KPK Soroti Terlambatnya Penyelesaian Proyek Sekolah Negeri di Jakarta

- KPK temukan deviasi proyek pembangunan sekolah di DKI Jakarta sebesar minus 31 persen.
- Proyek tersebut ditargetkan selesai pada 31 Desember 2025, tetapi sering mundur hingga berdampak pada kegiatan belajar mengajar.
- Rata-rata progres pembangunan enam paket proyek mencapai 84,90 persen, dengan beberapa proyek sudah rampung dan diserahterimakan.
Jakarta, IDN Times - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Direktorat Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Wilayah II menemukan deviasi sebesar minus 31 persen dalam proyek pembangunan sekolah di DKI Jakarta. Temuan ini didapatkan usai KPK meninjau pembangunan sekolah negeri di Cikini dan pembangunan SMA di Menteng, Jakarta Pusat.
Proyek tersebut merupakan bagian dari enam paket pembangunan sekolah yang berada di bawah tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Total anggaran untuk seluruh paket proyek mencapai Rp262 miliar, dengan nilai kontrak pembangunan sekolah di wilayah Cikini sebesar Rp61 miliar.
Kepala Satgas II Korsup Wilayah II KPK, Dwi Aprilia Linda Astuti, menegaskan bahwa PPK dan inspektorat perlu memberi perhatian serius terhadap temuan tersebut agar pembangunan segera tuntas 100 persen. Apalagi, anggaran enam proyek ini berasal dari tahun anggaran 2024 dan untuk menyesuaikan realisasi target, Dinas Pendidikan telah melakukan adendum agar proyek dapat dilanjutkan hingga tahun 2025.
“KPK mendorong Dinas Pendidikan DKI Jakarta berkoordinasi intensif dengan inspektorat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Perencanaan persiapan pengadaan seharusnya dilakukan secara matang, termasuk audit berkala dan evaluasi metode pemaketan pelaksanaan kegiatan,” ujar Linda dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).
1. Berdampak pada kegiatan belajar mengajar

Hal tersebut berdampak pada kegiatan belajar dan mengajar. Sebab, proyek tersebut awalnya ditargetkan selesai pada 31 Desember 2025, tapi beberapa kali mundur.
Dinas Pendidikan memberikan perpanjangan waktu kepada penyedia jasa, sehingga jadwal serah terima diundur menjadi 3 Mei 2025. Setelah pengajuan adendum ketujuh, jadwal penyelesaian kembali mundur ke 22 Juni 2025.
Sayangnya, hingga April 2025, progres fisik pembangunan baru mencapai 69,11 persen, dan masih banyak bagian bangunan yang belum selesai. Akibat keterlambatan ini, sejak Mei 2024 para siswa SDN 01 dan 02 Cikini harus direlokasi ke SDN 03 dan 05 Gondangdia. Kegiatan belajar mengajar (KBM) pun menjadi tidak optimal karena jam belajar dipadatkan dan para siswa harus bergantian dengan sekolah lain.
“Kita bicara soal hak anak untuk belajar dengan layak. Maka proyek ini harus diawasi ketat dan diselesaikan tanpa alasan. Setiap keterlambatan, sekecil apapun, berdampak pada masa depan mereka,” tegas Linda.
2. Sejumlah proyek terlambat

Tak hanya proyek di Cikini yang bermasalah. Keterlambatan juga terjadi pada proyek rehabilitasi total SDN Duri Pulo 01/02/03/04/05/10. Per 28 April 2025, progres pembangunan baru mencapai 69,13 persen.
Sementara itu, dua proyek pembangunan hampir rampung, yakni:
1. Kelompok Bermain Negeri (KBN) 29 Cempaka Baru dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Negeri (PKBMN) 29 Cempaka Baru dengan progres 91,43 persen (per 21 Mei 2025).
2. SDN Karang Anyar 01/02/05/06/08 dengan progres 95,35 persen (per 15 Mei 2025).
Adapun dua proyek yang telah selesai dan diserahterimakan pada 9 April 2025 adalah:
1. SDN Kampung Bali 01
2. SDN Pasar Baru 01/03/05 serta TK Negeri Sawah Besar.
Secara keseluruhan, rata-rata progres pembangunan enam paket proyek tersebut mencapai 84,90 persen.
3. Pejabat Dinas Pendidikan DKI Jakarta berkomitmen tuntaskan proyek

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Achmad S, menyampaikan komitmennya untuk menuntaskan sisa proyek pembangunan sekolah. Ia berharap dukungan dari KPK bisa membangkitkan optimisme.
“Kami berupaya optimal dan berkomitmen dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran baru nanti, gedung sekolah sudah dapat digunakan,” ucapnya.
Sementara itu, Nina Dwi Juliyanti, guru di SDN 01 Cikini, menyampaikan harapannya agar proyek pembangunan sekolah segera selesai.
“Orang tua murid sudah banyak menanyakan ke kami. Kami pun berharap bisa segera menggunakan fasilitas di sekolah baru kami, agar dapat menggelar kegiatan belajar mengajar secara efektif,” pungkasnya.
KPK bertekad mengawal agar pembangunan infrastruktur pendidikan berjalan efektif, efisien, dan bebas dari praktik korupsi. Sebab, hak belajar anak-anak Indonesia tidak boleh dikorbankan oleh kelalaian dan ketidakcermatan pengelolaan proyek.