Kemenkes Bikin Komite Khusus Tangani Artificial Intelligence

- Kemenkes membentuk komite khusus AI di bidang kesehatan
- Komite bertugas memastikan penggunaan AI konstruktif dan melindungi data masyarakat
- Tidak semua data kesehatan bisa diakses AI, Kemenkes manfaatkan AI untuk deteksi lebih awal tuberkulosis
Jakarta, IDN Times - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) merambah ke segala sektor, tak terkecuali dunia kesehatan. Menanggapi fenomena ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengambil langkah strategis dengan membentuk komite khusus.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan Kemenkes telah membentuk komite yang khusus menangani AI di bidang kesehatan. Langkah ini diambil untuk memastikan disrupsi informasi berjalan jelas dan data masyarakat tetap terlindungi.
Hal tersebut disampaikan Dante saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Transformasi Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Tengah Disrupsi Kecerdasan Artifisial yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2025).
1. Memastikan penggunaan AI yang konstruktif

Salah satu alasan pembentukan komite ini ternyata berangkat dari fenomena di ruang praktik. Dante menceritakan pengalaman pribadinya, di mana pasien zaman sekarang sering kali datang dengan membawa informasi kesehatan yang mereka cari sendiri, baik dari internet maupun bantuan AI.
"Di tempat praktik saya, itu dokter, pasien itu kadang-kadang sudah bawa informasi. Ngetes kita, ya ini mau tidak mau dokternya harus mempunyai informasi yang lebih dari itu dan mesti bisa menjelaskan," ujar Dante.
Oleh karena itu, Komite AI ini bertugas menstimulasi para dokter untuk terus mengembangkan pengetahuan kedokterannya. Dokter harus memiliki informasi yang lebih dalam dan mampu memberikan penjelasan yang valid dibanding informasi yang didapat pasien secara mandiri.
Kehadiran Komite AI ini juga bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif dari banjirnya informasi. Menurut Dante, komite ini akan melakukan disrupsi informasi yang jelas kepada masyarakat sekaligus melindunginya.
Tugas utamanya adalah mengatur agar penggunaan data AI bisa lebih konstruktif, membantu pelayanan kesehatan, namun tetap bisa dibatasi untuk hal-hal yang esensial saja. Kemenkes ingin memastikan teknologi ini menjadi alat bantu yang tepat guna, bukan justru membingungkan masyarakat.
2. Tidak semua data kesehatan bisa diakses AI

Poin paling krusial yang ditekankan Dante ialah soal kerahasiaan data. Ia mengatakan tidak semua data kesehatan dimasukkan ke dalam informasi publik yang bisa dilahap alias dipelajari AI. Sebagai contoh, data dari program cek kesehatan gratis yang sedang dijalankan pemerintah tidak serta-merta bisa dibaca AI.
"Tidak semua langsung kita masukkan ke informasi publik. Sehingga tidak semua data bisa diakses dan dipelajari AI. Sebagai contoh misalnya (data) program Cek Kesehatan Gratis. Itu tidak semua datanya kita masukkan ke inforamsi publik. Sehingga AI-nya gak bisa ngebaca nih berapa sekarang yang hipertensi, berapa yang diabetes. Ini karena datanya masih data konfidensial," jelasnya.
Kemenkes akan memvalidasi terlebih dahulu data yang ada, sehingga data baru bisa diakses oleh AI jika sudah tervalidasi dan memiliki regulasi yang jelas. Hal ini dilakukan demi menjaga kerahasiaan dan validitas data kesehatan masyarakat Indonesia.
"Begitu data tersebut sudah data valid, misalnya Survei Kesehatan itu sudah data valid, sudah diumumkan sebagai, ada regulasinya, baru bisa masuk ke informasi publik dan bisa diakses oleh AI. Itu yang kita lakukan di Kementerian Kesehatan," kata Dante.
3. Kemenkes manfaatkan AI untuk deteksi lebih awal tuberkulosis

Dalam kesempatan itu, Dante pun mengatakan, Kemenkes turut beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital, terutama AI. Ia menyebut, Kemenkes mulai menerapkan kecerdasan buatan ini untuk bidang teknologi kesehatan.
Dante menjelaskan, salah satu manfaat AI yang kini sudah mulai diterapkan pemerintah ialah untuk mendeteksi secara dini penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau yang dikenal TBC.
"Salah satu pencegahan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah mendeteksi secara dini penyakit-penyakit yang mungkin kalau didiamkan akan menjadi lebih parah. Salah satunya adalah tuberkulosis," ungkapnya.
Mekanisme yang digunakan untuk mendeteksi TBC secara dini ialah dengan menggabungkan kemajuan teknologi dengan AI. Di mana alat kesehatan portable X-ray ditanamkan AI. Sehingga penderita TBC yang tidak bergejala pun bisa terdeteksi secara dini.
"Tuberkulosis itu salah satu penyakit yang bisa dideteksi dengan dini. Bagaimana cara mendeteksinya? Dengan menggunakan dan digabungkan dengan kemajuan teknologi tadi, dengan menggunakan artificial intelligence," ungkap Dante.
"Sudah kita lakukan. Sudah kita lakukan. Jadi kita menggunakan portable X-ray yang di dalamnya menggunakan artificial intelligence. Jadi mereka yang tidak bergejala, itupun bisa terdeteksi. Banyak mereka yang tidak bergejala tapi punya kontak erat, dengan menggunakan artificial intelligence bisa dideteksi lebih awal," sambung dia.



















