Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonomi Inggris Terancam Anjlok jika Trump Menang Pilpres AS 2024 

Donald Trump. (x.com/@TeamTrump)
Donald Trump. (x.com/@TeamTrump)

Jakarta, IDN Times - Lembaga riset National Institute of Economic and Social Research (NIESR) memperingatkan adanya risiko serius dari hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) terhadap ekonomi Inggris.

Pertumbuhan ekonomi negara tersebut dikhawatirkan terpangkas setengahnya, jika Donald Trump keluar sebagai pemenang dan menerapkan rencana tarif impornya.

Melansir dari The Guardian, Trump berencana menerapkan tarif hingga 60 persen untuk barang-barang dari China dan 10 persen untuk barang dari negara lainnya. Kebijakan proteksionis ini dinilai akan berdampak serius mengingat AS adalah mitra dagang terbesar Inggris, di atas Jerman, Belanda, Prancis, dan China.

Ekonom NIESR, Ahmet Kaya, mengatakan Inggris akan menjadi salah satu negara yang paling terdampak dari kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan tingginya ketergantungan pada perdagangan internasional.

Dampaknya akan terlihat pada penurunan aktivitas ekonomi, kenaikan inflasi, dan peningkatan suku bunga dari Bank of England.

1. Dampak serius pada pertumbuhan dan inflasi Inggris

Menurut laporan NIESR, kebijakan proteksionis Trump akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Inggris turun 0,7 persen pada tahun pertama. Selanjutnya, saat memasuki tahun kedua, penerapannya akan menyebabkan penurunan sebesar 0,5 persen.

Tanpa adanya tarif Trump, ekonomi Inggris diproyeksikan mampu tumbuh 1,2 persen pada 2025 dan 1,4 persen pada 2026.

Tingkat inflasi Inggris diprediksi naik 3-4 poin persentase dalam 2 tahun pertama kebijakan tarif Trump. Sementara, suku bunga diperkirakan akan meningkat 2-3 poin persentase untuk mengendalikan kenaikan harga tersebut.

Dampak ekonomi akan semakin parah jika negara-negara yang terkena tarif membalas dengan menerapkan kebijakan serupa.

"Stabilitas relatif berada di bawah ancaman serius akibat risiko kenaikan tarif impor AS," ujar Kaya, dilansir dari Reuters.

2. Trump yakin kebijakan tarif akan meningkatkan perekonomian AS

Trump, yang sedang bersaing ketat dengan Kamala Harris, menyebut tarif sebagai kata favoritnya. 

Trump mengklaim kebijakannya akan meningkatkan sektor manufaktur, lapangan kerja, dan pendapatan AS. Ia juga percaya diri kebijakan ini dapat menghasilkan triliunan dolar pendapatan federal dalam 10 tahun.

Para ekonom NIESR memperkirakan AS sendiri akan mengalami penurunan pertumbuhan 1,3-1,8 persen dalam dua tahun pertama penerapan tarif. Para kritikus memperingatkan, kebijakan proteksionisme Trump akan menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen di AS dan secara global.

"Ini akan menjadi pukulan besar bagi rencana pemerintah Inggris yang baru untuk meningkatkan pinjaman dan pengeluaran," tutur Kaya.

3. Inggris didesak perbaiki hubungan dengan Uni Eropa

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (twitter.com/@Keir_Starmer)
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (twitter.com/@Keir_Starmer)

Di tengah ancaman tersebut, para pengamat mendesak Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, untuk segera membangun kembali hubungan dengan Uni Eropa (UE).

Melansir The Independent, Partai Nasional Skotlandia (SNP) memperingatkan, Inggris kini berada dalam posisi lebih terisolasi dibandingkan periode pascaperang manapun.

Kampanye Best for Britain mendesak pemerintah Inggris membangun kembali hubungan dengan tetangga terdekat di Eropa. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti penyetaraan ijazah dan standar pendidikan serta program pertukaran pelajar dan pekerja muda.

Meski Starmer berjanji memperbaiki hubungan dengan UE demi kepentingan generasi mendatang, ia menolak bergabung kembali dengan pasar tunggal dan serikat pabean. Ia juga tidak berniat mengembalikan kebebasan keluar-masuk dengan blok tersebut.

Perundingan lebih lanjut antara Inggris-UE dijadwalkan berlangsung akhir 2024 dan awal 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us