Menhan Luncurkan Immunotherapy Nusantara dan SDA di RSPPN

- Immunotherapy Nusantara dan DSA terbuka untuk masyarakat umum, bukan hanya prajurit TNI
- Layanan sudah siap digunakan dan RSPPN Panglima Besar Soedirman berharap menjadi rumah sakit berkelas dunia
- Harapan Terawan agar layanan baru ini bisa mendorong riset dan pengembangan kesehatan di Indonesia
Jakarta, IDN Times – Rumah Sakit Pertahanan Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman resmi meluncurkan pelayanan Immunotherapy Nusantara dan Digital Subtraction Angiography (DSA). Layanan kesehatan yang merupakan inovasi anak bangsa ini diresmikan langsung Menteri Pertahanan (Menhan), Sjafrie Sjamsoeddin di RSPPN, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (10/11/2025).
Sjafrie menyebut, Presiden Prabowo Subianto menugaskan Penasehat Presiden Bidang Kesehatan, Letnan Jenderal TNI (Purn) Terawan Agus Putranto, untuk memimpin layanan strategis ini.
“Hari ini kita semua menyaksikan dimulainya Immunotherapy Nusantara dan juga DSA di RSPPN Panglima Besar Soedirman, yang kali ini oleh Bapak Presiden ditugaskan kepada Prof Terawan selaku Penasihat Presiden di Bidang Kesehatan, sekaligus untuk memimpin section Imunoterapi Nusantara dan DSA yang ada di RSPPN Panglima Besar Soedirman," kata dia dalam jumpa pers di RSPPN.
Dalam kesempatan itu, Sjafrie ikut mencoba menjalani proses awal. Di mana sampel darah Sjafrie diambil untuk kemudian diolah di laboratorium. Lalu tujuh hari kemudian hasilnya akan disuntikkan kembali.
“Kita tadi memulai, saya kebetulan diminta untuk mencoba, diambil darah 40 cc, kemudian diolah di lab. Kemudian nanti setelah tujuh hari baru disuntikkan kembali. Semoga ini bisa memberi berkah pada kita semuanya, kesehatan, untuk bisa melanjutkan tugas kita," ungkapnya.
1. Terbuka bagi masyarakat umum

Sjafrie memastikan layanan Immunotherapy Nusantara dan DSA terbuka bagi masyarakat umum, bukan hanya bagi prajurit TNI.
“Ini tidak hanya untuk kepentingan TNI, tapi untuk seluruh publik bisa mencoba dan menikmati ini. Dan ini semua kita harapkan bisa memberi dorongan kesehatan pada kita semuanya, bangsa Indonesia, terutama yang mungkin umur-umur sudah usia lanjut. Tapi tadi penjelasan dari Pak Terawan umur 25 saja bisa kena Alzheimer. Jadi, saya kira menjaga kesehatan ini adalah mutlak kita semuanya," kata Sjafrie.
Sjafrie tak menutup kemungkinan, pelayanan hasil inovasi Terawan ini akan dikembangkan di berbagai daerah lainnya.
"Yang jelas ilmunya ini dimiliki oleh anak bangsa, oleh Pak Terawan, dan ini ada rumah sakit pusat, tentunya akan berkembang dengan kaderisasi yang dilakukan oleh dokter Terawan, akan berkembang ke rumah sakit-rumah sakit TNI yang ada di daerah," tuturnya.
2. Layanan sudah siap digunakan

Dalam kesempatan yang sama, Terawan menuturkan, seluruh prosedur layanan ini sudah mulai bisa diterapkan kepada masyarakat luas.
"Terima kasih Bapak Menhan sudah meresmikan pelayanan Imunoterapi Nusantara dan juga DSA yang hari ini berlangsung, baik proses DSA-nya sendiri sedang berlangsung maupun juga imunoterapinya langsung dilakukan pemrosesan pada hari ini. Jadi ini semua sudah ready untuk dilakukan pelayanan pada masyarakat," ungkap dia.
Terawan berharap RSPPN dapat berkembang menjadi rumah sakit berkelas dunia. Dia menyebut RSPPN bahkan mulai kedatangan pasien dari luar negeri.
“Dan memang sudah terbukti pasien-pasien dari luar negeri pun mulai berdatangan ke RSPPN. Dimulai dari minggu yang lalu sudah mulai ada yang datang, minggu depan ini juga sudah mulai datang," ujarnya.
3. Diharapkan bisa mendorong riset dan pengembangan di Indonesia

Terawan juga berharap layanan baru ini bisa mendorong riset dan pengembangan kesehatan di Indonesia.
"Saya harapkan ini bisa juga membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dan juga bisa menumbuhkan budaya riset and development dengan baik," ujar dia.
Adapun, Immunotherapy ini berbasis pada teknologi sel dendritik autologous, yang artinya menggunakan sel yang berasal dari darah sendiri. Hal ini telah menjadi terobosan dalam memodulasi respons kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit, namun tidak terbatas pada COVID-19, Hepatitis B, infeksi HIV, dan berbagai jenis kanker.
Sistem imun manusia terbagi menjadi tiga jenis, salah satunya adalah Respon Imun Adaptif (Adaptive Immune Response). Respon imun ini tidak langsung teraktivasi, namun perlu waktu hingga tubuh dapat membentuk memori, sehingga Ketika terjadi paparan kedua dari patogen, maka imun akan dapat teraktivasi dengan cepat. Respon imun adaptif ini terdiri dari komponen seluler (sel T dan Sel B) dan humoral (antibodi).
"Imunoterapi sel dendritik telah menjadi salah satu pendekatan inovatif dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk pencegahan COVID-19, autoimun, dan diabetes mellitus tipe 2. Pengembangan dan uji klinis terkait imunoterapi ini terus dilakukan untuk mengeksplorasi manfaat dan efikasinya. Berbagai penelitian, baik yang berbentuk telaah pustaka, laporan kasus, maupun uji klinis, telah kami lakukan untuk mengkaji potensi imunoterapi sel dendritik dalam menangani berbagai kondisi medis tersebut," ujar Terawan.


















