Perdamaian Global Merosot, GPI 2025 Laporkan Lonjakan Konflik

- Tren negatif perdamaian dunia terus berlanjut seiring meningkatnya konflik dan ketegangan geopolitik di berbagai wilayah.
- Indikator keamanan masyarakat dan konflik berkepanjangan menjadi faktor penyumbang penurunan perdamaian global.
- Ketidakstabilan domestik di sejumlah negara menambah tekanan terhadap indikator keamanan global.
Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru Global Peace Index (GPI) 2025 menunjukkan, perdamaian dunia kembali mengalami penurunan sepanjang tahun ini. Institute for Economics and Peace (IEP) mencatat rata-rata tingkat perdamaian global turun 0,36 persen, melanjutkan tren negatif yang berlangsung sejak 2019.
GPI 2025 juga menegaskan, kondisi perdamaian global telah memburuk pada 13 dari 17 tahun terakhir, tanpa satu pun tahun menunjukkan perbaikan menyeluruh sejak 2013.
Indeks yang mencakup 163 negara dengan 99,7 persen populasi dunia ini menggunakan 23 indikator untuk mengukur konflik, keamanan masyarakat, dan tingkat militerisasi. Laporan tersebut menempatkan 2025 sebagai salah satu tahun dengan tantangan terbesar terhadap stabilitas global, ditandai oleh meningkatnya konflik bersenjata dan ketidakpastian geopolitik.
1. Perdamaian global memburuk

Penurunan perdamaian dunia pada 2025 kembali menegaskan pola memburuknya stabilitas global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dikutip dari Anadolu, Kamis (4/12/2025), IEP melaporkan bahwa tren negatif ini terus berlanjut seiring meningkatnya konflik dan ketegangan geopolitik di berbagai wilayah.
GPI menemukan, indikator keamanan masyarakat dan konflik berkepanjangan menjadi faktor terbesar penyumbang penurunan. Beberapa wilayah mengalami peningkatan kekerasan berbasis negara, kerusuhan sipil, hingga ketegangan lintas batas.
IEP menjelaskan, setelah 2013, skor global tidak pernah menunjukkan perbaikan menyeluruh, menandakan perubahan jangka panjang dalam dinamika perdamaian dunia. Laporan ini juga menilai ketidakstabilan domestik di sejumlah negara menambah tekanan terhadap indikator keamanan global.
2. Negara paling damai masih didominasi Eropa

Dalam peringkat negara paling damai, Islandia mempertahankan posisi teratas untuk tahun ke-17 berturut-turut. Negara tersebut terus mencatat skor tinggi pada aspek keamanan masyarakat dan tingkat militerisasi yang rendah.
Irlandia berada di posisi kedua dengan struktur keamanan yang stabil dan tingkat keterlibatan konflik yang minim. Peringkat ketiga ditempati Selandia Baru, didorong oleh regulasi senjata yang ketat dan tingginya kepercayaan sosial antarwarga.
Austria menempati posisi keempat, mempertahankan catatan baik pada layanan sosial publik dan stabilitas institusional. Diikuti oleh Swiss, yang menduduki posisi kelima berkat sistem keamanan yang kuat dan tingkat kriminalitas yang rendah.
Singapura, sebagai negara paling damai di Asia, berada di posisi keenam secara global dan menjadi satu-satunya negara Asia dalam 10 besar.
3. Lonjakan konflik kekerasan jadi tantangan utama

GPI 2025 mencatat lonjakan tajam konflik kekerasan di seluruh dunia, terutama pada skala negara. Sepanjang 2023, terdapat 59 konflik berbasis negara, angka tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Peningkatan konflik tersebut memperburuk tingkat perdamaian global dan memberikan dampak langsung pada kestabilan regional. Beberapa konflik berlangsung dalam intensitas tinggi, sementara konflik lain meluas ke wilayah baru.
IEP menilai, peningkatan konflik berkaitan dengan ketegangan politik, kompetisi sumber daya, dan perubahan geopolitik global. Kondisi ini juga menyebabkan tekanan tambahan pada indikator sosial, keamanan, dan ekonomi.
Laporan GPI menegaskan penyelesaian konflik dan penguatan diplomasi internasional menjadi tantangan besar bagi komunitas global dalam beberapa tahun ke depan.















