Makin Mendunia, Warga Myanmar Antusias Belajar Bahasa Indonesia

- Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) mempererat hubungan sosial dan budaya Indonesia-Myanmar
- Antusiasme peserta dari berbagai kalangan meningkat setelah pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi UNESCO
- KBRI Yangon berkomitmen menjadikan program BIPA sebagai bentuk diplomasi budaya Indonesia untuk memperluas jangkauan Bahasa Indonesia di dunia
Jakarta, IDN Times – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon resmi membuka Kursus Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Angkatan ke-6 Tahun Akademik 2025 pada Minggu (7/9/2025). Program ini terselenggara berkat kerja sama dengan Sekolah Indonesia Yangon (IISY).
Kursus BIPA merupakan program tahunan yang mengajarkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Myanmar dari berbagai latar belakang. Tidak hanya sekadar pelajaran bahasa, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mempererat hubungan sosial dan budaya antara Indonesia dan Myanmar.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) RI di Yangon, Novan Ivanhoe Saleh mengatakan, belajar bahasa Indonesia dapat membuka akses ke pemahaman budaya yang lebih luas serta peluang pendidikan di Indonesia.
1. BIPA jadi jembatan budaya Indonesia-Myanmar

Dalam sambutannya, Novan menegaskan, program BIPA tidak sekadar mengajarkan tata bahasa. Lebih dari itu, BIPA hadir sebagai sarana mengenalkan jiwa Indonesia kepada masyarakat Myanmar.
“Belajar bahasa baru ibarat membuka pintu menuju dunia baru. Melalui BIPA, kami berharap peserta tidak hanya memahami tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga jiwa Indonesia: masyarakatnya, budayanya, serta tradisinya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, kemampuan berbahasa Indonesia membuka peluang pendidikan lebih besar, termasuk kesempatan mendapatkan beasiswa untuk studi di Indonesia.
2. Peserta berasal dari berbagai kalangan

Sejak pertama kali dilaksanakan pascapandemi pada 2022, program BIPA telah diikuti lebih dari 200 peserta. Tahun ini, antusiasme kembali terlihat dengan hadirnya 35 peserta baru.
“Angkatan ke-6 kali ini diikuti oleh 35 peserta dan menghadirkan kelas tingkat pemula (BIPA 1) yang berlangsung setiap hari Minggu pukul 08.30–11.30 selama tiga bulan (12 pertemuan),” ujar Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Yangon, Harlianto.
Peserta yang terlibat berasal dari kalangan mahasiswa, profesional, hingga pegawai instansi pemerintah di Myanmar yang tertarik mempelajari Bahasa Indonesia.
3. Momentum setelah bahasa Indonesia jadi bahasa resmi UNESCO

KBRI Yangon menyebut, program BIPA tahun ini semakin bermakna setelah bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi ke-10 pada Sidang Umum UNESCO, 20 November 2023. Pengakuan tersebut menegaskan posisi global bahasa Indonesia di dunia internasional.
KBRI Yangon berkomitmen menjadikan program ini bukan hanya ruang belajar bahasa, tetapi juga wadah memperkuat persahabatan, saling pengertian, dan kerja sama antarmasyarakat Indonesia–Myanmar.
“Program BIPA adalah bentuk nyata diplomasi budaya Indonesia, sekaligus bagian dari kontribusi untuk memperluas jangkauan Bahasa Indonesia di dunia,” tegas Harlianto.