Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mitos Hemofilia, Dianggap Penyakit Kutukan Hingga Santet

IDN Times/Dini Suciatiningrum
IDN Times/Dini Suciatiningrum

Jakarta, IDN Times - Kurangnya pengetahuan dan sosialisasi seputar hemofilia menimbulkan berbagai asumsi dan mitos di tengah masyarakat Indonesia.

"Banyak sekali mitos seputar hemofilia, sebab penderita ini tiba-tiba mengalami lebam tanpa sebab atau jika terluka maka akan mengalami pendarahan yang sulit berhenti," ujar Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Prof dr. Djajadiman Gatot, Sp. A (K), dalam peluncuran aplikasi Hemofilia Indonesia registrasi nasional berbasis android bagi penyandang hemofilia, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (4/3).

1. Penyakit kutukan Tuhan cuma mitos

IDN Times/Dini suciatiningrum
IDN Times/Dini suciatiningrum

Djajadiman Gatot mengatakan, tidak sedikit masyarakat dulu yang menganggap hemofilia merupakan penyakit kutukan yang diderita laki-laki.

Bahkan, Gatot mengungkapkan di pelosok daerah masih mempercayai penyakit ini karena digigit kelelawar bahkan karena santet.

"Kurangnya pengetahuan menimbulkan berbagai mitos ini, banyak kasus pasien hemofilia terdeteksi saat mengalami pendarahan misal, saat anak laki-laki dikhitan darahnya terus mengucur atau saat cabut gigi, darahnya terus merembes," ujarnya.

2. Mitos buat pasien hemofilia tertutup

IDN Times/Dini suciatiningrum
IDN Times/Dini suciatiningrum

Wakil ketua HMHI Bidang medis, Dr. dr. Novie Amekia Chozie, membenarkan saat ini masih ada yang mempercayai mitos bahwa hemofilia merupakan penyakit aneh atau kutukan tuhan.

Akibatnya, tidak sedikit penderita hemofilia menyembunyikan penyakitnya dan membiarkan tanpa diobati.

"Padahal penderita hemofilia harus ditangani secara komprehensif agar tidak terjadi cacat bahkan mengancam jiwanya," kata dia.

3. Hemofilia merupakan kelainan darah langka

IDN TIMES/Dini suciatiningrum
IDN TIMES/Dini suciatiningrum

Novie menjelaskan, hemofilia merupakan kelainan darah langka yang menyebabkan penderitanya sulit berhenti pendarahanya jika terluka.

Hal tersebut disebabkan tubuh pasien hemofilia tidak memiliki salah satu faktor pembeku darah, atau kadar pembeku darah rendah. Sehingga, benang-benang fibrin tidak terbentuk.

"Keadaan tersebut membuat darah sulit membeku. Akibatnya, pendarahan akan berlangsung lama dibandingkan orang normal," jelasnya.

4. Hemofilia bukan penyakit menular

IDN Times/ Dini suciatiningrum
IDN Times/ Dini suciatiningrum

Novie menegaskan hemofilia bukan penyakit menular. Hemofilia dapat diturunkan atau diwariskan melalui gen orangtua.

"Hemofilia merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak laki-laki sejak lahir. Penderita hemofilia akan mengidap kelainan ini seumur hidupnya," terangnya.

5. Tidak semua rumah sakit bisa tegakkan diagnosa

IDN Times/Dini suciatiningrum
IDN Times/Dini suciatiningrum

Novie menyayangkan tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap sehingga pasien hemofilia lambat tertangani.

"Penyakit ini langka sehingga kadang tenaga medis jarang mengenali, selain itu untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan darah lengkap dan tes fungsi faktor pembekuan yakni faktor pembekuan VIII 8 dan IX 9, sehingga seringkali RS provinsi akan merujuk pasien hemofilia ke RS pusat," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
Dwifantya Aquina
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us