Interpol Ringkus 83 Pelaku Sponsor Dana Terorisme di Afrika

- Keberhasilan karena kerja sama antara Interpol dan Afripol.
- Operasi Catalyst menjadi yang pertama untuk mengungkap pendanaan terorisme di Afrika.
- Penangkapan terbesar berada di Angola, Kenya, dan Nigeria.
Jakarta, IDN Times - Interpol, pada Kamis (23/10/2025), berhasil mengungkap pendukung terorisme, kriminal siber, dan kriminal terorganisir lainnya di Afrika. Interpol menggandeng badan dari Uni Afrika, Afripol untuk membantunya mengungkap kriminalitas di Afrika.
Interpol sudah menangkap 83 terduga pelaku di enam negara Afrika, termasuk Angola, Kamerun, Kenya, Namibia, Nigeria, dan Sudan Selatan. Mereka sudah mendapat bantuan dari polisi di enam negara tersebut.
Operasi Catalyst ini sudah digelar pada Juli hingga September 2025. Sebanyak 15 ribu orang sudah menjalani screening dan berhasil mengungkap pembiayaan sebesar 260 juta dolar AS (Rp4,3 triliun) dalam mata uang virtual.
1. Keberhasilan karena kerja sama antara Interpol dan Afripol
Sekretaris Jenderal Interpol, Valdecy Urquiza mengatakan bahwa Operasi Catalyst menjadi yang pertama untuk mengungkap pendanaan terorisme di Afrika. Keberhasilan operasi ini berkat kerja sama baik dengan Afripol.
“Dengan membagikan informasi intelijen, pakar, dan sumber daya, kami mampu lebih efektif dalam mengidentifikasi dan mengganggu arus finansial untuk mendukung aktivitas terorisme. Ini membuat kami satu langkah di depan untuk mengamankan keamanan,” ujarnya, dikutip dari Business Insider Africa..
Direktur Eksekutif Afripol, Jalel Chelba mengungkapkan bahwa operasi ini berjalan sukses karena sinergi dari semua unit nasional. Operasi ini menjadi kelanjutan dari perlawanan terhadap terorisme di Afrika.
2. Penangkapan terbesar berada di Angola, Kenya, dan Nigeria

Penangkapan terbesar terjadi dalam Operasi Catalyst berada di Angola, Kenya, dan Nigeria. Polisi Angola berhasil menangkap 25 terduga pelaku yang mengirimkan uang ilegal dan punya kaitan dengan terorisme dan pencucian uang.
Dilansir Africa News, otoritas Kenya berhasil mengungkap jaringan pencucian uang yang jumlahnya mencapai 430 ribu dolar AS (Rp7,1 miliar). Pencucian uang tersebut dijalankan lewat aset virtual dan dua orang sudah ditangkap sejauh ini.
Sementara di Nigeria, terdapat 11 tortuga pelaku terorisme yang ditangkap. Bahkan anggota senior dari kelompok teroris berhasil diringkus dalam operasi Interpol dan Afripol kali ini.
3. Nigeria sudah deportasi sindikat pelaku kriminal siber
Kasus terorisme dan kriminal siber sudah marak terjadi di Afrika dalam beberapa tahun terakhir. Pada Agustus, Komisi Kriminal Ekonomi dan Keuangan Nigeria (EFCC) sudah mendeportasi puluhan warga negara asing, termasuk 50 asal China yang terlibat dalam sindikat kriminal siber.
“Deportasi warga asing yang terlibat dalam kriminal siber ini mencapai 102 orang. Mereka sudah ditetapkan bersalah atas keterlibatannya dalam terorisme siber dan penipuan lewat internet. Mereka termasuk dalam 192 warga asing yang ditangkap dalam operasi,” terang EFCC, dikutip dari BBC.
Pada Desember 2024, hampir 800 orang terduga pelaku kriminalitas sudah ditangkap oleh otoritas setempat. Dari ratusan orang tersebut, 148 orang merupakan warga China dan 40 warga Filipina yang direkrut untuk penipuan asmara dan investasi kripto.


















