AS Minta Warganya Segera Tinggalkan Rusia, Ada Apa?

Jakarta, IDN Times - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Moskow, Rusia, meminta agar para warga negara AS yang tinggal di Rusia segera meninggalkan negara tersebut. Imbauan ini atas dasar keamanan terkait perang di Ukraina.
“Adanya konsekuensi yang tidak dapat diprediksi dari perang di Ukraina dan ada kemungkinan warga pemegang dua kewarganegaraan AS-Rusia bisa dipaksa wajib militer ke angkatan bersenjata Rusia,” sebut pernyataan Kedubes AS di Moskow, dikutip dari NPR, Selasa (14/2/2023).
Kedubes AS juga memperingatkan bahwa orang Amerika yang di Rusia berpotensi menghadapi pelecehan atau penahanan oleh otoritas keamanan Rusia.
1. AS keluarkan imbauan perjalanan
Kedubes AS juga mengeluarkan imbauan untuk para warga negara AS untuk sementara tidak bepergian ke Rusia.
“Otoritas keamanan Rusia telah menangkap warga AS atas tuduhan palsu, serta melecehkan dan menghukum mereka lewat persidangan yang rahasia tanpa menghadirkan bukti yang kredibel,” lanjut pernyataan itu.
Kedubes juga menyebutkan bahwa ada penyelidikan yang dilakukan Rusia terhadap warga negara AS yang terlibat dalam aktivitas keagamaan.
2. Kremlin abaikan peringatan dari Kedubes AS

Sementara itu, Kremlin menanggapi pengumuman dari Kedubes AS tersebut dengan tenang. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan peringatan agar warga AS meninggalkan Rusia bukanlah hal baru.
“Peringatan itu telah dikeluarkan berkali-kali oleh Kemlu AS, jadi ini bukan hal baru,” ujar Peskov.
Peringatan serupa juga pernah dikeluarkan pada September 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi parsial.
3. Perang Rusia-Ukraina bisa berlangsung lama

Pemilik Grup Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin, memperkirakan bahwa perang Rusia-Ukraina dapat berlangsung hingga bertahun-tahun.
Bos perusahaan tentara swasta itu mengatakan, Rusia membutuhkan waktu 18 bulan hingga dua tahun untuk menguasai pusat industri di wilayah Donbass di Ukraina Timur.
Prigozhin menyebut pertempuran akan menghabiskan waktu tiga tahun apabila Moskow memutuskan rebut wilayah lebih luas di sebelah timur Sungai Dnieper.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Rusia menghadapi posisi sulit di Ukraina. Sebelumnya, Kremlin memperkirakan operasi militernya akan rampung beberapa minggu usai menyerbu Kiev pada 24 Februari 2022.
Saat musim gugur, pasukan Rusia mengalami rentetan kemunduran. Hal itu terlihat saat militer Ukraina melakukan serangan balik dan merebut kembali wilayahnya di timur dan selatan.