Filipina: Militer Berhasil Ringkus Pemimpin Gerilya Komunis

Terus berlanjutnya Perang Sipil di Filipina

Jakarta, IDN Times - Pasukan militer Filipina pada Sabtu (30/10/2021) berhasil membunuh seorang pemimpin gerilya komunis New People's Army (NPA) bernama Jorge Madlos. Keberhasilan ini dianggap sebagai salah satu bentuk hantaman kepada kelompok gerilya komunis yang beroperasi di area pedesaan. 

Filipina selama ini dikenal sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan tingkat kekerasan tinggi. Selain adanya perang sipil yang berlangsung lebih dari 50 tahun, Filipina juga menjadi sorotan terkait pelanggaran HAM dari war on drugs yang menewaskan ribuan orang terduga penyelundup narkoba. 

1. Militer Filipina adakan operasi udara di Sitio Gabunan

Kesuksesan dari militer Filipina kali ini setelah diterjunkannya pasukan pada area pegununungan Sitio Gabunan di Provinsi Bukidnon, Pulau Mindanao. Operasi ini dilakukan setelah militer mengetahui keberadaan para pemberontak komunis di area tersebut. 

Komandan Ferdinan Barandon mengungkapkan jika personel militer sudah mendeteksi lokasi persembunyian kelompok gerilya dan bahkan area sekitarnya sudah dibentengi dengan ranjau. Maka dari itu, pasukan militer melakukan serangan udara dalam melawan sisa-sisa pemberontak. 

Dikutip dari DW, setelah bertempur selama 30 menit, pertempuran berakhir dan kemudian pasukan militer mulai membersihkan area itu. Namun, pasukan yang bertugas menemukan dua mayat, yakni Madlos dan salah satu anak buahnya yang masih tengah memegang senjata dan amunisi. 

Menurut media lokal yang berafiliasi dengan Pemerintah Filipina, Madlos sudah dijerat dengan kasus kriminal berlapis, meliputi perampokan dengan pembunuhan, pengrusakan properti dan beberapa kemungkinan terlibat kasus pembunuhan. 

2. Militer Filipina sebut NPA akan kehilangan arah usai kepergian Madlos

Baca Juga: 7 Artis Korea yang Pernah Belajar Bahasa Inggris di Filipina 

Menurut Jenderal Romeo Brawner yang menjadi komandan Divisi Infantri Tentara ke 4 dan berkontribusi langsung dalam serangan itu mengungkapkan dalam konferensi pers terkait kematian Madlos. 

"Jorge Madlos atau yang dikenal sebagai Ka Oris sudah tewas. Saya menyerukan bagi seluruh pemberontak komunis untuk menyerah. Kalau kalian tidak menyerah, nasib kalian akan sama dengan Ka Oris. Ini sangat tidak mungkin melanjutkan perlawanan tanpa arah yang jelas" ujar Brawner. 

Madios merupakan salah satu dari beberapa pemimpin pemberontak komunis yang masih tersisa. Kematiannya merupakan hantaman besar bagi kelompok NPA dan pemerintah juga menyebut kelompok itu mulai terpecah belah. 

"Kematiannya akan menghambat aktivitas dan rencana NPA lantaran ia tidak bisa mengarahkan aksi kekerasan dari kelompok teroris beraliran komunis itu dalam melawan rakyat kami. Ini adalah hantaman keras bagi grup komunis di Minadanao dan bisa mengarahkan kedamaian di area itu" ungkap militer Filipina, dilaporkan dari Arab News

3. NPA menolak ungkapan dari militer Filipina

Associated Press, mengabarkan jika kelompok gerilya menolak pernyataan yang diungkapkan pemerintah. Pasalnya, mereka menyebut jika Madlos sedang berjalan menggunakan sepeda motor dengan seorang personel medis untuk mendapatkan perawatan. 

Namun, keduanya ditembak mati oleh personel militer yang sedang bertugas di area tersebut. Pihak gerilya juga menyebut Madlos dan seorang lainnya sama sekali tidak membawa senjata dan tidak ada pertempuran ataupun serangan udara yang dilakukan militer. 

Sementara itu, NPA yang berada di bawah PKP (Partido Komunista ng Pilipinas) dengan aliran Marxist-Leninism-Maois sudah terbentuk sejak 1969. Pada saat itu, Filipina berada di bawah kekuasaan diktator Ferdinand Marcos dan bahkan ia memberlakukan kebijakan martial law demi meringkus gerilya komunis. 

Militer Filipina menyebut kini terdapat sekitar 3.500-4.000 pasukan gerilya komunis meski terdapat sejumlah pasukan yang memilih untuk mundur atau menyerah. Bahkan konflik antara NPA dan Pemerintah Filipina ini telah mengakibatkan setidaknya 40 ribu orang tewas. 

Di sisi lain, upaya negosiasi perdamaian antara Pemerintah Filipina dan pemerontak komunis yang difasilitasi oleh Norwegia justru berakhir dengan kegagalan di tahun 2017 pada masa kepemimpinan Duterte. Dampaknya, konflik antara kedua belah pihak yang berujung kekerasan akan terus berlanjut, dikutip dari DW. 

Baca Juga: Muncul Bibit Siklon Tropis Filipina, Wilayah RI Ini Waspada Bencana!

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya