Pesawat Ryanair Terpaksa Mendarat karena Gangguan GPS

- Pesawat Ryanair terpaksa mendarat di Republik Ceko akibat masalah GPS dan jarak pandang buruk.
- Gangguan GPS disebabkan oleh konflik di Ukraina, namun semua penumpang selamat dan dibawa ke Wina dengan bus.
- Bulan Desember 2024 terjadi empat kecelakaan pesawat di seluruh dunia, termasuk pesawat Jeju Air yang harus putar balik karena masalah roda pendaratan.
Jakarta, IDN Times - Sebuah pesawat maskapai penerbangan Ryanair terpaksa mendarat di Republik Ceko pada Senin (30 Desember 2024) malam hari waktu setempat, lantaran mengalami masalah GPS dan jarak pandang buruk.
Dilansir Channel News Asia, Rabu (1/1/2025), pesawat ini terbang dari Riga, yang seharusnya membawa para penumpang ke Wina, Austria. Namun harus melakukan pendaratan di Brno, Ceko.
“Penerbangan FR748 dari Riga ke Wina dialihkan ke Brno karena masalah teknis pada sistem GPS yang dikombinasikan dengan jarak pandang (kabut) di Wina,” sebut pernyataan dari Ryanair.
1. Gangguan sinyal GPS karena konflik Ukraina
Setelah ditelusuri, gangguan GPS ini terganggu saat pesawat terbang di atas Polandia akibat konflik yang tengah terjadi di Ukraina.
“Semua penumpang selamat mendarat di Brno. Para penumpang kemudian dibawa ke WIna dengan menaiki bus,” lanjut pernyataan Ryanair.
Pendaratan pesawat Ryanair di Brno ini diketahui menggunakan pesawat Airbus A320 yang beroperasi di bawah merek Lauda.
2. Pesawat Jeju Air mendarat darurat

Dunia penerbangan sedang tidak baik-baik saja. Dalam bulan Desember 2024, setidaknya ada empat kecelakaan pesawat di seluruh dunia.
Sebuah pesawat maskapai Jeju Air lagi-lagi bermasalah. Pesawat dengan nomor penerbangan 7C101 ini harus putar balik ke Bandara Internasional Gimpo di Korea Selatan (Korsel) karena ada masalah di roda.
Pesawat ini sedianya akan terbang dari Bandara Gimpo menuju Jeju pada pukul 06.37 pagi waktu setempat.
Lalu pesawat ini terdeteksi mengalami masalah pada roda pendaratan tak lama setelah lepas landas.
3. Bawa 161 penumpang

Di dalam pesawat ini, terdata ada 161 penumpang. Setelah putar balik dan mendarat lagi di Gimpo, para penumpang dipindahkan ke pesawat alternatif dengan model yang sama, yaitu Boeing B737-800.
Namun, sebanyak 21 penumpang memilih untuk membatalkan perjalanannya karena khawatir dengan keselamatan.