Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hampir 2 Bulan Lockdown Nasional, Begini Situasi di Italia Sekarang

Warga berdiri di tanda "social distancing" saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah San Giovanni, Italia, ketika lockdown nasional, pada 28 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Warga berdiri di tanda "social distancing" saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah San Giovanni, Italia, ketika lockdown nasional, pada 28 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane

Roma, IDN Times - Italia mulai menjalani lockdown nasional pada 10 Maret 2020, sebagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus corona. Negara itu menjadi yang paling terdampak di kawasan Eropa. Hingga kini, ada lebih dari 210.000 kasus positif COVID-19 dan lebih dari 28.000 kematian akibat virus tersebut.

Perdana Menteri Giuseppe Conte melonggarkan aturan lockdown pada Senin (4/5). Masyarakat Italia yang menjalani karantina selama hampir dua bulan--terlama di dunia--bisa mulai sedikit menghirup udara di luar rumah, dengan berjalan-jalan atau berolahraga di taman.

1. Sebagian besar bisnis dan semua sekolah masih tutup

Warga berdiri di tanda "social distancing" saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah San Giovanni, Italia, ketika lockdown nasional, pada 28 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Warga berdiri di tanda "social distancing" saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah San Giovanni, Italia, ketika lockdown nasional, pada 28 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane

Mengutip BBC, sebanyak empat juta warga Italia kembali bekerja di pabrik dan lokasi konstruksi, setelah pemerintah memberi lampu hijau demi memperbaiki kondisi ekonomi yang memburuk selama lockdown. Tetapi, mayoritas bisnis kecil dan menengah masih dibatasi beroperasi.

Kafe dan restoran, misalnya, hanya boleh melayani pesanan yang dibawa pulang. Sedangkan, bar di mana orang biasa berkumpul hingga dini hari masih harus tutup. Begitu juga dengan salon kecantikan dan gym dilarang buka. Sekolah-sekolah pun tetap diliburkan.

2. Lockdown di Italia dibayangi aturan yang berbeda-beda dan membingungkan warga

Warga mengikuti misa Paskah yang dilaksanakan di atap gereja Santa Maria della Salute dari balkon mereka di tengah lockdown nasional, di Napoli, Italia, pada 12 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro De Luca
Warga mengikuti misa Paskah yang dilaksanakan di atap gereja Santa Maria della Salute dari balkon mereka di tengah lockdown nasional, di Napoli, Italia, pada 12 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro De Luca

Meski pemerintah pusat mengeluarkan instruksi, tapi desentralisasi di Italia membuat masing-masing wilayah punya kesempatan menerapkan kebijakan mereka sendiri. Ini yang membuat banyak warga mengaku bingung. Seperti dilaporkan AFP, pemerintah daerah Genoa berencana membuka kembali area pantai untuk wisata musim panas.

Sementara pemerintah daerah tetangga, Emilia-Romagna, memutuskan sebaliknya. Di Venesia, pemilik bar dan restoran sudah sejak pekan lalu melayani pelanggan di tempat. Perbedaan tersebut membuat banyak penduduk merasa khawatir, apakah situasi memang benar-benar sudah aman atau belum.

3. Tak sedikit warga menilai ini adalah "pembukaan wilayah kembali yang bersifat palsu"

Petugas polisi berjaga di jalan untuk mengatur kendaraan saat pandemik COVID-19, di Roma, Italia, pada 13 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Alberto Lingria
Petugas polisi berjaga di jalan untuk mengatur kendaraan saat pandemik COVID-19, di Roma, Italia, pada 13 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Alberto Lingria

Warga berharap akan ada perbedaan besar antara masa lockdown dengan tidak. Nyatanya, menurut seorang penata gaya pengantin Pietro Demita, situasinya masih sama. Kepada The Observer ia mengaku telah membakar seluruh karya-karyanya, karena usahanya hancur lebur selama lockdown.

Larangan bagi salon dan bisnis lain untuk beroperasi hingga 1 Juni membuatnya pesimis. "Saya membakar karya-karya saya, buah dari talenta dan seni saya, untuk mengirimkan sebuah pesan kuat," kata Demita. "Sebab, meski saya tak melakukannya, keputusan ekonomi dan politik yang berlaku selama krisis virus corona tetap akan membakarnya."

Sentimen yang sama dirasakan oleh penata rambut Constantino Montalbano yang melihat pemerintah tidak cakap membuat kebijakan. "Ini layaknya mereka mengatakan kepada kami untuk keluar, tapi juga tinggal di rumah pada saat bersamaan. Sepanjang waktu tertahan di dalam ruangan tak hanya memengaruhi kesehatan mental kami, tapi juga dompet kami," tutur Montalbano.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Skema Pembayaran Subsidi Pupuk Berubah, Wamentan: Makin Efisien

16 Des 2025, 19:36 WIBNews