Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Bantah Terlibat dalam Aksi Peti Mati di Prancis

Bendera Rusia. (Pixabay.com/betexion)
Bendera Rusia. (Pixabay.com/betexion)
Intinya sih...
  • Pihak berwenang Prancis menuduh Rusia terkait aksi lima peti mati di dekat Menara Eiffel.
  • Kedutaan Rusia membantah tuduhan tersebut dan menganggapnya sebagai kampanye Russofobia baru di media Prancis.
  • Polisi menangkap pengemudi van dari Bulgaria dan dua warga Ukraina dan Jerman yang diduga terlibat dalam aksi tersebut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang Prancis telah mengaitkan Rusia dengan aksi lima peti yang ditinggalkan di dekat Menara Eiffel. Tuduhan itu telah dibantah oleh pemerintah Rusia pada Selasa (4/6/2024).

Sebuah mobil van berhenti di dekat Menara Eiffel sekitar pukul 09:00 pada 1 Juni. Tiga orang pria kemudian terlihat menurunkan lima peti mati bertuliskan “Tentara Prancis di Ukraina”. Peti itu kemudian diketahui berisi karung plester.

1. Aksi tersebut dianggap sebagai respons atas upaya Prancis bantu Ukraina

Bendera Prancis. (Pexels.com/Atypeek Dgn)
Bendera Prancis. (Pexels.com/Atypeek Dgn)

Dilansir Al Jazeera, kedutaan Rusia di Prancis telah menyampaikan sikap protes atas hal tersebut. Mereka menganggapnya sebagai kampanye Russofobia baru yang diluncurkan di media Prancis.

“Federasi Rusia tidak pernah campur tangan dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Prancis, negara kami memiliki prioritas lain yang lebih penting,” bunyi pernyataan kedutaan.

Pihak berwenang dan media Prancis menyatakan negara komunis itu mungkin mengorganisir aksi tersebut sebagai tanggapan atas usulan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengirim anggota militernya ke Ukraina untuk membantu dan melatih pasukan, atau mengizinkan negara tersebut menggunakan senjata Prancis.

Baru-baru ini perusahaan teknologi Microsoft menuduh Rusia meningkatkan penyebaran disinformasi daring yang menargetkan Prancis dan Olimpiade Paris mendatang. Informasi itu berupa berita palsu untuk merendahkan reputasi Komite Olimpiade Internasional dan menciptakan kesan bahwa Olimpiade Musim Panas akan dirusak oleh kekerasan. Tuduhan itu disebut Kremlin sebagai fitnah mutlak.

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, mengatakan tidak ada substansi dalam tuduhan tersebut. Ia juga mengumumkan negaranya tidak dapat menjamin bahwa instruktur tentara Barat yang melatih tentara Ukraina tidak akan menjadi sasaran militer.

“Setiap instruktur yang terlibat dalam pelatihan rezim Ukraina tidak memiliki kekebalan apapun,” katanya kepada pers.

2. Para pengangkut peti mati telah ditangkap

Ilustrasi penangkapan. (Pexels.com/Kindel Media)
Ilustrasi penangkapan. (Pexels.com/Kindel Media)

Dilansir BBC, polisi telah menangkap pengemudi van itu yang berasal dari Bulgaria. Pria itu mengklaim dibayar 40 euro (Rp708 ribu) oleh dua orang lainnya untuk mengangkut peti mati. Ia sendiri baru tiba di Paris sehari sebelumnya dari Bulgaria.

Dua orang lainnya kemudian ditangkap di stasiun kereta Bercy di pusat kota Paris, di mana mereka diduga berencana naik bus ke Berlin, mereka merupakan warga negara Ukraina dan Jerman. Keduanya mengatakan kepada polisi telah dibayar 400 euro (Rp7 juta) untuk menitipkan peti mati tersebut.

Ketiganya dibawa ke hadapan hakim pada hari Minggu, menjelang pembukaan penyelidikan yudisial atas kekerasan yang direncanakan sebelumnya.

Para pejabat mengatakan penyelidikan kasus ini sedang dilakukan untuk melihat apakah tindakan ini diorganisir dari luar negeri.

3. Agen Rusia dituduh berupaya pengaruhi opini publik

Situasi ini mengingatkan pada dua kejadian baru-baru ini, di mana polisi Prancis meyakini agen-agen Rusia mungkin terlibat untuk mempengaruhi opini publik.

Pada bulan November, tidak lama setelah perang di Gaza meletus, lebih dari 200 lukisan Bintang Daud muncul di gedung-gedung di sekitar Paris. Sepasang suami istri asal Moldova ditangkap karena mencoret-coret Bintang Daud di sebuah sekolah. Mereka mengatakan bertindak atas perintah dari seseorang di Rusia.

Prancis mengatakan Rusia melakukan kampanye destabilisasi dengan menggunakan akun media sosial otomatis untuk memicu kontroversi dan kebingungan mengenai simbol-simbol tersebut dan memberikan peringatan tentang meningkatnya anti-semitisme.

Bulan lalu, tangan merah dilukis pada peringatan Holocaust di Paris, dan polisi yakin para pelakunya melarikan diri ke luar negeri. Suarat kabar Le Monde, yang mengutip sumber penyelidikan, menyampaikan salah satu orang yang ditahan terkait kasus peti mati telah melakukan kontak telepon dengan tersangka asal Bulgaria yang dicari karena kasus ini. Terduga pelaku disebut sebagai Georgi F. yang berusia 34 tahun.

Menjelang pemilu Uni Eropa pada tanggal 6 Juni, Moskow dituduh berupaya mempengaruhi hasil pemilu dan menggoyahkan blok tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us