Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korea Selatan Terus Alami Penurunan Populasi Sejak Awal 2021

Potret warga Korea Selatan di jalanan kota Seoul. Sumber: Unsplash.com/rawkkim
Potret warga Korea Selatan di jalanan kota Seoul. Sumber: Unsplash.com/rawkkim

Seoul, IDN Times - Korea Selatan kembali mencatatkan penurunan angka populasi negara selama kuartal pertama tahun ini, akibat meningkatnya kematian yang lebih tinggi dari jumlah kelahiran.

Berdasarkan data yang dirilis oleh pemerintah pada Rabu lalu (7/04), populasi terdaftar negara hingga 31 Maret 2021 adalah sebanyak 51.705.905 jiwa, yang bila dibandingkan dengan hitungan pada akhir tahun 2020, jumlah tersebut menandakan penurunan sebanyak 0,24 persen hanya dalam waktu singkat.

1. Penurunan populasi terjadi sejak tahun lalu

Ilustrasi foto bayi. Sumber: Unsplash.com/Luma Pimentel
Ilustrasi foto bayi. Sumber: Unsplash.com/Luma Pimentel

Dilansir dari Yonhap, angka kelahiran di Korea Selatan saat ini turun 45,7 persen bila dibandingkan 10 tahun lalu, sedangkan jumlah kematian terus bertambah sebanyak 15,5 persen bila dibandingkan satu dekade sebelumnya. Di sisi lain, meski jumlah perempuan masih melebihi laki-laki, tetapi masing-masing menyumbang penurunan populasi dengan persentase hampir sama rata.

Data juga menunjukkan bahwa jumlah lansia berusia 65 tahun ke atas saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun, sementara remaja Korea Selatan justru terus mengalami penurunan, dengan catatan pernikahan yang juga rendah sepanjang tahun lalu.

2. Angka kelahiran sangat rendah

Ilustrasi orang lanjut usia menutup wajah. Sumber: Unsplash.com/Cristian Newman
Ilustrasi orang lanjut usia menutup wajah. Sumber: Unsplash.com/Cristian Newman

Dari 17 kota metropolitan dan provinsi, hanya Provinsi Gyeonggi dan kota Sejong yang melaporkan adanya peningkatan populasi. Sebaliknya, ibu kota Seoul mengalami penurunan populasinya hingga 69.981 jiwa.

Penurunan populasi Korea Selatan telah dimulai sejak tahun lalu dan tercatat untuk pertama kalinya terjadi sepanjang sejarah. Hal ini sudah lama dikhawatirkan oleh pemerintah karena jumlah pertumbuhan dan kelahiran terus menurun sepanjang tahun. Bahkan, negara tersebut menempati urutan terendah dari negara manapun di dunia dalam tingkat kesuburan.

3. Populasi lansia lebih mendominasi dari remaja

ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada awal tahun 2021 ini, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan pernyataan tentang pentingnya untuk melakukan perubahan mendasar pada kebijakan terkait angka kelahiran yang menurun dengan cepat. Populasi yang menyusut dan jumlah lansia yang terus bertambah pun dikhawatirkan dapat menyebabkan masalah ekonomi negara yang serius.

Dilansir dari The Guardian, badan administrasi oleh presiden Moon Jae-in sempat mengumumkan inisiatif untuk mendorong pasangan agar memiliki keluarga yang lebih besar, termasuk biaya untuk wanita hamil dan tunjangan tunai setiap bulan bagi anak-anak berusia di bawah 12 bulan. Tetapi, langkah itu mendapat pertentangan dari para kritikus karena dianggap dapat membebani keuangan negara lebih lanjut.

Selain itu, survei saat ini menunjukkan bahwa hampir rata-rata anak muda Korea Selatan menganggap memiliki anak ataupun menikah bukanlah hal yang penting. Banyak diantaranya lebih memilih fokus terhadap belajar dan karir ketimbang berkeluarga. Jika tren saat ini berlanjut, pemerintah memprediksi populasi Korea Selatan kemungkinan akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067, dengan jumlah dominan masyarakat lanjut usia yang lebih tinggi dari negara manapun di dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Calledasia Lakawa
EditorCalledasia Lakawa
Follow Us