Bethlehem Bersinar: Perayaan Natal Digelar di Tanah Kelahiran Yesus

- Perayaan Natal kembali digelar di Bethlehem setelah dua tahun vakum
- Pariwisata belum pulih, warga Bethlehem terus berjuang
- Perayaan Natal sederhana di tengah krisis ekonomi
- Perayaan Natal kembali digelar di Bethlehem setelah dua tahun vakum
- Pariwisata belum pulih, warga Bethlehem terus berjuang
- Perayaan Natal sederhana di tengah krisis ekonomi
Jakarta, IDN Times - Selama dua tahun terakhir, Bethlehem terpaksa melewati musim Natal tanpa perayaan apa pun. Kota yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Yesus itu tenggelam dalam kesunyian akibat perang di Gaza, membuat alun-alun yang biasanya penuh cahaya berubah menjadi ruang kosong tanpa keramaian.
Bagi banyak warga, ketiadaan perayaan bukan hanya hilangnya tradisi, tetapi juga hilangnya sumber pendapatan. Bethlehem hidup dari pariwisata, dan ketika pengunjung menghilang, kota pun menjadi sepi. Banyak keluarga kehilangan pekerjaan, sementara suasana duka menyelimuti komunitas yang masih memiliki kerabat di Gaza.
Tahun ini, setelah adanya jeda konflik, Bethlehem memutuskan mengembalikan perayaan Natal. Keputusan itu tidak diambil dengan mudah, tetapi banyak warga merasakan bahwa kembalinya cahaya pohon Natal adalah harapan kecil yang mereka tunggu.
1. Perayaan yang kembali digelar

Dikutip dari BBC, Selasa (9/12/2025), keputusan untuk menyalakan kembali pohon Natal memunculkan pendapat yang terbelah di antara warga. Wali Kota Bethlehem, Maher Canawati, mengakui bahwa sebagian orang mempertanyakan kelayakan merayakan Natal di tengah penderitaan yang masih berlangsung di Gaza. Namun ia menegaskan bahwa perayaan ini penting bagi warga.
“Beberapa mungkin mengatakan ini tidak tepat dan yang lain mengatakan ini tepat,” ujarnya.
“Tapi jauh di dalam hati saya, saya merasa ini adalah hal yang benar karena Natal tidak boleh dihentikan atau dibatalkan. Ini adalah cahaya harapan bagi kami,” lanjutnya.
Seiring kembalinya dekorasi, warga lokal, baik Kristen maupun Muslim, berbondong-bondong berfoto di depan pohon Natal besar yang berdiri di Manger Square. Mereka bergabung dengan sejumlah kecil turis asing yang kembali hadir setelah dua tahun vakum.
Desainer perhiasan asal Bethlehem, Nadya Hazboun, mengaku lega melihat suasana ini kembali. “Kami sangat senang memiliki pohon itu, dan melihat orang asing di Bethlehem serta bisa merayakan Natal dalam semangatnya yang sebenarnya,” katanya.
Menurutnya, Bethlehem harus tetap memberi pesan damai ke seluruh dunia.
2. Pariwisata belum pulih, warga Bethlehem terus berjuang

Kota-kota tetangga seperti Beit Jala dan Beit Sahour juga bersiap menyalakan pohon Natal mereka. Hotel-hotel yang hampir kosong selama dua tahun kini mulai menerima pemesanan dari warga Palestina yang tinggal di Israel serta sejumlah wisatawan asing. Meski begitu, tingkat kunjungan masih jauh dari kondisi normal.
Di kawasan sekitar Gereja Kelahiran Yesus, toko-toko suvenir masih tampak sepi. Banyak pemandu wisata yang biasanya sibuk kini lebih banyak menunggu tanpa kepastian.
Salah satu pemandu, Hamza, mengkhawatirkan persepsi internasional bahwa Bethlehem masih tidak aman. “Ini adalah kota wisata, tanpa pariwisata tidak ada kehidupan,” ujarnya.
“Kami berharap orang-orang kembali seperti sebelumnya,” lanjut dia.
Kesulitan ekonomi makin terasa sejak Oktober 2023, ketika puluhan ribu pekerja Palestina di Tepi Barat berhenti diizinkan masuk ke Israel untuk bekerja. Selain itu, para pegawai negeri menerima gaji sebagian karena Israel menahan dana pajak yang seharusnya disalurkan ke Otoritas Palestina.
3. Perayaan Natal sederhana di tengah krisis ekonomi

Di tengah kondisi serba terbatas, banyak warga Kristen bersiap menyambut Natal secara sederhana tahun ini. Di dekat Manger Square, pemilik restoran keluarga Afteem, Alaa Salameh, menjelaskan betapa sulitnya situasi beberapa bulan terakhir.
“Kami bersiap untuk Natal setelah salah satu periode tersulit kami sebagai warga Palestina dan sebagai orang Kristen,” katanya.
Ia menambahkan, banyak keluarga bahkan tidak mampu membeli falafel, makanan murah yang biasa mereka konsumsi. Alaa memperkirakan, perayaan tahun ini akan dilakukan sesuai kemampuan masing-masing keluarga.
“Orang yang ingin membawa anak-anaknya ke festival atau teater atau apa pun, dia tidak memiliki uang untuk merayakan itu,” ujarnya.
Di dalam Gua Kelahiran yang berada di bawah Gereja Kelahiran Yesus, beberapa peziarah asing tetap datang menyalakan lilin di dekat bintang perak yang menandai tempat kelahiran Yesus. Meski suasana masih jauh dari normal, warga Bethlehem berharap kehadiran turis dapat kembali pulih, seiring doa yang sama mereka panjatkan setiap malam: agar damai kembali ke tanah suci itu.














