Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta-fakta Pertemuan Presiden China-Prancis, Ada soal Konservasi Panda!

ilustrasi kesepakatan kerja sama (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi kesepakatan kerja sama (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Intinya sih...
  • Pertemuan Presiden China-Prancis membahas perdagangan, investasi, dan konservasi panda.
  • China siap meningkatkan impor barang asal Prancis dan mendukung penyelesaian perang di Ukraina.
  • Prancis tetap berpegang pada One China Policy tanpa menyebutkan Taiwan sebagai isu dalam pertemuan bilateral.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, di Beijing pada Kamis (4/12/2025) dalam agenda tiga hari yang membahas perdagangan, perang di Ukraina, dan dinamika hubungan kedua negara. Pertemuan itu menghasilkan sejumlah kesepakatan di sektor energi, pertanian, hingga konservasi panda di tengah memanasnya isu dagang antara Uni Eropa dan China.

Macron menyoroti pentingnya penyelesaian perbedaan demi kepentingan bersama, sementara Xi mendorong kerja sama strategis yang lebih solid. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas tiga isu besar yang menjadi fondasi hubungan China–Prancis saat ini. Berikut rangkumannya.

1. Perdagangan dan investasi

ilustrasi portofolio investasi (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi portofolio investasi (pexels.com/Artem Podrez)

China menyampaikan kesiapan untuk meningkatkan impor barang asal Prancis sebagai imbalan atas iklim bisnis yang dianggap setara bagi perusahaan China di Eropa. Xi menyatakan langsung hal tersebut dalam pertemuannya dengan Macron. Prancis mencatat defisit perdagangan hampir 20 miliar euro (setara Rp388,1 triliun) pada 2024.

Dilansir CNBC, Macron menyambut komitmen China untuk mempermudah akses pasar bagi produk pertanian Prancis seperti anggur, daging babi, unggas, dan daging sapi.

Keduanya juga berniat membangun kerangka investasi yang memungkinkan modal China masuk ke Eropa, khususnya Prancis, guna membuka lebih banyak lapangan kerja. Xi turut mendorong kolaborasi mendalam di sektor kedirgantaraan, energi nuklir, ekonomi digital, biofarmasi, dan kecerdasan buatan (AI).

Kedua pemimpin meneken beberapa perjanjian yang mencakup energi, pertanian, pendidikan, dan lingkungan, meski tanpa rincian terbuka. Macron mengajak China bekerja bersama negara-negara G7 untuk membangun aturan ekonomi yang lebih adil dan kuat, bukan sistem yang bergantung pada kelangsungan hidup pihak terkuat.

Ketegangan dagang sebelumnya meningkat setelah Macron mendukung tarif Uni Eropa atas kendaraan listrik buatan China, yang kemudian dibalas Beijing lewat penetapan harga minimum bagi produsen cognac asal Prancis. Macron diperkirakan meminta Xi agar kebijakan serupa tak diterapkan pada ekspor daging babi dan produk susu Prancis.

2. Perang Rusia-Ukraina

ilustrasi perang (pexels.com/Beyzanur K.)
ilustrasi perang (pexels.com/Beyzanur K.)

Macron meminta Xi menggunakan pengaruhnya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, demi mendorong penyelesaian perang di Ukraina.Xi menegaskan bahwa China tetap berperan konstruktif dalam mencari solusi dan mendukung Eropa untuk mencapai kerangka keamanan yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan. Macron berharap China mau ikut mendorong moratorium serangan terhadap infrastruktur kritis.

Kunjungan Macron ke China berlangsung setelah ia bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di Paris, ketika upaya gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat masih berjalan.

Pejabat diplomatik Prancis menyatakan bahwa Paris ingin Beijing menahan diri dari pemberian sarana apa pun yang dapat membantu Rusia melanjutkan perang.

“Apa yang kami inginkan … adalah agar China dapat meyakinkan dan memengaruhi Rusia untuk bergerak menuju gencatan senjata secepat mungkin,” katanya dikutip Al Jazeera.

China belum pernah mengecam invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 dan dituduh memberi dukungan ekonomi serta komponen penting bagi industri pertahanan Rusia, meski Beijing membantah klaim tersebut.

Macron menyampaikan bahwa hubungan kedua negara sebaiknya berjalan seimbang seraya meminta Beijing berkontribusi pada upaya mengakhiri perang Rusia–Ukraina.

3. Isu Taiwan dan One China Policy

ilustrasi bendera Taiwan
ilustrasi bendera Taiwan

China menyebut Macron tetap berpegang pada One China Policy, istilah diplomatik yang memposisikan Taiwan sebagai bagian dari China. Namun, pernyataan resmi pemerintah Prancis tak menyebutkan Taiwan sebagai isu yang dibahas dalam pertemuan.

Pertemuan bilateral itu berlangsung ketika Beijing berselisih dengan Jepang terkait pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi yang menyebut invasi China ke Taiwan bisa memicu respons militer Tokyo. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyampaikan kepada Menteri luar negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, bahwa Beijing berharap Paris terus memahami posisi sah China dan menghalangi Jepang memicu ketegangan baru terkait Taiwan.

Xi menyampaikan bahwa China siap bekerja sama dengan Prancis untuk menyingkirkan campur tangan dari pihak mana pun, meski tanpa penjelasan lebih jauh, sementara isu Taiwan menjadi perhatian utama Beijing.

Katrina Yu dari Al Jazeera melaporkan bahwa Taiwan, yang dipandang China sebagai wilayahnya, tetap menjadi prioritas Beijing dan Prancis diharapkan terus menunjukkan komitmennya pada Kebijakan Satu China.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

TOP 5: Temuan Polri soal Kayu Gelondongan - Hukuman Agus Difabel Diperberat

05 Des 2025, 05:00 WIBNews