Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nafas: Kualitas Udara Jabodetabek Tidak Sehat, Terburuk di Bekasi

Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (3/4/2020). Memasuki minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik seiring dengan minimnya aktivitas di Ibu Kota. Berdasarkan data dari situs pemantauan udara AirVisual.com pada Kamis 3 April pada pukul 12.00 WIB, Jakarta tercatat sebagai kota dengan indeks kualitas udara di angka 55 atau masuk dalam kategori sedang. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (3/4/2020). Memasuki minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik seiring dengan minimnya aktivitas di Ibu Kota. Berdasarkan data dari situs pemantauan udara AirVisual.com pada Kamis 3 April pada pukul 12.00 WIB, Jakarta tercatat sebagai kota dengan indeks kualitas udara di angka 55 atau masuk dalam kategori sedang. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Jakarta, IDN Times - Aplikasi kualitas udara Nafas menyebutkan, sepanjang Agustus 2020 rata-rata kualitas udara di wilayah Jabodetabek tidak sehat.

"Tahun ini rata-rata kualitas udara dari 46 sensor di seluruh Jabodetabek adalah tidak sehat (153)," tulis keterangan Nafas dalam laporan yang diterima IDN Times pada Kamis (1/10/2020).

Nafas menyebutkan 26 dari 46 sensor yang disebar menunjukkan rata-rata harian bahwa kualitas udara di Jabodetabek tidak sehat.

1. Kualitas udara selama Agustus jauh di atas standar WHO

Kondisi kendaraan di Jakarta pada Selasa (26/5). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Kondisi kendaraan di Jakarta pada Selasa (26/5). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Secara rata-rata kualitas udara di seluruh wilayah sebaran sensor pada Agustus 2020 mencapai angka 153 yang artinya berada pada kelompok tidak sehat.

Nafas mencatat lebih dari 50 persen dari keseluruhan waktu di seluruh lokasi sebaran sensor bulan ini menunjukkan kondisi tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. Angka ini sebenarnya sedikit lebih baik dibanding bulan lalu (59 persen).

WHO sendiri memberikan pedoman indeks kualitas udara yang terbilang sedang atau baik berada di angka 78. Nafas mencatat tidak ada rata-rata harian di lokasi manapun di Jabodetabek yang memenuhi angka tersebut sepanjang Agustus 2020.

2. Kualitas udara paling buruk terdeteksi di Bekasi

ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)
ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Kualitas udara terbaik di wilayah Jabodetabek sepanjang Juni hingga Agustus menurut Nafas berada pada siang hari. Daerah dengan kualitas udara paling buruk adalah Bekasi (163). Daerah Bantar Gebang pun mencatat angka kualitas udara terburuk yakni 182.

Daerah lain yang juga tercatat memiliki kualitas udara yang cukup parah adalah Tangerang (162) dan Tangerang Selatan (159). Sedangkan kualitas udara terbaik berada di wilayah Jakarta Utara (143), Jakarta Pusat (145), dan Jakarta Barat (148).

Aktivitas luar ruangan yang berat tidak direkomendasikan untuk dilakukan di wilayah Jabodetabek dengan kualitas udara seperti ini.

3. Kualitas udara terbaik justru berlangsung saat jam sibuk

Pengendara sepeda motor melintas di persimpangan Pancoran, Jakarta, Jumat (21/8/2020) ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pengendara sepeda motor melintas di persimpangan Pancoran, Jakarta, Jumat (21/8/2020) ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Kualitas udara terbaik di wilayah Jabodetabek nyatanya justru bisa didapatkan di jam sibuk. Mulai pukul 12.00 hingga pukul 17.00 WIB. Sedangkan kualitas udara terburuk justru terjadi di malam hari.

Nafas Jakarta mencatat ada kenaikan 29 persen rata-rata kualitas udara pada Agustus 2020 dibandingkan dengan Juli 2017.

Nafas Jakarta menyarankan agar masyarakat selalu menggunakan masker, menyalakan pembersih udara, memeriksa data real-time dan membatasi aktivitas luar ruangan yang berat dan butuh waktu lama.

Aplikasi Nafas mungkin dapat membantumu untuk melihat situasi terkini juga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us