Macron dan Xi Jinping Telponan: Ingin Hentikan Perang Rusia-Ukraina

Jakarta, IDN Times - Kantor Kepresidenan Prancis pada Selasa (10/5/22) mengabarkan bahwa Presiden Emmanuel Macron melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping.
Dalam sambungan komunikasi lewat telepon, kedua pemimpin itu disebut berdiskusi mengenai perang Rusia-Ukraina dan mendesak dilakukan gencatan senjata. Selain itu, Macron dan Xi Jinping juga membicarakan ancaman krisis pangan global yang timbul dari perang tersebut.
1. Komitmen menghormati integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina

Macron baru saja terpilih untuk masa jabatan kedua sebagai Presiden Prancis. Dia melakukan pembicaraan dengan beberapa pemimpin negara lain seperti Jerman dan China.
Pada Selasa, kantor Kepresidenan Elysee mengatakan, Macron bericara dengan Xi Jinping membahas perang di Ukraina dan krisis pangan global yang timbul sebagai dampaknya.
"Kedua kepala negara menegaskan kembali komitmen mereka untuk menghormati integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina," kata kantor Kepresidenan Elysee, dilansir Reuters.
Selain itu, Macron juga menyampaikan kekhawatirannya dengan komunitas Prancis yang ada di China. Ini terkait dengan pembatasan ketat pencegahan COVID-19 yang sedang melonjak di Shanghai dan Beijing.
Macron meminta China mempertimbangkan, agar warganya dapat tetap menjaga hubungan dengan Paris dengan mengizinkan perjalanan ke bandara dan memastikan anak-anak tidak terpisah dari orang tuanya.
2. Mendukung pembicaraan damai Rusia-Ukraina
Dalam pembicaraan tersebut, keduanya sepakat untuk mendukung pembicaraan damai Rusia-Ukraina, demi menyelesaikan masalah dan mendesak dilakukan gencatan senjata.
Menurut media China Global Times, Xi Jinping memberi penegasan bahwa China selalu mempromosikan pembicaraan damai Rusia-Ukraina dengan metodenya sendiri.
Dia juga mendukung negara-negara Eropa untuk bertangung jawab atas keamanan mereka sendiri. Presiden China memperingatkan bahwa konfrontasi antarkubu hanya menimbulkan ancaman lebih besar dan berkelanjutan terhadap keamanan serta stabilitas global.
Di sisi lain, Macron mengaku siap bekerja sama dengan China untuk mengoordinasikan masalah Rusia-Ukraina dan mendukung solusi pembicaraan damai.
Paris dan Uni Eropa (UE) menegaskan tidak sepakat dengan konflik antarkubu dan menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam konflik semacam itu.
3. Mempererat hubungan China-UE
Prancis dan China juga berdiskusi mengenai hubungan dengan UE. Sebagai informasi, blok tersebut merupakan salah satu mitra dagang terbesar China dan Prancis, yang saat ini sedang memegang jabatan presiden bergilir UE.
Dikutip dari CGTN, Xi Jinping berharap bahwa Prancis akan memainkan peran aktif dalam mempromosikan hubungan China-UE. Macron mengatakan bahwa China dan UE harus maju menuju penyeimbangan kembali hubungan ke arah timbal balik yang lebih besar.
Harapan Macron, menurut Anadolu, Beijing memberikan timbal balik yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan Eropa di pasar ekonomi China. Macron juga ingin China mencabut sanksinya terhadap Lithuania.
Lithuania, salah satu negara UE, telah bersengketa dengan China. Beijing menilai negara Eropa tersebut melanggar kebijakan Satu China (one-China policy) karena Lithuania mengakui Taiwan.
Beijing telah menarik utusannya, menangguhkan layanan konsuler, menutup kedutaan besar Lithuania, dan memblokir ekspor Lithuania serta produk-produk UE yang mengandung suku cadang Lithuania. Impor bahan mentah China ke negara tersebut juga diblokir.