Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Guru SMP di Depok Diduga Lakukan Pelecehan, 10 Korban Sudah Bersuara

Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Arief Rahmat)
Intinya sih...
  • Guru ekstrakurikuler SMP di Depok diduga melakukan pelecehan terhadap beberapa siswi
  • Korban merasa tidak mendapat keadilan dari pihak sekolah, dengan sejumlah siswi lain juga mengalami perilaku tidak pantas
  • Para korban berharap pengakuan, permintaan maaf, sanksi tegas, dan perlindungan dari sekolah agar kejadian serupa tidak terulang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Seorang guru ekstrakurikuler di salah satu SMP di Depok, Jawa Barat berinisial SP, mengungkap dugaan kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang guru pada beberapa siswi di sekolah tersebut. Lewat unggahan di media sosial, SP menjelaskan kasus ini pertama kali mencuat setelah salah satu korban, siswi kelas 7 berinisial V, merekam percakapan dengan guru yang berisi pembicaraan tak pantas bernuansa dewasa.

Rekaman tersebut terjadi pada bulan puasa 2025 dan dijadikan bukti saat V melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah bersama orang tuanya. Namun, laporan itu justru direspons dengan keraguan dan permintaan untuk tidak menyebarluaskan informasi.

"Korban V tidak merasa mendapat keadilan dari kasusnya, dan V bercerita kepada temannya, sehingga temannya ingin membantu V dengan cara memplubikasikan kejadian ini ke twitter," tulis SP di media sosialnya, Kamis (22/5/2025)

Setelah rekaman itu beredar di media sosial, muncul keberanian dari korban-korban lain untuk bersuara. Tercatat ada sejumlah siswi lain yang juga mengalami perilaku tidak pantas dari guru tersebut. Salah satu dari mereka, berinisial A siswi kelas 8, menyatakan pernah mengalami tindakan fisik yang membuatnya terkejut saat bertemu dengan pelaku di ruang kelas pada 2024. Guru tersebut merangkul pinggang dan disebut meremas area tubuh belakangnya.

"Korban A merasa terkejut dan bingung bereaksi apa, sehingga korban A hanya mundur dan tidak lama meninggalkan ruang kelas tersebut," katanya.

1. Korban lain dapat sentuhan dengan dalih rapikan seragam

ilustrasi pelecehan, kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)
ilustrasi pelecehan, kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)

Korban lainnya, berinisial S siswi kelas 8, juga menceritakan dia sering merasa tidak nyaman dengan sentuhan fisik yang tidak perlu saat berinteraksi dengan pelaku. Bahkan korban keempat, F, mengaku pernah disentuh pada bagian sensitif dengan dalih merapikan seragamnya.

Para korban mengaku takut untuk berbicara karena khawatir nilai mereka terpengaruh, atau karena pelaku memiliki jabatan yang membuatnya sulit disentuh hukum.

"Masih banyak kejadian-kejadian pelecehan lainnya namun korban lain tidak bersedia terbuka dengan saya langsung," tulis SP.

2. Sudah ada 10 korban yang dirangkum SP

ilustrasi pelecehan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pelecehan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia juga menjelaskan, ada korban lain bernisial E yang alami kejadian serupa pada 2019 dengan modus dipegang pahanya, hingga ada dugaan mengajak berhubungan badan, namun saat melapor diduga pihak sekolah tidak percaya hingga memendam kasus ini. Serta ada korban keenam berinisial F lain yang mengalami pelecehan verbal di depan guru-guru lainnya.

Sedangkan ada saksi berinisial N yang melihat korban B tengah dipangku guru itu. Namun saat ditanya, B mengaku dipaksa untuk dipangku, saat dilaporkan ke guru Bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas, namun tak ada upaya membantu korban.

Hingga ada korban ke delapan yakni M saat 2014 juga diminta duduk di pangkuannya, bahkan diduga ditarik pinggangnya, namun lagi-lagi saat mengadu tak ada yang membela dan percaya. Hingga ada korban kesembilan di mana area dadanya disentuh pelaku. Sampai berita ini diturunkan sudah ada 10 korban yang dirangkum SP.

3. Para korban berharap guru itu mengakui perbuatannya

ilustrasi kekerasan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi kekerasan (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain itu, saat isu ini mulai mencuat dugaan pihak sekolah justru memanggil beberapa siswa kelas 9 dan memperingatkan agar mereka tidak menyebarkan informasi ini lebih jauh.

"Dari percakapan yang berlangsung, 3 orang siswa/i kelas 9 merasa disuruh diam oleh pihak sekolah, dan kemudian merasa semakin iba kepada korban. Mereka khawatir jika korban lain bercerita ke pihak sekolah, hasilnya nihil seperti sebelumnya," tulis SP lagi.

SP mengatakan, dari kejadian ini korban dari awal berharap ada pengawalan dan keadilan yang diperoleh, termasuk dari pihak sekolah. Bukan hanya dianggap selesai dan kasus ini ditutup. Para korban berharap guru itu mengakui perbuatannya dan meminta maaf secara terbuka, serta meminta sekolah untuk memberikan sanksi tegas serta jaminan perlindungan bagi seluruh siswi agar kejadian serupa tidak terulang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us