Demi Menang di 2024, Ganjar dan Prabowo Akan Berebut Endorse Jokowi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai sejumlah bakal calon presiden (bacapres) akan berebut dukungan dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
Jika melihat dinamika politik saat ini, menurut Arifki, setidaknya ada dua bacapres yang berupaya mendapat 'endorse' dari Jokowi, yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Dukungan Jokowi bakal diperebutkan oleh Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024," kata Arifki dalam keterangannya kepada IDN Times, Selasa (30/5/2023).
Baca Juga: Peran Jokowi di Mata Ganjar: Sama Kayak Megawati
1. Jokowi dinilai juga punya kepentingan di Pilpres 2024
Arifki menuturkan, dukungan yang diperebutkan bacapres itu menunjukkan posisi Jokowi sebagai real king maker. Di sisi lain, juga memperlihatkan posisi Jokowi yang punya kepentingan tertentu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
"Munculnya kode-kode capres yang diharapkannya dan dukungan relawan yang ikut dengan irama politik Jokowi," tutur dia.
Baca Juga: Hadiri Majelis Rasulullah, Prabowo Puji Kepemimpinan Jokowi
2. Jokowi dan keluarganya punya pesona besar
Oleh sebabnya, kata Arifki, Jokowi maupun keluarganya akan tetap memiliki pesona besar di Pilpres 2024. Capres dan cawapres bakal memanfaatkan kedekatan dengan Jokowi maupun keluarganya untuk mendapatkan dukungan.
"Sehingga wajar Jokowi dan keluarganya bakal dinilai tidak mendukung satu capres saja. Pilpres 2024 itu adalah pertarungan daya tawar," jelas dia.
Baca Juga: Survei SMRC: 79,7 Persen Pemilih Kritis Puas dengan Kinerja Jokowi
3. Jokowi tak punya kekuatan parpol, tapi posisinya strategis
Jokowi memang tidak memiliki kekuatan partai politik, tetapi posisinya sebagai presiden lebih strategis menentukan arah politik pasca-2024. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu diprediksi akan memanfaatkan kekuatan relawan untuk menentukan siapa yang layak dia dukung.
"Sebagai bukan ketua umum atau pemilik partai, Jokowi sepertinya bakal memanfaatkan kekuatan relawan dan posisinya sebagai presiden untuk menentukan siapa yang layak sebagai penggantinya. Para capres bakal lebih dulu mendekat kepada Jokowi dibandingkan melakukan negosiasi dengan partai”, imbuh Arifki.