Fakta-fakta Demo Madagaskar yang Berubah Jadi Kudeta Militer

- Protes Generasi Z memicu protes di Madagaskar, dimulai akibat pemadaman listrik dan kekurangan air yang berkembang menjadi ketidakpuasan terhadap kepemimpinan negara.
- Presiden Rajoelina melarikan diri setelah unit militer bergabung dengan para demonstran, sementara 22 orang tewas dalam respons kekerasan pemerintah terhadap protes Generasi Z.
- Kemiskinan parah di Madagaskar menjadi penyebab gejolak politik, dengan 75,2% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan dan rendahnya akses air minum serta sistem sanitasi yang memadai.
Jakarta, IDN Times - Demonstrasi di Madagaskar berhasil menggulingkan Presiden Andry Rajoelina dalam kudeta militer. Ia kini dalam persembunyian setelah tiga minggu kerusuhan politik dan protes yang dipimpin pemuda.
Presiden Rajoelina berusaha membubarkan Majelis Nasional Madagaskar setelah Parlemen memberikan suara untuk memakzulkannya pada Selasa (14/10/2025). Namun, pemungutan tetap dilakukan, bahkan ketika pemimpin negara kepulauan yang tengah berjuang itu menyatakan proses tersebut inkonstitusional dan berjanji untuk tetap berkuasa.
Dikutip dari BBC pada Rabu (15/10/2025), Rajoelina melarikan diri dari pulau itu, di lepas pantai selatan Afrika, dengan pesawat militer Prancis, setelah sebuah unit tentara elit, yang dikenal sebagai CAPSAT, membelot dari militer dan pemerintah. CAPSAT bergabung dengan para pengunjuk rasa yang dipimpin Generasi Z yang berdemonstrasi menentang ketidaksetaraan dan korupsi di negara berpenduduk 29 juta jiwa tersebut.
Seiring terbentuknya kepemimpinan baru di negara ini, berikut fakta-fakta demonstrasi Madagaskar yang harus kamu ketahui:
1. Kemarahan Gen Z memicu protes

Protes dimulai akhir bulan lalu di ibu kota negara, Antananarivo. Mereka menuntut penggulingan Rajoelina, yang meraih kekuasaan melalui kudeta 2009. Protes tersebut terutama didorong oleh para pengunjuk rasa Generasi Z.
Angie Rakoto, seorang pemuda berusia 21 tahun, mengatakan kepada massa di Lapangan Rajoelina pada 13 Mei, meminta Rajoelina mundur.
Lapangan tersebut, yang menjadi tempat berlangsungnya protes selama berminggu-minggu, dinamai berdasarkan Revolusi Malagasi 1972, sebuah pemberontakan yang dipimpin pemuda yang menggulingkan presiden pertama pasca-kemerdekaan negara tersebut.
Protes-protes tersebut awalnya dipicu pemadaman listrik yang meluas dan kekurangan air di seluruh kepulauan Samudra Hindia itu. Akhirnya, demo berkembang menjadi ketidakpuasan yang lebih luas terhadap kepemimpinan negara, kegagalan layanan publik, dugaan korupsi, dan nepotisme politik.
"Kami mengakui dan meminta maaf jika anggota pemerintah belum melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka," kata Rajoelina dalam siaran kenegaraan pada 29 September, di mana ia secara langsung menyampaikan rasa frustrasi kaum muda.
"Saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang disebabkan oleh pemadaman listrik dan masalah pasokan air. Saya mendengar seruan itu, saya merasakan penderitaannya, saya memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari," lanjut dia menyerukan.
PBB mengatakan, 22 orang tewas dalam respons kekerasan pemerintah terhadap protes Generasi Z. Pemerintah membantah angka-angka tersebut.
"Saya terkejut dan sedih atas pembunuhan dan cedera dalam protes atas pemadaman air dan listrik di Madagaskar," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk pada Senin (13/10).
"Saya mendesak pihak berwenang untuk memastikan penghormatan terhadap kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai, sesuai dengan kewajiban mereka di bawah hukum hak asasi manusia internasional," lanjut Turk.
Meskipun para pengunjuk rasa sempat menghentikan kegiatan setelah kekerasan di ibu kota, ratusan orang kemudian berunjuk rasa di Toliara, selatan ibu kota, dan di Diego Suarez.
Dalam demonstrasi pada Senin, protes tersebut menarik setidaknya 15.000 orang.
2. Presiden melarikan diri dan militer mendukung pedemo

Protes Gen Z mencapai titik krusial akhir pekan lalu, ketika sebuah unit militer bergabung dengan para demonstran dan menyerukan agar presiden mundur dari jabatannya.
Kantor Rajoelina mengatakan, ia dan perdana menteri masih memegang kendali atas urusan negara dalam sebuah pernyataan pada Sabtu. Namun, rumor mulai beredar selama akhir pekan dirinya telah melarikan diri dari negara itu.
Ia baru mengonfirmasi kepergiannya pada Senin.
“Saya terpaksa mencari tempat yang aman untuk melindungi hidup saya hari ini,” kata pemimpin berusia 51 tahun itu dalam pidato video berdurasi 26 menit yang diunggah ke Facebook.
“Saya tidak pernah berhenti mencari solusi,” lanjut Rajoelina.
Menurut unggahan lain di laman Facebook Presiden, pidato tersebut seharusnya disiarkan di negara itu lebih awal, tetapi ditunda setelah sebuah kelompok bersenjata mencoba menguasai stasiun media milik negara tersebut.
Rajoelina menjabat sebagai Presiden dari 2009-2014 setelah kudeta yang dikecam AS, di mana unit CAPSAT yang bergabung dengan para demonstran memainkan peran penting. Rajoelina memimpin pemerintahan transisi hingga 2014, dan kemudian kembali berkuasa pada 2019.
3. Madagaskar salah satu negara termiskin di dunia

Salah satu penyebab gejolak politik Madagaskar adalah kemiskinan yang parah. Menurut Bank Dunia, pada 2022, 75,2 persen penduduk nasional berada di bawah garis kemiskinan. Meskipun kemiskinan nasional telah stagnan, kemiskinan perkotaan justru mengkhawatirkan karena meningkat.
"Lonjakan kemiskinan perkotaan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk menurunnya peluang ekonomi, memburuknya lingkungan bisnis, dan kurangnya investasi di bidang pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur perkotaan," bunyi laporan Bank Dunia tentang Madagaskar pada Februari 2024.
Meskipun pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Madagaskar, rendahnya produktivitas pertanian di wilayah tersebut menyebabkan 80 persen penduduk pedesaan berada dalam kemiskinan. Bank Dunia juga mencatat, pulau ini sangat rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim.
Kemiskinan ini dirasakan sangat berat oleh kaum muda di negara tersebut. Hanya 46 persen penduduk Madagaskar yang memiliki akses air minum, hanya 15 persen yang memiliki sistem sanitasi yang memadai. Akibatnya, anak-anak lebih rentan terhadap penyakit kronis dan malnutrisi.
Protes Generasi Z telah menggulingkan pemerintahan di berbagai tempat lain tahun ini.
Kemarahan Generasi Z di Madagaskar mencerminkan demonstrasi yang dilakukan anak muda di seluruh dunia tahun ini. Banyak anak muda turun ke jalan untuk memprotes ketidaksetaraan, kemiskinan, korupsi, dan kurangnya infrastruktur di negara mereka.
Protes ini termasuk di Peru, Nepal, dan Maroko. Pada akhir September, para demonstran muda Peru bentrok dengan polisi setelah memprotes RUU reformasi pensiun yang disahkan yang akan memaksa anak muda untuk membayar iuran dana pensiun swasta.
Banyak dari demonstran ini telah menuntut agar Dina Boluarte, yang tingkat popularitasnya berada di angka satu digit selama berbulan-bulan, untuk mundur dari jabatannya. Pada Kamis pekan lalu, Boluarte dicopot dari jabatannya melalui pemungutan suara di Kongres.
Di Nepal, protes yang dipimpin anak muda atas korupsi dan penutupan media sosial menewaskan sedikitnya 19 orang dan mengakibatkan perubahan besar-besaran dalam pemerintahan. Menurut Amnesty International, pemerintah menanggapi protes tersebut dengan peluru karet, gas air mata, dan bahkan peluru tajam.
Protes massal di Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, dan Filipina dalam beberapa tahun terakhir juga telah mengguncang Asia Selatan dan Tenggara saat kaum muda berjuang melawan kemiskinan dan korupsi.