Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Keseruan Mengunjungi Tambang Nikel PT Vale Indonesia di Sorowako

image6.jpg
Host Suara Millennial, Vadhia Lidyana mengunjungi Main Office Plant PT Vale Indonesia di Luwu Timur, Sorowako, Sulawesi Selatan. (dok. IDN Times)
Intinya sih...
  • PT Vale Indonesia melakukan proses menambang dan mengolah nikel berkelanjutan di semua lini bisnisnya.
  • Upaya mengembalikan alam seperti semula juga dilakukan PT Vale dengan berbagai cara.
  • Dampak yang dibawa PT Vale dirasakan oleh masyarakat lokal dengan melibatkan anak muda.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times — Kegiatan menambang kerap dianggap merusak alam untuk mengeruk sumber daya alam. Tapi, apakah benar seperti itu? Kenyataannya, ada juga kok  perusahaan tambang seperti PT Vale Indonesia (PT Vale) yang menambang secara bertanggung jawab dengan menjaga lingkungan dan membawa dampak positif bagi sekitarnya.

Gak percaya? Oke, kamu bisa baca perjalanan IDN Times ke PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Apa saja fakta-fakta menarik yang IDN Times temukan di sana? Langsung simak poin-poin di bawah ini ya!

1. Proses menambang dan mengolah nikel berkelanjutan di PT Vale

image2.png
Host Suara Millennial, Vadhia Lidyana mewawancarai Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Abu Ashar. (dok. IDN Times)

IDN Times kali ini berkesempatan mengunjungi Main Plant Office PT Vale Indonesia di Blok Sorowako untuk melihat proses pengolahan nikel. PT Vale awalnya menunjukkan mining base atau pusat kontrol Perusahaan. Di sini, kita bisa melihat monitoring penambangan bijih nikel, operasional truk, pengerukan, screening bijih nikel, hingga proses bijih nikel diantar ke area pengolahan.

Kemudian setelah penambangan, proses pengolahan pun dimulai. Bijih nikel yang diambil dari tambang disimpan terlebih dahulu untuk dikeringkan. Kemudian, bijih nikel yang sudah berkurang kadar airnya akan dipanaskan dan diproses pada area kiln.

Proses pengolahan nikel selanjutnya adalah furnace. Di sini, nikel matte yang menjadi produk akhir dipisahkan dari slag atau limbah. Lalu, nikel dimurnikan lebih lanjut dari besi di area converter. Nikel matte dari area converter yang masih dalam bentuk cair lalu akan melalui proses granulasi untuk mengubah bentuknya menjadi pasir. Pada akhirnya, nikel matte yang siap untuk diekspor akan berbentuk seperti pasir berwarna gelap yang sangat halus.

Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Abu Ashar ketika diwawancara, mengungkapkan bahwa PT Vale selalu berkomitmen untuk menambang dengan menerapkan prinsip-prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) pada setiap aspek operasional bisnis. 

FYI, PT Vale juga mendukung hilirisasi nikel dengan tidak pernah mengekspor bijih mentah dan mengoperasikan pabrik pengolahan nikel terintegrasi. Komitmen ini sudah dilakukan sejak PT Vale Indonesia berdiri pada tahun 1968.

“Kita mengikuti kaidah teknik pertambangan yang baik dan berkelanjutan. Artinya, PT. Vale  bukan sekadar menambang saja, tapi ada proses recovery setelah itu. Jadi, ada tiga tahapan. Pra-penambangan, penambangan, terakhir pasca-tambang secara terintegrasi,” ujar Abu Ashar. 

2. Mengembalikan alam seperti semula

image1.png
Host Suara Millennial, Vadhia Lidyana bersama Ibu Rimal Manuk Allo, Kepala Desa Perempuan Pertama Di Tabarano. (dok. IDN Times)

Kegiatan menambang nikel PT Vale juga melalui perencanaan yang panjang. Tidak hanya soal produksi, Perusahaan juga memikirkan upaya reklamasi lingkungan, usai kegiatan pertambangan selesai. Area-area bekas tambang pun disulap menjadi kawasan hijau sehingga flora fauna kembali ke bentuk semula dan bahkan lebih baik.

Bukit Himalaya dan Bukit Solia menjadi contohnya. Kedua area ini sama-sama merupakan bekas tambang yang sudah direklamasi sejak tahun 2006 dan 2007. Tak terlihat layaknya bekas tambang, kedua wilayah ini justru sangat hijau dengan berbagai jenis flora dan fauna. 

“Reklamasi itu bukan sekadar menanam, tapi kita profiling dulu, memetakan lahan yang sudah ditambang. Supaya nanti ke depannya drainasenya jelas, jalannya untuk perawatan ada, dan akses bagi flora-fauna bisa kembali. Jadi, setelah 15 tahun, kondisi bisa kembali seperti hutan yang sebelumnya,” jelas Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Vale ini.

Selain reklamasi, PT Vale juga mempunyai tempat pembibitan tanaman atau nursery. Tempat ini mampu memproduksi 700.000 bibit pohon per tahun dan merupakan bagian dari Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallacea. Bibit-bibit tanaman yang dikembangkan di area ini tidak hanya dari jenis lokal, tetapi juga endemik. Bibit ini nantinya akan digunakan dalam program revegetasi untuk rehabilitasi area bekas tambang dan juga digunakan untuk kebutuhan penanaman pohon pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Tak hanya itu saja, bibit pohon ini juga diberikan secara gratis ke masyarakat yang ingin melakukan penanaman pohon.

Lalu, ada juga Agrowisata Kebun Nanas Ponda'Ta di Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Area ini dulunya adalah lahan kosong tak terpakai dan mudah terbakar atau masuk kategori lahan kritis. Akhirnya, lahan tersebut dimanfaatkan sebagai kebun nanas. PT Vale berkontribusi memanfaatkan slag atau limbah pengolahan nikel yang dimodifikasi untuk jalan dan paving block kebun ini. 

3. Upaya menjaga lingkungan PT Vale Indonesia

image3.png
Wilayah segregasi PT Vale yang menjadi pusat daur ulang sampah. (dok. IDN Times)

Implementasi ESG PT Vale tidak berhenti pada area reklamasi saja. Perusahaan juga melakukan berbagai upaya dan inisiatif untuk mengurangi jumlah emisi karbon. 

Salah satunya adalah wilayah segregasi yang menjadi pusat daur ulang sampah. PT Vale  melakukan pemilahan dan pemanfaatan sampah dari wilayah kerja dan desa-desa sekitar. Jumlahnya mencapai 15-16 ton sampah per hari. Sampah yang dikirim ke landfill pun bisa berkurang dengan menerapkan konsep Reduce, Reuse, and Recycle.

Dalam ulang tahun PT Vale ke-57 yang berbarengan dengan hari Mangrove Sedunia 2025, Perusahaan juga berkolaborasi dengan Yayasan Cinta Laut Indonesia untuk melakukan restorasi mangrove. Ada sebanyak dua ribu bibit mangrove yang ditanam di kawasan pesisir untuk mengurangi dampak abrasi laut.

4. Dampak bagi masyarakat

image7.png
Warga lokal sedang membuat kerajinan di Galeri Kareso Anatowa. (dok. IDN Times)

Kehadiran PT Vale Indonesia nyatanya juga membawa banyak manfaat bagi warga lokal. Salah satunya adalah terbukanya berbagai lapangan kerja di perusahaan tambang.

Abu Ashar menjelaskan sebanyak 88 hingga 90 persen karyawan PT Vale berasal dari Sulawesi. Ketika ditanya soal proses rekrutmen, ia menuturkan PT Vale akan memprioritaskan perekrutan internal, setelah itu warga lokal jika memiliki kebutuhan akan tenaga kerja.

“Memang tahapan rekrutmen di PT Vale itu dimulai dari internal dulu di PT Vale. Kalau tidak ada, baru kita buka ke lokal. Kalau di lokal tidak ada, baru ke regional, lalu nasional. Semangatnya adalah bagaimana bisa melihat dan mengembangkan talenta-talenta yang ada di lokal, terutama dari komunitas sekitar,” ujarnya.

Selain lapangan pekerjaan, PT Vale juga mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui Galeri Kareso Anatowa. Tempat ini menjajakan produk pangan segar, minuman, dan hingga kerajinan hasil dari UMKM lokal. Perekonomian masyarakat sekitar pun semakin kuat dan berdaya.

Pelaku UMKM pun diberikan pendampingan agar mereka bisa menjual produk-produk lokal. PT Vale sempat memberikan bantuan kepada 58 pelaku usaha untuk mendapat legalitas atas produk, sehingga lebih mudah melakukan pemasaran. 

5. Anak muda sebagai bagian dari perubahan

image4.png
Host Suara Millennial, Vadhia Lidyana mewawancarai Yoza, salah satu pekerja muda PT Vale. (dok. IDN Times)

Tidak ketinggalan, PT Vale juga tidak ragu untuk melibatkan generasi muda dalam upaya menerapkan ESG. Langkah ini menjadi cerminan cara Perusahaan untuk menyebarkan semangat ramah lingkungan ke setiap pekerja PT Vale.

Yoza misalnya, salah satu pekerja muda PT Vale, menceritakan bahwa Perusahaan mengelola dengan ketat setiap limbah tambang, baik itu padat, cair, maupun gas. PT Vale pun berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam bidang ESG dan sempat mendapat titel PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Kebiasaan untuk mengurangi emisi karbon dan semangat ramah lingkungan nyatanya berdampak nyata bagi pekerja. Yudha, salah satu pekerja muda PT Vale bercerita bahwa ia mulai menerapkan kebiasaan ramah lingkungan setelah terbiasa mengelola karbon dan konsumsi energi di alat–alat operasional tambang.

“Ini (kebiasaan) terbawa sampai ke rumah, energi yang tidak gunakan ya kita hemat. Jangan konsumtif,” ujarnya.

Lebih jauh, lingkungan kerja PT Vale juga inklusif terhadap perempuan. Fauzia misalnya, salah satu pekerja perempuan yang bertugas di Area Converter and Packaging PT Vale. Ia mengaku selama bekerja, PT Vale sangat mengedepankan keberagaman dan inklusivitas. Suasana ini utamanya terasa di area process plant, yang dominan dengan pekerja laki-laki. 

“Saya sangat senang dan menjadi salah satu tantangan ketika bekerja di pabrik. Rekan-rekan kerja lainnya sangat welcome ketika ada pekerja perempuan. Dengan begitu, emosionalnya lebih terbangun dan tidak ada perlakuan yang berbeda,” katanya. 

Nah, gimana? Keren banget kan perjalanan IDN Times ke PT Vale kali ini? Jangan lupa tonton video Suara Milenial untuk selengkapnya di Kanal YouTube IDN Times ya! (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Cynthia Kirana Dewi
EditorCynthia Kirana Dewi
Follow Us

Latest in News

See More

HGB Berakhir, Saksi Sidang Hotel Sultan Sebut Lahan Harus Dikosongkan

15 Okt 2025, 16:35 WIBNews