Curhatan Mami Yuli, Waria yang Dijanjikan Perubahan Jokowi pada 2014

19 Mar 2019, 06:57 WIB

Facebook/Yulianus Rettoblaut

Jakarta, IDN Times - Mami Yuli adalah Ketua Forum Komunikasi Waria se-Indonesia (FKWI). Pada 2014, dia berada di garda terdepan sebagai salah satu relawan pendukung Joko “Jokowi” Widodo. Dia “jatuh hati” kepada Jokowi setelah mendengar sekian janji politik yang diucapkan di hadapannya.

“Waktu itu relawan Jokowi diundang ke Bogor. Dia turun dari panggung menuju ke komunitas waria. Dia menanyakan aspirasi kami dan dia memberikan janji-janji kepada kami. Karenanya kami 2014 dengan bulat mendukung Jokowi,” kata Mami Yuli kepada IDN Times.

Menjelang 2019, keteguhan hati pemilik nama asli Yulianus Rettoblaut kian terkikis. Dia tidak lagi melihat Jokowi sebagaimana lima tahun silam. Segala janji yang diutarakannya tak ada satu pun yang terealisasi.

“Kami bahkan sudah ngajuin 7 kali untuk permohonan audiensi tapi tidak ada balasan. Kami menagih janji, tapi gak ditanggepin. Makanya aku kecewa,” lanjutnya.

1. Merasa lebih nyaman hidup di era SBY

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Membandingkan antara era Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pengampu program doktoral di Universitas Jayabaya ini merasa lebih aman hidup di era SBY. Menurutnya, banyak aturan yang mengekang kebebasan berekspresi sepanjang 5 tahun terakhir.

Dia membeberkan, “Memang Pak Jokowi pembangunannya kelihatan ya, tapi aku ngerasa lebih nyaman hidup di era SBY. Sekarang semakin terpuruk, banyak aturan, ruang gerak dipersempit, di mana-mana kita diserang, apalagi dengan isu agama sekarang,”.

2. Merasa tidak lagi "memiliki wajah" di hadapan teman-temannya

Facebook/ Yulianus Rettoblaut

Dia memaparkan, Jokowi sempat menjanjikan akses pendidikan hingga pekerjaan kepada para transpuan. Karena tak kunjung ditepati, ia merasa malu dan tidak ingin lagi terjebak dalam narasi-narasi politik.

“Aku malu kalau kasih komando lagi, karena pasti banyak yang nanya janji-janji kemarin. Bisa jadi bumerang buat aku. Makanya aku cuma ngasih tahu aja agar memilih sesuai hati nurani masing-masing,” papar dia.

3. Ada perwakilan kedua kubu yang meminta dukungan

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Berdasarkan data yang Mami Yuli miliki, jumlah transpuan di Indonesia mencapai 5 juta. Tentunya angka tersebut cukup besar dan bisa merubah dinamika Pilpres. Dia menyampaikan bahwa ada perwakilan pasangan calon 01 dan 02 yang meminta dukungan dari transpuan Indonesia.

“Ada beberapa (01 dan 02), tapi dari calonnya belum ada (keinginan untuk bertemu). Ya tapi tadi, aku mau komandoin kalau ada perjanjian, kalau ada pembuktian komitmen dan itu harus sekarag jangan nanti-nanti,” tutur transpuan yang bercita-cita menjadi guru besar itu.

4. Mengimbau transpuan tidak ada yang golput

pexels.com/ Element5 Digital

Walaupun memiliki kekecewaan dan membebaskan masing-masing individu dengan pilihan politik mereka, Mami Yuli mengimbau kepada seluruh transpuan agar tidak golput. Bagaimanapun, ia percaya hasil dari Pilpres akan selalu membawa perubahan.

“Sama sekali gak ada arahan golput, karena aku berharap pembaharuan di negara ini,” imbaunya.

5. Dia memimpikan Indonesia yang "merangkul" transpuan

Facebook/ Yulianus Rettoblaut

Dia yakin, tidak semua keresahan yang dirasakan oleh transpuan disebabkan oleh pemerintah. Karenanya, ia meminta kepada seluruh transpuan untuk memiliki semangat menjadi lebih baik lagi. Berkaca pada dirinya 20 tahun lalu, menjadi pekerja seks komersil (PSK) jalanan yang terluntang-lantung hidupnya.

“Sampai aku bertemu Romo, karena aku Katolik ya, aku cerita ingin jadi lebih baik. Sekarang aku udah S1, S2, dan S3. Itu benar-benar merubah cara pandang aku. Aku sih bermimpi 10-20 tahun ke depan ada 3000-5000 waria yang kuliah, sehingga kehadirannya dianggap. Kan gak ada yang tahu ke depannya.” tutupnya.