Kemenag Gelar AICIS+ 2025, Ingin Perkuat Peran Islam di Kancah Global

- AICIS+ 2025 digelar selama tiga hari, dari 29-31 Oktober 2025, dengan berbagai format diskusi dan acara pendukung.
- Ada 35 negara yang sudah mengirimkan makalah penelitiannya di bidang Islam untuk AICIS+ 2025, dengan total 2.434 pengajuan abstrak.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) bersama Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) akan menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS)+ 2025, pada Rabu (29/10/2025). Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Amien Suyitno, mengatakan, AICIS+ 2025 bertujuan untuk memperkuat peran Islam di kancah global.
“Konferensi tahun ini bukan sekadar kelanjutan dari tradisi, tetapi merupakan langkah maju yang berani. Tujuannya jelas, melampaui batas disiplin ilmu dan menempatkan keilmuan Islam di pusat pemecahan masalah global," ujar Suyitno dalam konferensi pers di UIII, Depok, Senin (27/10/2025).
Suyitno mengatakan, pada AICIS+ 2025 berfokus pada pembahasan ekoteologi, ekonomi berkelanjutan, dan etika teknologi.
"Tanda ‘plus’ dalam AICIS+ melambangkan perluasan, baik dari segi cakupan maupun semangat. Ini adalah upaya kita untuk mengintegrasikan keilmuan Islam dengan wacana global tentang ekologi, gender, dekolonisasi, kesehatan, dan transformasi digital, sambil tetap berpijak pada nilai-nilai abadi rahmatan lil ‘alamin,” ujar dia.
1. Acara digelar selama tiga hari

AICIS+ 2025 digelar selama tiga hari, dari 29-31 Oktober 2025. Acara diisi dengan format diskusi, mulai dari 2 sesi kunci, 2 sesi pleno, 68 sesi paralel, hingga 24 panel jurnal terundang.
Selain itu, ada juga Forum Rektor yang menghimpun 58 PTKIN se-Indonesia. Pameran pendidikan madrasah, pameran buku, festival kuliner halal hingga pertunjukan budaya juga akan meramaikan AICIS+ 2025.
2. Ada 31 negara yang sudah mengirimkan makalah

Suyitno mengatakan, pada AICIS+ 2025, ada 35 negara yang sudah mengirimkan makalah penelitiannya di bidang Islam.
“Kami menerima 2.434 pengajuan abstrak dari 31 negara, jumlah tertinggi sepanjang sejarah AICIS. Respons luar biasa ini mencerminkan vitalitas keilmuan Islam sekaligus pengakuan global terhadap AICIS+ sebagai jembatan intelektual dunia,” ujar dia.
Dari 2.434 makalah itu, nantinya akan dikurasi menjadi 345. Makalah tersebut nantinya akan dipresentasikan pada acara ACIS+ 2025.
Suyitno mengatakan, 12 pakar internasional juga akan diundang pada AICIS+ 2025, yakni Farish A. Noor di bidang sejarah,
Shahram Akbarzadeh dan Stéphane Lacroix di bidang politik, Sulfikar Amir di bidang teknologi, Fajar Hirawan di bidang ekonomi, Aria Nakissa di bidang hukum Islam, Muhammad Ahmad Ibrahim Al-Jahsh, Abdurrazaq Hesamifar di bidang agama dan filsafat.
Kemudian, cendekiawan perempuan seperti Meiwita Budiharsana di bidang kesehatan masyarakat, Eka Srimulyani di bidang Islam dan gender, dan Hamrila binti Abdul Latif di bidang ekonomi Islam akan menjadi narasumber di AICIS+ 2025.
3. Acara keislaman tak hanya berbentuk teks klasik

Dalam kesempatan itu, Rektor UIII, Jamhari, mengatakan, acara keislaman tidak hanya berbentuk teks klasik. Umat Islam kini harus bisa berinteraksi dengan era modern.
“AICIS+ adalah bentuk reposisi intelektual yang menegaskan bahwa wacana Islam tidak hanya harus berdialog dengan teks klasik, tetapi juga berinteraksi dengan sains, masyarakat, dan tantangan global. Di UIII, kami merasa terhormat dapat memfasilitasi transformasi ini menjadi jembatan antara spiritualitas dan rasionalitas,” ucap Jamhari.

















