Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Bantah Keterlibatan dalam Project Revolusi Radikal AS 2025 

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah keterlibatannya dalam Project 2025, sebuah rencana radikal untuk mengubah pemerintahan AS. Project 2025 merupakan rencana 922 halaman yang menguraikan ekspansi dramatis kekuasaan presiden.

Pernyataan ini disampaikan Trump melalui akun media sosialnya pada Jumat (5/7/2024). Ia juga bahkan mengkritik beberapa ide dalam proyek tersebut dan menilainya konyol dan buruk.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang Project 2025. Saya tidak tahu siapa yang ada di belakangnya," tulis Trump.

Salah satu poin kontroversialnya adalah rencana memecat hingga 50 ribu pekerja pemerintah dan menggantinya dengan loyalis Trump. Kontroversi semakin memanas setelah Presiden Heritage Foundation, Kevin Roberts, menyatakan AS sedang dalam proses "revolusi Amerika kedua".

1. Tujuan dari Project 2025

Project 2025 bertujuan menindak tegas berbagai isu kontroversial di AS. Beberapa di antaranya adalah imigrasi, hak reproduksi, perlindungan lingkungan, dan hak LGBTQ+. Rencana ini juga menyiapkan agenda 180 hari untuk administrasi berikutnya yang akan dibagikan secara pribadi.

Dilansir dari The Guardian, Heritage Foundation mengklaim bahwa 64 persen rekomendasi kebijakannya telah diterapkan atau diusulkan oleh Trump selama tahun pertama jabatannya. Juru bicara Project 2025 menegaskan bahwa rencana tersebut tidak terikat pada kandidat atau kampanye tertentu.

"Kami adalah koalisi lebih dari 110 kelompok konservatif yang mengadvokasi rekomendasi kebijakan dan personel untuk presiden konservatif berikutnya," ujar juru bicara tersebut, dilansir dari Associated Press

2. Trump dicurigai terlibat Project 2025

Meski Trump membantah keterlibatannya, banyak pihak yang meragukan pernyataan tersebut. Pasalnya, Project 2025 melibatkan sejumlah mantan pejabat senior administrasi Trump dan sekutu dekatnya.

Paul Dans, mantan kepala staf di Kantor Manajemen Personalia AS di bawah Trump, menjabat sebagai direktur proyek. Sementara itu, John McEntee, mantan direktur Kantor Personel Kepresidenan Gedung Putih pada masa Trump, bertindak sebagai penasihat senior.

Kritikus menunjukkan bahwa banyak orang yang terlibat dalam Project 2025 dekat dengan lingkaran Trump.

"Jangan tertipu. Buku pedoman ini ditulis oleh lebih dari 20 pejabat yang ditunjuk Trump dalam masa jabatan pertamanya," tulis Robert Reich, ekonom dan kolumnis The Guardian.

Sebelumnya, kampanye Trump memang telah memperingatkan sekutu luarnya untuk tidak berbicara atas nama Trump. Mereka menyatakan bahwa rencana transisi dari pihak luar tidak membantu.

3. Demokrat manfaatkan isu Project 2025

Kampanye Presiden Joe Biden berusaha menarik lebih banyak perhatian pada agenda Project 2025. Mereka melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat dukungan sesama Demokrat setelah penampilan Biden yang dianggap buruk dalam debat.

Komite Nasional Demokrat (DNC) mengaitkan Project 2025 dengan kampanye Trump, menyebutnya sebagai bagian dari agenda MAGA. Juru bicara kampanye Biden menilai rencana itu sebagai panduan kebijakan ekstrem yang mengkhawatirkan jika Trump terpilih kembali.

Kampanye Biden mengecam pernyataan Roberts soal "revolusi Amerika kedua". Mereka menuduh kubu Trump berencana melakukan perubahan radikal yang mengancam nilai-nilai Amerika. Untuk memperkuat pesannya, tim Biden membagikan gambar dari serial distopia populer "The Handmaid's Tale" di media sosial, mengaitkannya dengan visi Project 2025 untuk AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us