Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gabung PSI, Ade Armando Langsung Sentil Anies soal Politik Identitas

Konferensi pers Ade Armando bergabung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Jakarta, IDN Times - Akademisi Universitas Indonesia (UI) sekaligus pegiat media sosial, Ade Armando, bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Setelah bergabung, Ade Armando langsung melontarkan kritik kepada bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan dan Perbaikan, Anies Baswedan.

Selama ini, Ade memang kerap menjadi sorotan publik dengan berbagai pernyataan kontroversialnya di media sosial. Bahkan, dia pernah menjadi bulan-bulanan massa saat demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR.

1. Ade Armando sentil Anies soal politik identitas

Anies Baswedan saat memberikan kuliah tamu di Universitas Oxford. (Dok/Instagram Anies Baswedan)

Ade Armando menyayangkan, Anies sebagai bacapres justru berulang kali menyebut politik identitas sebagai sesuatu yang normal. Padahal, belajar dari Pemilu 2019, politik identitas menyebabkan polarisasi besar di tengah masyarakat.

"Kalau Anies masih maju, pasti ada (politik identitas). Kan dia sudah berulang kali bilang politik identitas itu boleh. Normal dia bilang. Gak ada yang harus disalahkan," ujar dia kepada awak media, Selasa (11/4/2023) malam.

2. Ade Armando sebut politik identitas akan terus ada jika Anies maju di 2024

Konferensi pers Ade Armando bergabung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Menurut Ade Armando, jika Anies maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) politik identitas berpotensi kembali dipakai untuk menggaet elektoral.

"Pertanyaannya hanya satu, Aniesnya akan maju gak? Kalau Anies maju pasti ada politik identitas, gak mungkin gak ada," tutur dia.

Pembawa acara saluran YouTube, CokroTV ini menyayangkan politik identitas diwajarkan oleh tokoh seperti Anies yang notabene seorang doktor.

"Terus dia komentar di mana gitu baru-baru ini yang dia bilang politik identitas itu sesuatu yang normal. Ya tentu saja mengherankan, seorang doktor bisa menyangka politik identitas itu artinya identitas, bukan politiknya, bahwa ada laki-perempuan, kalau ada laki perempuan bertarung pasti identitas keperempuanannya akan digunakan," ucap dia.

3. Simpatisan Anies kritisi pihak lain yang kaitkan Anies dengan politik identitas

Sekjen Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) Raharja Waluya Jati (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sementara itu, Relawan pendukung Anies Baswedan sekaligus Sekjen Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI), Raharja Waluya Jati, mengkritisi balik pihak lain yang menganggap Anies sebagai penyebab polarisasi akibat politik identitas.

"Hanya mereka yang tidak mau melihat kenyataan, selalu menganggap apa yang ada dalam kepalanya adalah kenyataan," kata dia saat dihubungi IDN Times.

Raharja menilai, justru pihak yang gemar mengkritisi Anies soal politik identitas yang secara tidak langsung menggaungkan isu tersebut. 

"Mereka yang justru menghendaki politik identitas jadi isu di 2024. Gak bisa jualan yang lain aja," tutur dia.

Padahal, kata dia, masih banyak hal yang lebih substantif yang lebih layak dikaji dan dibahas. Raharja memberikan contoh, sejumlah hasil kinerja Anies di DKI Jakarta yang sebenarnya bisa dikembangkan.

"Banyak hal-hal substantif yang perlu dikaji dan dibahas bersama, dilakukan evaluasi dan koreksi bila diperlukan, atau bila sudah on the track serta baik untuk dikembangkan, ya dilakukan pengembangan atau pemajuannnya. Seperti misalnya soal KJP di DKI, dikembangkan menjadi KJP Plus," imbuh dia.

4. Anies sebut politik identitas tak bisa dihindarkan

Anies Baswedan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pasar Minggu, Jakarta Selatan (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Diketahui, Anies sempat mengatakan politik identitas tak bisa dihindarkan. Sebab, setiap calon yang bersaing di kontes politik akan selalu memiliki identitas.

"Politik identitas itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Misalnya calon yang bersaing adalah laki-laki dan perempuan, maka di situ ada identitas gender," kata dia di Hotel Shangri-La Surabaya, Jumat, 17 Maret 2023.

Anies memberikan contoh, politik identitas bisa terjadi bila ada dua calon yang berbeda suku. Pada situasi tersebut pendukung kedua kubu bisa berkutat dengan isu perbedaan suku. 

Anies pun menilai hal tersebut lumrah terjadi di pemilu. Seperti halnya pada Pilkada DKI 2017 yang ia sebut persaingan antar pasangan calon dengan latar belakang beda agama. Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno melawan Basuki Tjahaja Purnama yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.

"Terjadi pada 2017, calon yang bersaing agamanya berbeda. Maka identitasnya yang terlihat adalah agama. Itu akan terus terjadi selama calonnya punya identitas berbeda, baik gender, suku, maupun agama," ujar Anies.

 

Penasaran dengan isu-isu pemilu dan gonjang ganjing capres cawapres Pilpres 2024? Baca selengkapnya di sini

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us