Pemenang Nobel Perdamaian Tuai Kritik Usai Tegaskan Dukungan ke Israel

- Venezuela putuskan hubungan dengan Israel pada 2009
- Janji Machado dipandang sebagai upaya untuk menata ulang aliansi internasional Venezuela.
- Kritikus mempertanyakan dukungan Machado yang blak-blakan terhadap Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
- Menang Nobel Perdamaian karena memperjuangkan demokrasi
- Machado dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya untuk memajukan hak-hak demokrasi di negaranya.
- Dia menerima penghargaan tersebut atas kerja kerasnya dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela.
Jakarta, IDN Times - Peraih Hadiah Nobel Perdamaian, Maria Corina Machado, yang juga pemimpin oposisi Vemezuela mengatakan, jika terpilih sebagai presiden di negaranya, ia akan memindahkan kedutaan besar negaranya di Tel Aviv ke Yerusalem. Dukungan ini menimbulkan kontroversi di komunitas internasional, yang menyerukan perdamaian di Gaza.
"Saya yakin dan dapat mengumumkan bahwa pemerintah kami akan memindahkan kedutaan besar Israel kami ke Yerusalem," kata Machado dalam sebuah wawancara dengan sebuah saluran Israel, seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (11/10/2025).
"Saya berjanji suatu hari nanti, kita akan memiliki hubungan yang erat antara Venezuela dan Israel. Itu akan menjadi bagian dari dukungan kami kepada Negara Israel," tambahnya.
1. Venezuela putuskan hubungan dengan Israel pada 2009

Usulan pemindahan kedutaan ini akan secara langsung membalikkan tindakan yang diambil oleh mendiang Presiden Hugo Chavez. Setelah Perang Gaza 2008-2009, pemerintahan Chavez memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Israel dan mengusir duta besar Israel dari Caracas.
Oleh karena itu, janji Machado dipandang sebagai upaya untuk menata ulang aliansi internasional Venezuela.
Secara terpisah, para kritikus mempertanyakan dukungan Machado yang blak-blakan terhadap Israel. Ia menyatakan solidaritasnya dengan negara tersebut setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, mengutuk apa yang disebutnya ‘serangan teroris’ oleh kelompok Palestina tersebut.
Machado mengatakan, terorisme harus dikalahkan dengan segala cara, apa pun bentuknya.
2. Menang Nobel Perdamaian karena memperjuangkan demokrasi

Machado dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya untuk memajukan hak-hak demokrasi di negaranya. Machado, seorang insinyur industri berusia 58 tahun yang tinggal bersembunyi di Venezuela, diblokir oleh pengadilan untuk mencalonkan diri sebagai presiden melawan Presiden Nicolas Maduro dalam pemilihan umum 2024.
“Dia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela, dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi,” kata Komite Nobel Norwegia, yang menganugerahkan hadiah tersebut pada Jumat (10/10) di Institut Nobel Norwegia di Oslo.
Memuji Machado sebagai salah satu contoh keberanian sipil yang paling luar biasa di Amerika Latin, komite menambahkan, Machado menjadi tokoh pemersatu utama dalam oposisi politik yang dulunya sangat terpecah belah, sebuah oposisi yang menemukan titik temu dalam tuntutan pemilihan umum yang bebas dan pemerintahan yang representatif.
Menanggapi pengumuman pemenangnya, Machado mengatakan bahwa penghargaannya merupakan pengakuan yang luar biasa atas perjuangan semua rakyat Venezuela.
“Kita berada di ambang kemenangan, dan hari ini, lebih dari sebelumnya, kita mengandalkan Presiden Trump, rakyat Amerika Serikat, rakyat Amerika Latin, dan negara-negara demokrasi di dunia sebagai sekutu utama kita untuk mencapai kebebasan dan demokrasi," ujar Machado dalam sebuah unggahan di X.
3. Kecaman atas penetapannya sebagai pemenang

Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/CAIR) mengeluarkan kecaman keras terhadap keputusan Komite Nobel yang memberikan Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado.
Kelompok tersebut menilai keputusan itu tidak bermoral dan mencoreng kredibilitas lembaga bergengsi itu karena Machado dinilai memiliki rekam jejak mendukung politik rasisdan kelompok ekstrem kanan di Eropa.
Dalam pernyataannya, CAIR menuduh Machado sebagai pendukung vokal Partai Likud di Israel serta pernah tampil di konferensi yang dihadiri tokoh-tokoh sayap kanan Eropa seperti Geert Wilders dan Marine Le Pen.
“Maria Corina Machado adalah pendukung keras Partai Likud yang rasis. Awal tahun ini ia berpidato dalam konferensi para fasis Eropa, termasuk Geert Wilders dan Marie Le Pen, yang secara terang-terangan menyerukan Reconquista baru mengacu pada pembersihan etnis terhadap Muslim dan Yahudi Spanyol pada 1500-an,” serunya.
Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 67.190 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan. Perang telah menghancurkan sebagian besar wilayah di daerah kantong yang terkepung dan dilanda kelaparan tersebut, tempat hampir dua juta penduduknya telah mengungsi secara paksa.