Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Armenia Klaim Rusia Meninggalkan Negaranya Sendirian

ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/captoprisko)
ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/captoprisko)

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Parlemen Armenia Alen Simonyan, pada Senin (10/6/2024), mengatakan bahwa Rusia sengaja meninggalkan negara dan rakyatnya sendirian. Ia menyebut sebelumnya Armenia tetap percaya Rusia akan terus membelanya hingga kepercayaan itu hilang. 

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia memprotes Armenia yang mengirimkan delegasi ke Bucha, Ukraina. Moskow bahkan mengklaim Yerevan sudah mengatakan hal yang tidak semestinya dan ikut membantu militer Ukraina. 

1. Armenia merasa ditipu oleh Rusia

Simonyan mengatakan bahwa Rusia seharusnya melihat sendiri bagaimana aksinya setelah pecahnya perang Armenia-Azerbaijan pada 2020. Ia menilai Yerevan selama ini selalu loyal kepada Moskow. 

"Saya tidak akan mengomentari tuduhan dari Rusia. Biarkan mereka melihat sendiri aksinya setelah 2020. Armenia selalu jadi rekan loyal Rusia. Kami percaya seperti anak kecil, hingga momen terakhir bahwa Rusia tidak akan meninggalkan kami," tuturnya, dikutio Armen Press

"Namun, kenyataannya pemerintah Rusia ternyata sudah meninggalkan Republik Armenia dan rakyat Armenia begitu saja. Mereka menipu kami, mereka meninggalkan kami sendirian," sambungnya. 

Ia mengaku iri dengan Amerika Serikat (AS) yang bersedia mengirimkan kapal perang ke pesisir Israel untuk menembak roket yang mengarah ke sana. 

2. Rusia disebut ingin menggulingkan pemerintahan Armenia saat ini

ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/@edgar_t)
ilustrasi bendera Armenia (unsplash.com/@edgar_t)

Simonyan menambahkan, Rusia dan oposisi berniat menggulingkan pemerintahan dan mendirikan pemerintahan baru di Armenia. Ia menilai partai oposisi mendapat dukungan penuh dari Moskow. 

"Ini bukan berarti bahwa semua dilakukan secara terang-terangan. Anda harus melakukannya hari ini. Mereka (Rusia) menciptakan semua narasi melalui blog dan slogan yang disuarakan oposisi," ungkapnya, dikutip News AM.

Ia pun menampik tudingan dari oposisi yang mengklaim pemerintahan saat ini memperoleh dukungan dari Turki dan Azerbaijan. 

"JIka mereka mengatakan itu, lalu, kenapa kami terus ditekan oleh pihak yang sama? Jika, Anda bekerja dengan seseorang, kenapa mereka malah memukulmu? Turki memang bilang akan membuka perbatasan setelah masalah Nagorno-Karabakh. Namun, proses itu melambat," tambahnya. 

3. Duta Besar Rusia sudah kembali ke Yerevan

Pada saat yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Galuzin, mengatakan Duta Besar Rusia di Yerevan, Sergey Kopyrkin, sudah kembali ke kantornya setelah dipanggil selama 2 pekan lamanya. 

"Sergey Kopyrkin sudah selesai dalam konsultasi dengan pemerintah Rusia dan, sejauh yang kami tahu, dia sudah kembali ke Yerevan. Ini adalah sebuah standar prosedur yang sering digunakan," terangnya, dikutip RFE/RL.

Pada akhir Mei, Moskow sudah memanggil Kopyrkin setelah pernyataan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan terkait adanya dua negara anggota CSTO (Collective Security Treaty Organization) yang membantu Azerbaijan menyerang Armenia pada 2020. 

Rusia meminta Pashinyan membeberkan nama dua negara CSTO tersebut. Meski tak disebutkan, tapi dua negara tersebut dipercaya adalah Rusia dan Belarus. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us