki.
"Penelitian ini menganalisis dinamika kekerasan terhadap perempuan pada Pemulu 2024," ujar Sita dalam keterangannya, dikutip Minggu (9/3/2025).
1. Hambatan perempuan berpolitik

Dalam penelitian tersebut, salah satu temuannya yakni hambatan perempuan dalam berpolitik. Sita memaparkan, hambatan itu berupa masih adanya budaya patriarki di Indonesia.
Budaya tersebut menjadi akar permasalahan perempuan Indonesia sulit ikut dalam kontestasi politik. Kebijakan kuota 30 persen keterwakilan perempuan di DPR RI juga bertujuan untuk mendorong budaya patriarki hilang.
Hambatan berikutnya adalah kevakuman perlindungan hukum.
"Data penelitian mengungkapkan, 53 persen korban kekerasan terhadap perempuan dalam pemilu tidak melaporkan, karena skeptis terhadap tindak lanjut," ucap Sita.
Hambatan lainnya adalah ketimpangan ekonomi, normalisasi kekerasan, dan teror digital.
2. 82 persen perempuan politik menyatakan ada peningkatan intensitas kekerasan

Dalam kesempatan itu, Sita menjelaskan, 82 persen perempuan yang ikut berpolitik menyatakan, ada peningkatan intensitas kekerasan terhadap mereka pada Pemilu 2024 dibanding pemilu sebelumnya.
"Temuan paling mengkhawatirkan adalah 69 persen korban terhadap perempuan dalam pemilu memilih tidak melaporkan insiden kekerasan yang dialami," kata dia.
3. Bentuk kekerasan terhadap perempuan yang teridentifikasi

Sita mengatakan, kekerasan seksual dan verbal kepada perempuan tercatat paling tinggi pada Pemilu 2024. Kekerasan verbal yang merendahkan perempuan tercatat ada 51 persen.
Sita mengatakan, pada Pemilu 2024, keterwakilan perempuan di DPR RI hanya 22,07 persen. Angka tersebut belum sesuai target 30 persen.