Pasien Teronggok di Tenda Darurat hingga Pikap, RSUD Bekasi Buka Suara

Jakarta, IDN Times - Sebuah video yang memperlihatkan kondisi memprihatinkan di halaman rumah sakit RSUD Kota Bekasi viral di media sosial.
Bak sedang dalam kondisi perang atau bencana alam, video berdurasi 23 detik memperlihatkan pasien membeludak di rumah sakit tersebut. Sejumlah pasien tergolek dengan dipasangi selang infus di tenda darurat yang didirikan di halaman RSUD itu.
Bukan hanya itu pemandangan yang mengenaskan di video itu. Pasien bahkan ada juga yang teronggok di luar tenda dengan hanya beralaskan terpal. Tampak pula seorang pasien di atas kursi roda, lalu ada juga yang terpaksa diobservasi di atas mobil bak terbuka alias pikap.
Pascaviralnya video tersebut, Direktur RSUD Bekasi dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, Kusnato Saidi akhirnya buka suara. Bagaimana sebenarnya kondisi di RSUD tersebut?
1. UGD overkapasitas

Kusnanto mengakui, antrean sejumlah pasien menyebabkan ruang unit gawat darurat (UGD) dalam kondisi over kapasitas. Rumah sakit mendirikan tenda dan menyediakan lorong sebagai triase UGD untuk mengatasi kondisi tersebut. Namun, itu pun tidak cukup.
“Terkait antrean tersebut, sebelumnya kami meminta maaf dan sudah memantau sejak tadi malam. Namun pagi hari tadi ternyata banyak antrean pasien yang datang. Banyak warga yang meminta dirujuknya ke RSUD, dan kapasitas tenda tidak tertampung,” kata Kusnanto dikutip dalam siaran tertulis laman resmi Pemprov Bekasi bekasikota.go.id , Sabtu (26/6/2021).
2. Rumah sakit menambah kapasitas tempat tidur

Berbagai upaya sudah dilakukan pihak rumah sakit untuk dapat menampung pasien yang melonjak itu. Dia menjelaskan, pihaknya menetapkan gedung A sebagai triase dengan kapasitas 15 tempat tidur (bed) dan satu lantai di gedung E untuk mengurai antrean pasien.
“Untuk mengurai pasien, kami menambah satu lantai di gedung E dengan kapasitas 45 bed,” jelas Kusnanto. Pembagian itu, kata dia, sesuai instruksi wali kota.
Kusnanto memastikan seluruh penambahan kapasitas segera dilakukan hingga total kapasitas menjadi 600 bed. Sebanyak 400 bed di antaranya difungsikan untuk isolasi pasien COVID-19 dan 200 bed untuk pasien umum.
3. 60 persen pasien yang diisolasi warga Bekasi

Selain itu, dia menjelaskan lonjakan pasien itu didominasi warga asli Bekasi. Berdasarkan data pendaftaran, 60 persen pasien yang diisolasi merupakan warga yang ber KTP Kota Bekasi.
Berdasarkan data terakhir dari Satgas Penanganan COVID-19, kawasan Kota Bekasi masih tergolong dalam zona merah penyebaran virus corona.
4. IGD jadi tempat isolasi

Sementara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pihaknya akan mengubah semua kamar Intalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi kamar isolasi untuk hadapi lonjakan kasus
"Sedangkan untuk IGD kita putuskan untuk bangun tenda di luar rumah sakit, supaya yang ingin dicek masuknya ke sana, bukan ke IGD karena untuk tambahan tempat tidur. Saya berterima kasih karena BNPB sangat membantu menambah tenda di luar rumah sakit," ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, Jumat (26/6/2021).
Selain itu, Budi mengatakan Kemenkes juga telah mengambil langkah mengkonversikan tiga rumah sakit yakni RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan dan RSUP Fatmawati menjadi rumah sakit khusus untuk penanganan COVID-19.
"Dengan demikian, ada ratusan tempat tidur baru lengkap dengan dokter pengalaman, perawat pengalaman lengkap untuk bisa melayani pasien di DKI Jakarta. Diharapkan, minggu ini konversi tersebut bisa selesai," imbuhnya.