IDAI: 152 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius Anak, Terbanyak Jakarta

Jakarta IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan kasus gangguan ginjal misterius yang menyerang anak per 14 Oktober capai 152 orang.
"Sejak pertengahan September 2022, IDAI telah berkoordinasi dalam rapat mingguan bersama ketua-ketua IDAI cabang mendapatkan laporan dari anggota terkait adanya peningkatan kasus anak dengan gangguan ginjal akut yang progresif," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam acara meet the expert: Kewaspadaan Dini Gangguan Ginjal Akut Pada Anak, Jumat (14/10).
1. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan kasus terbanyak gangguan ginjal akut misterius

Berdasarkan data yangdilaporkan IDAI, 152 kasus gangguan ginjal misterius ini tersebar di 16 Provinsi.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan kasus terbanyak gangguan ginjal akut misterius sebanyak 49 kasus, kemudian Jawa Barat 24 kasus, dan Sumatera Barat 21 kasus dan Aceh 18 kasus.
2. Kasus gangguan ginjal akut ini melonjak sejak pertengahan September 2022

Piprim mengungkapkan laporan kasus gangguan ginjal yang belum diketahui penyebab ini melonjak sejak pertengahan September 2022.
"Lonjakan kasus terjadi di September dengan total 76 kasus, sementara Oktober ini trennya menurun, Mudah-mudahan trennya tidak meningkat lagi," ungkapnya.
3. Usia yang paling banyak terkena gangguan ginjal akut misterius usia di bawah 5 tahun

Berdasarkan usia, 152 kasus gangguan ginjal paling banyak di usia 1-5 tahun, yakni 75 kasus. Disusul 35 kasus pada anak usia 0-1 tahun, lalu 24 kasus pada anak usia 5-10 tahun, serta 18 kasus pada golongan usia di atas 10 tahun.
"Usia yang paling banyak terkena gangguan ginjal akut misterius adalah usia di bawah 5 tahun," kata Piprim.
4. Data kasus tersebut bersifat dinamis

Menurut Piprim, data kasus tersebut bersifat dinamis karena data yang terkumpul merupakan data dari IDAI Cabang. Sehingga data tersebut belum tentu representatif menggambarkan seluruh kasus di Indonesia.
"Yang namanya laporan anggota mungkin tidak representatif untuk menangkap semua ya, tergantung teman-teman melaporkan apa tidak. Karena terus terang ada rumah sakit yang alasannya confidential, sehingga kami tak bisa mendatanya, misalnya dari Jawa Timur itu," ujarnya.