Ini Kronologi Terbakarnya Vihara di Bandung

Bandung, IDN Times – Pascamenghadiri wawancara soal tahun baru Imlek di Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Bandung, Sugiri langsung bergegas menuju Vihara Setya Budhi, Jalan Kelenteng, Kota Bandung. Ia mendapat kabar bahwa Kepala Polisi Daerah Jawa Barat, Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto, akan mengunjungi kelentengnya.
Sesampainya di lokasi, ia langsung menemui Agung. Kemudian, Sugiri mengajak Kapolda Jabar mengelilingi bangunan kelenteng, sambil bercengkrama. Saat menengok ke arah kelenteng, asap hitam pekat sudah membubung tinggi ke angkasa.
1. Sempat dikira asap lilin

Sejarawan yang juga pengurus Vihara Setya Budhi itu pun kaget melihat asap tersebut. Pasalnya, selama puluhan tahun bersembahyang di sana, belum pernah Sugiri melihat asap hitam pekat setebal itu.
“Di belakang saya bilang, kalau itu hanya asap dari pembakaran lilin,” kata Sugiri, kepada IDN Times di Vihara Setya Budhi. Ia tak percaya dengan perkataan tersebut, dan bergegas menuju sumber asap.
2. Umat Buddha Setya Budhi dibubarkan

Betapa kagetnya Sugiri ketika menengok ke dalam vihara. Api sudah melahap sebagian badan kelenteng, hingga tak mungkin lagi dapat ditangani pengurus vihara.
“Saya langsung bergegas ke arah kumpulan umat yang sedang berdoa. Saya meminta mereka pulang, bubar saja. Yang lebih penting dari pada itu semua adalah keselamatan umat,” ujarnya.
Ratusan jemaat pun berlarian ke luar menyelamatkan diri. Sementara api terus membesar, melahap ruangan-ruangan lain di dalam kelenteng.
3. Ruang paling keramat tak terbakar

Kelenteng tersebut terbagi oleh beberapa ruangan. Praktisnya, ada ruang tengah yang menjadi lokasi sembahyang, dan beberapa ruangan lain di sekeliling ruang tengah membentuk leter U sebagai ruang-ruang pendukung.
“Ruang tengah itu sepertinya selamat. Sementara ruang pendukung di sekelilingnya hangus terbakar,” tutur Sugiri.
Menurut dia, ruang tengah merupakan bagian terbesar di Vihara Setya Budhi. Kiranya menghabiskan 60-70 persen kelenteng tersebut. “Sejauh ini kami melihat ada sekitar 30-40 persen ruangan yang terbakar,” katanya.
4. Seandainya vihara tak terbakar

Jika sajak Vihara Setya Budhi tidak mengalami kebakaran, mungkin hingga berita ini diturunkan ratusan umat masih sembahyang di sana. “Rencananya kami membuka terus vihara ini selama beberapa hari setelah tahun baru Imlek. Siapapun bebas berkunjung ke sini,” kata dia.
Vihara Setya Budhi memang memiliki magnet tersendiri untuk dikunjungi baik oleh pemeluk ajaram Buddha atau masyarakat umum.
Pasalnya, Vihara Setya Budhi merupakan kelenteng tertua di Kota Bandung. Ornamen dan simbol-simbil Suantika yang menghiasi mulai dari gerbang, pelataran, hingga dalam vihara menjadi daya tarik tersendiri kelenteng ini.
5. Polisi dalami penyebab kebakaran

Saat ini belum ada keputusan apapun yang dibentuk manajemen vihara. Mereka masuk terpukul dan belum menghitung besaran kerugian yang ditimbulkan. Sumber api kebakaran yang berasal dari lilin pun masih menjadi dugaan sementara.
Setelah api dipadamkan, sejumlah petugas polisi sibuk menggulungi kabel-kabel CCTV yang terpasang di tiap sudut vihara. Mereka hendak mengumpulkan bukti sebelum menyimpulkan dari mana datangnya api pembawa musibah itu.
Untuk kerusakan semacam itu, Vihara Setya Budhi punya kas tersendiri untuk mengganti kerugian. Berswadaya memang sudah menjadi kultur di antara para pemeluk ajaran Buddha di lingkungan vihara.
“Tapi, kami tidak menutup diri jika saja ada yang ingin ikut menyumbang untuk membangun kembali tempat ini. Biaya bangunan saat ini kan mahal,” tuturnya.
Sugiri berharap kelentengnya menjadi tempat ibadah Buddha terakhir yang mengalami peristiwa kebakaran. Menurut dia, vihara lainnya dapat mengambil hikmah dari peristiwa Vihara Setya Budhi agar disiplin mengawasi lilin di sekitar tempat ibadahnya.