Trump Absen, Presiden Brasil Sindir Komitmen Iklim Negara Besar

- Pemimpin negara besar dunia absen
- Biaya perang lebih besar dibanding biaya investasi iklim
- Komitmen besar untuk kembali ke inti Perjanjian Paris
Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memanfaatkan pembukaan resmi konferensi perubahan iklim PBB ke-30 (COP30) di kota Belem, Amazon. Ia menyerukan kepada para pemimpin dunia agar secara tegas mengalahkan pihak yang menolak ilmu iklim.
Pada sesi pleno pertama, Lula secara langsung menantang skeptisisme iklim dan penyebaran misinformasi, yang menurutnya menghambat kerja sama global.
"Di era misinformasi, kaum obskurantis tidak hanya menolak bukti ilmiah tetapi juga kemajuan multilateralisme," ujarnya.
“Mereka mengendalikan algoritma, menebar kebencian, dan menyebarkan ketakutan. Mereka menyerang institusi, sains, dan universitas. Sudah saatnya untuk memberikan kekalahan baru kepada para penyangkal,” imbuh Lula, dilansir dari France24, Selasa (11/11/2025).
1. Pemimpin negara besar dunia absen
Kecaman keras tersebut muncul ketika para pemimpin terkemuka dari negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia, termasuk AS, Tiongkok, dan India, secara khusus absen dari KTT tersebut. Lula mengutuk ketidakhadiran ‘orang-orang yang berperang’, khususnya menyoroti peningkatan anggaran pertahanan yang dipromosikan oleh AS dan Eropa.
Ia juga mengkritik pengeluaran global yang besar untuk pertahanan. Lula beralasan hal itu merupakan salah alokasi sumber daya yang seharusnya disalurkan untuk solusi iklim bagi negara-negara berkembang.
2. Biaya perang lebih besar dibanding biaya investasi iklim
Pemimpin sayap kiri tersebut membandingkan biaya konflik dengan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan iklim.
"Jika orang-orang yang berperang berada di COP30, akan jauh lebih murah untuk menghabiskan 1,3 triliun dolar AS per tahun untuk mengakhiri masalah iklim daripada 2,7 triliun dolar AS untuk berperang seperti yang mereka lakukan tahun lalu," ujarnya.
3. Komitmen besar untuk kembali ke inti Perjanjian Paris
Ia menyerukan para negosiator untuk ambisius dan berkomitmen kembali pada tujuan inti Perjanjian Paris, membatasi pemanasan global hingga kurang dari 2°C dibandingkan dengan tingkat pra-industri, dengan target 1,5°C.
Perjanjian tersebut mewajibkan pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan kontribusi ekonomi untuk memitigasi dampak krisis.
Lula juga menyoroti pentingnya simbolis penyelenggaraan KTT di Belem, yang terletak di jantung Amazon tetapi di mana separuh penduduknya kekurangan sanitasi dasar.

















