Fadli Zon Ungkap Peran Tim Garuda Plus Dibalik Munculnya Hari Kebudayaan

- Tim Garuda Plus usulkan Hari Kebudayaan pada 17 Oktober
- Usulan awal tanggal 20 Oktober atau hari lahir Ki Hajar Dewantara
- Pertimbangan penetapan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan untuk penguatan identitas nasional.
Jakarta, IDN Times - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkap perjalanan terbentuknya Tim Garuda Plus, yang turut mengusulkan Hari Kebudayaan pada 17 Oktober. Penetapan ini menuai gelombang kritik dari masyarakat karena dicurigai sebagai hadiah untuk Presiden Prabowo Subianto yang berulang tahun di hari yang sama.
Garuda Plus terdiri dari kalangan seniman dan budayawan hingga maestro ketoprak, maestro tradisi, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga dosen dan akademisi, keluarga besar Terah Diponegoro, Yati Pesek, Yani Sabto Hudoyo, yang tergabung dalam tim ini.
"Mereka melakukan kajian yang cukup mendalam, kalau tidak salah sampai 79 halaman. Bahwa yang paling tepat itu adalah 17 Oktober," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Jumat (18/7/2025).
1. Mulanya diusulkan tanggal 20 Oktober

Mulanya, kata Fadli, para pengusul meminta supaya Hari Kebudayaan ditetapkan pada 20 Oktober saja karena bertepatan dengan lahirnya Kementerian Kebudayaan. Usulan lainnya juga meminta Hari Kebudayaan ditetapkan pada hari lahirnya Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei.
Fadli mengatakan, para pengusul yang berasal dari seniman itu sangat antusias Presiden Prabowo kemudian mendirikan Kementerian Kebudayaan.
"Karena mereka sangat antusias dengan adanya kementerian kebudayaan, maka adalah sejumlah usulan-usulan tentang perlunya hari kebudayaan sebagai momentum. Ada yang mengusulkan tanggal 20 Oktober misalnya, karena itu diumumkan kementerian kebudayaan," kata dia.
2. Bantah terkait hari lahirnya Prabowo

Fadli lantas membantah, penetapan 17 Oktober sebagai hari kebudayaan terkait dengan hari ulang tahun Presiden Prabowo. Dia mengatakan, kesamaan tersebut hanya sebatas kebetulan saja.
"Nggak Ada. Kebetulan aja, sama hari lahir saya kan hari lahir Pancasila. Ya, tanggal 1 Juni. Nggak ada hubungannya," kata Fadli.
Fadli menambahkan, keberagaman kebudayaan Indonesia telah terangkum di dalam Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, ia menilai temuan para seniman ini sangat berarti bagi Indonesia.
Ia lantas menceritakan, semboyan Bhinneka Tunggal Ika lahir pada 17 Oktober bersamaan dengan itu ditandatangani juga lambang negara dan semboyan negara oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri RI Sukiman Wirjosandjojo.
"Jadi saya kira luar biasa itu, temuan itu. Dan hari lahirnya Bhinneka Tunggal Ika itu tepat 17 Oktober bersamaan ketika itu ditandatanganinya lambang negara dan juga semboyan Bhinneka Tunggal Ika oleh Presiden Sukarno, dan ketika itu Perdana Menterinya adalah Sukiman," kata politis Partai Gerindra itu.
3. Pertimbangan 17 Oktober jadi Hari Kebudayaan

Fadli menjelaskan, ada tiga tujuan penetapan hari kebudayaan nasional. Tujuan pertama adalah penguatan identitas nasional, pelestarian kebudayaan, serta pendidikan dan kebanggaan budaya.
“(Tanggal) 17 Oktober adalah momen penting dalam perjalanan identitas negara kita. Ini bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang masa depan kebudayaan Indonesia yang harus dirawat oleh seluruh anak bangsa," ujar dia.
Selain itu, ada tiga pertimbangan penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan. Pertama, PP Nomor 66 Tahun 1951. Kedua, Pasal 5 PP tersebut yang menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika.
Ketiga adalah semangat mempersatukan bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.