5 Fakta Dingiso, Kanguru Pohon Papua yang Terancam Punah

Tahukah kamu kalau kanguru bukan hanya ada di negara Australia? Mamalia berkantung ini juga ada di Indonesia lho. Di Pulau Papua terdapat enam spesies kanguru pohon. Salah satu kanguru pohon yang ada di negara ini ialah dingiso atau kadang disebut juga dengan nama bondegezou. Belum sepopuler satwa Papua lainnya seperti burung kasuari dan cenderawasih, dingiso gak banyak diketahui publik. Padahal satwa bernama latin Dendrolagus mbaiso ini termasuk langka!
Tak kenal maka tak sayang, yuk, kenalan dengan dingiso dengan beberapa fakta berikut ini.
1. Habitat dan persebarannya

Dingiso adalah hewan yang misterius dan gak mudah untuk ditemukan. Namun, beberapa sumber seperti Animalia dan Econusa mencatat populasi mamalia ini terdapat di Barisan Sudirman, Provinsi Papua Tengah, dan juga Taman Nasional Lorentz. Mereka hidup di semak belukar dan hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 3.200-4.400 meter di atas permukaan laut.
2. Ciri fisik dingiso

Kanguru pohon dingiso masih berkerabat dengan kanguru terestrial yang ada di Australia. Mereka sama-sama bagian dari keluarga marsupial Macropodidae. Namun, gak seperti kanguru di darat yang panjang badan dan ekornya bisa mencapai 2,5 meter, kanguru pohon berukuran lebih kecil. Econusa melaporkan dingiso memiliki rata-rata panjang ekor 40-94 centimeter dengan panjang badan 52-81 centimeter. Bobotnya berkisar antara 6,5-14,5 kilogram. Dilihat dari bentuk fisik, dingiso malah lebih menyerupai koala daripada kanguru.
Dingiso memiliki warna bulu yang didominasi hitam, terutama pada bagian kepala, punggung, tangan dan kaki. Namun, beberapa bagian tubuhnya seperti moncong, leher, dada dan perut berwarna putih.
3. Menghabiskan banyak waktu di darat

Kanguru pohon biasanya senang menghabiskan waktunya di pepohonan. Mereka cekatan dalam naik turun pohon atau melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan seimbang. Namun, beberapa sumber menyebutkan jika dingiso gak seperti kanguru pohon lainnya dan lebih banyak menghabiskan waktu di daratan.
Dilansir laman New Scientist, dingiso dianggap memiliki bentuk fisik yang gak seperti spesies kanguru pohon lainnya. Disebutkan jika tungkai bawah/kaki dingiso berdekatan jadi dapat menghambatnya untuk mengenggam batang pohon. Kemudian, ekornya dinilai gak sepanjang jenis kanguru pohon yang lain jadi akan menyulitkannya untuk seimbang ketika berada di atas pepohonan. Pun ketika hendak turun dari pohon, mereka gak melompat melainkan turun perlahan dengan bagian ekor terlebih dahulu menyentuh tanah.
Lebih lanjut lagi, menurut Tropical Tropics, dingiso juga memiliki benjolan di kaki yang mirip dengan spesies musky-rat kangaroo (Hypsiprymnodon moschatus), kanguru terestrial yang hidup di hutan hujan tropis Australia. Scientific American menyebutkan jika dingiso mengalami peralihan dari hewan arboreal ke terestrial. Namun, kurangnya penelitian membuat perilaku dan kebiasaan hidup dingiso gak banyak terungkap.
4. Punya signifikansi kultural bagi Suku Moni

Bagi Suku Moni yang terdapat di Papua, dingiso bukanlah binatang biasa. Dilansir New Scientist, satwa ini dianggap sebagai leluhur mereka. Oleh karenanya, kanguru pohon berwarna hitam putih ini disebutnya dengan nama mbaiso yang berarti hewan terlarang/sakral sehingga tidak boleh diburu atau dimakan. Nama mbaiso kemudian jadi bagian dari nama latin dingiso yakni Dendrolagus mbaiso.
Keberadaan satwa herbivora ini baru diketahui dunia sains di tahun 1995 ketika zoologist dari Australia dan Indonesia, Tim Flannery dan Boedi, serta anthropologist Alexandra Szalay, menuangkan penemuan kanguru pohon baru ini di Jurnal Mammalia.
5. Populasinya terancam punah

Gak ada yang tahu pasti berapa banyak jumlah dingiso yang berada di habitatnya saat ini. Hewan ini memang cukup misterius karena keberadaannya sulit ditemukan dan masih kurangnya penelitian yang mengangkat dingiso. Namun, berbagai pihak memperkirakan jika populasi marsupial ini terus menyusut akibat berbagai aktivitas manusia.
Meski menjadi hewan yang dilindungi oleh masyarakat Suku Moni, menurut WWF, perburuan dingiso masih dilakukan oleh beberapa komunitas adat di Papua untuk konsumsi atau keperluan upacara. Selain itu, laman inaturalist.org menginformasikan jika populasi dingiso juga menghadapi tekanan akibat perubahan iklim serta peningkatan populasi manusia yang berimbas pada alih fungsi hutan habitat dingiso saat ini. WWF memperkirakan jika dalam tiga dekade terakhir, populasinya berkurang lebih dari 80 persen. Karena penurunan populasi tersebut, IUCN memberikan status endangered/terancam punah pada dingiso.
Sayang sekali, kurangnya informasi mengenai dingiso membuat satwa ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Padahal kanguru pohon ini sangat spesial karena cuma ada di Papua saja. Dengan berbagai ancaman terhadap keberadaannya, semoga saja ada upaya konservasi serius yang dilakukan ya!