Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tersangka Pembunuhan di Masjid Prancis Ditangkap di Italia

ilustrasi penangkapan (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi penangkapan (pexels.com/Kindel Media)
Intinya sih...
  • Seorang pria Prancis ditangkap di Italia setelah membunuh pemuda Mali di masjid La Grand-Combe
  • Rekaman CCTV menunjukkan tersangka menikam korban 50 kali saat sedang salat, dan merekam korban yang sekarat sambil melontarkan hinaan terhadap Islam
  • Pemerintah Prancis memerintahkan peningkatan keamanan di masjid-masjid di seluruh negeri, sementara motif anti-Muslim menjadi petunjuk utama dalam penyelidikan

Jakarta, IDN Times - Seorang pria yang diduga membunuh pemuda Mali di sebuah masjid di Prancis selatan telah ditangkap usai menyerahkan diri ke kantor polisi di Italia. Ia telah buron selama dua hari.

Dilansir dari France24, jaksa kota Ales di Prancis selatan, Abdelkrim Grini, mengatakan bahwa tersangka menyerahkan diri ke kantor polisi dekat kota Florence, Italia tengah, pada Minggu (27/4/2025) malam. Ia diidentifikasi sebagai Oliver A, seorang warga negara Prancis kelahiran Lyon yang berusia 21 tahun.

“Kami tahu dia telah meninggalkan Prancis. Hanya masalah waktu sebelum kami menangkapnya. Tersangka tidak punya pilihan selain menyerahkan diri," kata Grini pada Senin (28/4/2025). Ia menambahkan bahwa Prancis akan segera memulai prosedur ekstradisi untuk membawa tersangka kembali secepat mungkin.

1. Korban ditikam sekitar 50 kali

Dilansir dari Al Jazeera, Oliver A diduga membunuh Aboubakar Cisse, seorang pemuda berusia 22 tahun asal Mali, di Masjid Hatice di kota La Grand-Combe pada Jumat (25/4/2025). Rekaman CCTV menunjukkan bahwa ia masuk ke masjid pada pagi hari dan menikam Cisse yang sedang salat sekitar 50 kali. Ia juga sempat merekam korban yang sedang sekarat dengan ponselnya sambil melontarkan hinaan terhadap Islam.

Tidak ada orang lain di masjid saat serangan terjadi. Jenazah Cisse baru ditemukan saat para jamaah datang untuk menunaikan salat Jumat. Pihak berwenang kemudian langsung meluncurkan operasi pencarian untuk memburu tersangka.

Insiden ini mengejutkan banyak pihak. Perdana Menteri Francois Bayrou mengecam  pembunuhan tersebut, menyebutnya sebagai kejahatan Islamofobia. Presiden Emmanuel Macron juga menyatakan bahwa tidak ada tempat bagi kebencian beragama dalam masyarakat Prancis. 

Akibat insiden ini, pemerintah Prancis memerintahkan polisi untuk memperketat keamanan di masjid-masjid di seluruh negeri.

2. Penyidik selidiki motif lainnya selain Islamofobia

Menurut Grini, motif anti-Muslim atau Islamofobia menjadi petunjuk utama dalam penyelidikan ini, terutama mengingat korban diserang saat sedang salat di masjid. Namun, ia mengatakan bahwa pihak berwenang juga menyelidiki motif lainnya, termasuk ketertarikan terhadap kematian.

Tersangka, yang juga tinggal di La Grande-Combe, diketahui berasal dari keluarga Bosnia dan merupakan seorang pengangguran. Ia tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau, pada Senin, mengucapkan selamat kepada semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut usai tersangka menyerahkan diri. 

“Para hakim dan penyidik ​​​​telah menunjukkan tekad dan profesionalisme yang besar, sehingga mereka dapat mencapai hasil dalam waktu yang sangat singkat,” tulisnya X. 

3. Protes anti-Islamofobia digelar di La Grand Combe dan Paris pada akhir pekan

Sepupu korban, Ibrahim Cisse, sebelumnya mengatakan kepada media lokal bahwa Cisse dibunuh karena ia merupakan seorang Muslim. Ia menganggap serangan itu sebagai tindakan terorisme.

“Itu sudah direncanakan, orang tersebut dengan sengaja datang untuk membunuh seseorang di masjid. Bagi kami, Aboubakar adalah korban serangan teroris," katanya, dikutip dari The Guardian.

Pada Minggu, demonstrasi untuk mendukung korban digelar di La Grand Combe dan Paris. Dalam aksi tersebut, para aktivis menuntut tindakan yang lebih tegas terhadap kekerasan anti-Muslim.

Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa, yang mencakup sekitar 10 persen dari jumlah penduduk negara tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us