Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Pria Muslim di Masjid Prancis

ilustrasi mobil polisi (unsplash.com/Michael Förtsch)

Jakarta, IDN Times - Pelaku pembunuhan seorang pria Muslim di masjid di Prancis selatan pekan lalu hingga kini masih buron. Pihak berwenang menyebut insiden itu sebagai kejahatan Islamofobia.

Aboubakar Cisse, seorang pria berusia 24 tahun asal Mali, ditikam hingga tewas saat sedang salat di Masjid Hatice di kota La Grand-Combe pada Jumat (25/4/2025). Penyerang dilaporkan menikamnya sekitar 50 kali sebelum melarikan diri. Ia juga sempat merekam korban yang sedang sekarat dengan ponselnya sambil melontarkan hinaan terhadap Islam.

Tidak ada orang lain di masjid saat serangan terjadi. Jenazah korban baru ditemukan saat jamaah lain mulai datang untuk menunaikan salat Jumat.

1. Pelaku merupakan warga negara Prancis asal Bosnia

Pelaku telah diidentifikasi sebagai Olivier, seorang pria kelahiran Prancis pada 2004. Ia merupakan seorang pengangguran dan tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya. Jaksa wilayah Abdelkrim Grini mengatakan bahwa pelaku sangat berbahaya dan harus segera ditangkap sebelum menimbulkan lebih banyak korban.

Seorang sumber yang berbicara secara anonim mengatakan bahwa pelaku merupakan seorang non-Muslim dan warga negara Prancis asal Bosnia.

Media lokal melaporkan bahwa korban adalah jamaah tetap di Masjid Hatice. Ia tiba dari Mali beberapa tahun lalu dan dikenal baik serta sangat dihormati di desa tersebut. Sementara itu, pembunuhnya belum pernah terlihat di sana sebelumnya, dilansir dari DW.

2. Macron tegaskan bahwa kebebasan beragama di Prancis tidak boleh diganggu gugat

Dalam sebuah pernyataan, Masjid Agung Paris mengecam serangan itu dan mengatakan bahwa korban baru saja selesai membersihkan masjid ketika ia dibunuh. Mereka mendesak pihak berwenang untuk segera mengungkap alasan di balik serangan itu, dan meminta otoritas yudisial untuk menyatakan apakah pembunuhan itu dianggap sebagai tindakan teroris atau tidak.

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa kebebasan beragama di negara tersebut tidak boleh diganggu gugat.

"Rasisme dan kebencian yang berbasis agama tidak boleh memiliki tempat di Prancis. Kebebasan beragama tidak boleh dilanggar," tulis Macron di X pada Minggu dalam komentar pertamanya terkait pembunuhan tersebut.

Perdana Menteri Francois Bayrou turut mengecam penikaman tersebut, menyebutnya sebagai kekejaman Islamofobia. Menteri Kehakiman Gerald Darmanin mengatakan bahwa pembunuhan keji itu melukai hati semua orang beriman dan Muslim di Prancis.

“Kami bersama keluarga korban dan jamaah yang terkejut. Sumber daya negara dikerahkan untuk memastikan pembunuhnya ditangkap dan dihukum," kata Darmanin.

3. Demonstrasi anti-Islamofobia diadakan di Prancis

Dilansir dari Al Jazeera, kelompok kampanye SOS Rasime menyatakan akan berpartisipasi dalam pawai melawan Islamofobia, yang diselenggarakan pada Minggu di La Grand-Combe. Acara serupa lainnya juga diadakan pada Minggu malam di seluruh Prancis, termasuk di Place de la Republique Paris. Para pengunjuk rasa akan melakukan hening cipta selama 1 menit untuk mengenang korban.

Beberapa anggota terkemuka dari partai sayap kiri La France Insoumise juga mengajak masyarakat untuk menghadiri protes tersebut melalui media sosial. Mereka termasuk Anggota Parlemen Eropa dan aktivis hak-hak Palestina, Rima Hassan, dan pemimpin Partai Hijau, Marine Tondelier, 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us