Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Banjir di Tanzania Sebabkan 58 Orang Tewas

ilustrasi (Pexels.com/Pok Rie)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Tanzania mengatakan banjir telah menewaskan 58 orang di negaranya. Banjir telah terjadi selama dua minggu terakhir sementara hujan lebat terus berlanjut.

Juru bicara pemerintah Mobhare Matinyi mengatakan pada Minggu (14/4/2023), bahwa pasokan penting termasuk makanan telah didistribusikan kepada mereka yang terdampak dan membutuhkan.

Banjir tidak hanya terjadi di Tanzania yang berada di Afrika Timur, tapi juga negara tetangganya Kenya. Di negara tersebut, sejauh ini banjir menewaskan sedikitnya 13 orang.

1. Wilayah pesisir terdampak paling parah

Bulan April merupakan puncak musim hujan di Tanzania. Tahun ini diperburuk oleh fenomena El Nino, yang telah menyebabkan kekeringan dan banjir di seluruh dunia.

Dilansir Al Jazeera, Matinyi mengatakan wilayah pesisir negara itu adalah salah satu yang paling parah terkena dampak bencana.

"Dampak banjir yang parah terjadi di wilayah pesisir di mana 11 orang telah meninggal sejauh ini," katanya.

Empat bulan lalu, setidaknya 63 orang tewas akibat banjir di Tanzania utara yang juga memicu tanah longsor yang menghancurkan.

2. Rencana pembangunan 14 bendungan

Selama dua minggu dilanda banjir, lebih dari 10 ribu rumah tangga terkena dampaknya. Seain itu, lebih dari 75 ribu lahan pertanian dilaporkan mengalami kerusakan.

Dilansir TRT Afrika, Matinyi mengatakan negaranya berencana membuat proyek infrastruktur besar dengan membangun 14 bendungan di masa depan. Hal itu untuk mencegah terjadinya banjir.

Hal tragis yang terjadi selama banjir di antaranya adalah, pada pekan lalu delapan anak-anak sekolah tewas setelah bus yang mereka tumpangi jatuh ke jurang saat banjir melanda bagian utara negara itu. Seorang sukarelawan dalam operasi penyelamatan juga tewas

3. Curah hujan meningkat dua kali lebih deras

Dar es Salaam, ibu kota Tanzania (Unsplash.com/Peter Mitchell)

El Nino yang terjadi secara alami dan muncul pada pertengahan 2023, biasanya meningkatkan suhu global selama satu tahun setelahnya. Ini menyebabkan kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di bagian lainnya.

Dilansir Barron's, para ilmuwan dari kelompok World Weather Attribution mengatakan, curah hujan di Afrika Timur merupakan salah satu curah hujan yang paling intens yang pernah tercatat di wilayah itu antara Oktober dan Desember.

"Perubahan iklim juga berkontribusi terhadap peristiwa tersebut, membuat curah hujan lebat hingga dua kali lebih deras," kata mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us