Presiden Moldova Sebut Rusia Berencana Melengserkannya

Jakarta, IDN Times - Presiden Moldova Maia Sandu, pada Senin (13/2/2023), mengatakan bahwa Rusia berencana menggulingkannya. Kabar ini disampaikan setelah Perdana Menteri Moldova, Natalia Gavrilita, secara mengejutkan memutuskan resign pekan lalu.
Beberapa bulan terakhir, Rusia terus menebarkan ancaman kepada Moldova di tengah berkecamuknya perang di Ukraina. Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sempat menyebut bahwa Moldova telah dijadikan alat oleh Barat untuk menyebarkan paham anti-Rusia.
1. Sandu sebut Rusia berencana bawa pihak asing ke negaranya
Sandu mengungkapkan bahwa rencana Rusia merusak stabilitas Moldova bukan yang pertama kali terjadi. Pada musim semi lalu, Moldova mengaku berhasil menggagalkan rencana busuk Rusia.
"Rencana yang dilancarkan Rusia nanti diprediksi akan berupaya menyabotase dengan bantuan dari seseorang yang pernah dilatih militer. Mereka akan menyamar seperti warga sipil dan membuat kerusuhan, serangan pada gedung pemerintahan, dan melakukan penculikan," tutur Sandu, dikutip Ukrinform.
Ia pun menambahkan, Rusia berniat mengimplementasikan skenario kudeta di Moldova yang dibantu oleh oposisi dan asing.
"Dokumen ini didapat berasal dari rekan Ukraina yang membuka lokasi dan aspek logistik terkait aksi organisasi tersebut. Rencana tersebut termasuk peran warga asing dalam aksi kekerasan. Dokumen itu menyebutkan instruksi bagi warga Rusia, Belarus, Serbia, dan Montenegro cara masuk ke Moldova," tambahnya.
2. Sandu ingin intelijen Moldova dipersenjatai lengkap
Sandu kemudian meminta Parlemen Moldova untuk meresmikan hukum guna mempersenjatai Badan Intelijen Moldova (SIS). Ini dilakukan agar membuat para intelijen mudah dalam mengatasi berbagai resiko.
"Jika SIS dilengkapi dengan persenjataan yang dibutuhkan, maka segala resiko akan sangat mudah diatasi. Serangan paling agresif adalah serangan berbentuk informasi dan kami harap warga hanya percaya informasi dari otoritas Moldova," katanya, dilansir Politico.
"Upaya Kremlin dalam membawa kerusuhan di Moldova tidak akan berjalan mulus. Tujuan utama kami adalah menjaga keamanan negara," tambah Sandu.
3. Rusia menampik tudingan Sandu dan menyalahkan Ukraina

Mendengar tudingan Sandu, Rusia pun menampik semua klaim tersebut. Kremlin menyebut bahwa tuduhan untuk merusak kestabilan Moldova merupakan hal yang tidak benar dan tidak ada buktinya.
"Klaim tersebut jelas tidak ada buktinya dan tidak terkonfirmasi. Ini semua adalah tindakan Ukraina yang berupaya memanaskan tensi Rusia-Moldova. Kiev ingin Moldova mengonfrontasi keras Rusia," tutur Kremlin, dilansir Reuters.
Selama ini, Moldova menyebut bahwa pasukan Rusia di Transnistria ikut andil dalam upaya pengrusakan stabilitas negaranya. Mereka dituding terlibat dalam rentetan demonstrasi besar di Chisinau beberapa waktu lalu.