5 Fakta Gila Rasi Orion, dari Supernova sampai GPS Langit

- Orion adalah penanda musim hujan dan GPS langit
- Sabuk Orion berfungsi sebagai penunjuk arah di langit malam
- Betelgeuse, bintang raksasa yang hampir meledak menjadi supernova
Langit malam di akhir September selalu menyimpan kejutan. Salah satunya adalah munculnya kembali rasi Orion, si pemburu legendaris yang selalu jadi bintang utama di langit musim hujan. Orion bukan hanya indah, tapi juga sarat cerita, dari mitologi kuno sampai penemuan astronomi modern.
Buat kamu yang sering menatap langit dini hari, Orion sudah bisa dilihat sejak akhir September. Namun, di balik keindahan bintang-bintang terang, seperti Betelgeuse dan Rigel, tersimpan fakta-fakta gila yang bikin rasi ini begitu istimewa. Yuk, kita bongkar satu per satu!
1. Orion jadi penanda musim

Munculnya Orion di akhir September bukan kebetulan. Dalam tradisi agraris, Orion adalah ‘jam alam’ yang menandai pergantian musim. Di Jawa, sabuk Orion dikenal sebagai Lintang Waluku yang bentuknya menyerupai bajak sawah, simbol waktu mulai bercocok tanam.
Menurut laman astronomi space.com, masyarakat Asia Tenggara sejak dulu mengaitkan Orion dengan tanda datangnya musim hujan. Jadi, tiap kali Orion mulai muncul menjelang dini hari, itu pertanda tanah akan segera basah oleh hujan, dan petani bisa menyiapkan ladang.
Hal ini membuktikan bahwa astronomi bukan cuma soal teleskop modern. Bahkan sebelum ilmu astronomi berkembang, manusia sudah menjadikan Orion sebagai kalender alami yang menghubungkan langit dan bumi.
2. Sabuk Orion adalah GPS langit

Tiga bintang sejajar di tengah tubuh Orion—Alnitak, Alnilam, dan Mintaka—adalah salah satu formasi paling terkenal di langit. Para astronom menyebutnya 'Orion’s Belt', dan ia berfungsi berfungsi layaknya GPS kosmik bagi para pengamat bintang.
Menurut NASA Universe Web Team, garis lurus sabuk Orion bisa dijadikan penunjuk arah. Lantas, bagaimana caranya? Tarik garis ke arah tenggara, kamu akan menemukan Sirius, bintang paling terang di langit malam. Tarik ke arah barat laut, kamu akan bertemu Aldebaran di rasi Taurus.
Keunikan ini bikin Orion jadi ‘gerbang’ untuk mengenal rasi-rasi lain. Jadi, kalau kamu baru belajar mengenali langit malam, mulailah dari sabuk Orion. Dari situ, kamu bisa menjelajahi semesta lebih luas.
3. Betelgeuse, bintang raksasa yang hampir meledak

Di bahu kiri Orion, ada Betelgeuse, bintang merah raksasa supergiant. Bintang ini ukurannya lebih dari 1.000 kali Matahari dan sedang berada di fase akhir hidupnya. Artinya, ia bisa meledak jadi supernova kapan saja dalam 100 ribu tahun ke depan.
Awal tahun 2020, European Southern Observatory melaporkan Betelgeuse meredup drastis, memicu spekulasi bahwa bintang ini hampir meledak. Meski akhirnya diketahui karena debu kosmik, fenomena itu membuat dunia gempar.
Kalau benar-benar meledak, Betelgeuse bisa seterang bulan purnama di malam hari dan bahkan terlihat di siang hari. Jadi, setiap kali kamu menatap Orion, ingatlah, kamu sedang menatap ‘bom kosmik’ yang siap meledak kapan saja!
4. Orion punya rumah nebula

Selain bintang-bintang terang, Orion juga menyimpan salah satu objek paling memukau adalah Nebula Orion (M42). Letaknya ada di ‘pedang’ Orion, tepat di bawah sabuknya. Dengan mata telanjang, nebula ini tampak seperti bintik samar, tapi dengan teleskop kecil, kamu bisa melihat awan gas bercahaya.
NASA Hubble Mission Team bersama Goddard Space Flight Center berhasil mendokumentasikan M42 sebagai ‘laboratorium alami’ untuk mempelajari kelahiran bintang dan planet. Di dalam nebula ini, awan gas dan debu raksasa sedang runtuh, melahirkan sistem bintang baru.
Itu artinya, setiap kali kamu mengamati Orion, kamu juga sedang melihat ‘pabrik kosmik’ tempat lahirnya generasi bintang baru yang mungkin punya planet mirip bumi di masa depan.
5. Rasi kosmopolitan dengan seribu nama

Keindahan Orion membuatnya muncul dalam berbagai budaya dunia. Bangsa Yunani kuno menggambarkannya sebagai pemburu gagah yang diburu kalajengking. Mesir Kuno bahkan menyusun Piramida Giza sejajar dengan sabuk Orion, yang mereka anggap sebagai wujud Dewa Osiris.
Di Nusantara, Orion dikenal dengan nama Waluku oleh masyarakat Jawa, sedangkan di Maluku ada kisah mitologi lokal yang mengaitkannya dengan dewa laut. Menurut catatan Ammarell and Tsing dalam buku yang bertajuk Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy, rasi Orion selalu dikaitkan dengan siklus agraris dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa Orion adalah ‘rasi kosmopolitan’—di mana pun ia muncul, manusia selalu memberi makna. Orion bukan sekadar bintang, tapi jembatan antara sains, budaya, dan spiritualitas.
Akhir September adalah waktu yang tepat untuk menyambut Orion kembali ke langit. Dari petani Jawa yang menunggu musim hujan, ilmuwan yang meneliti Nebula Orion, sampai para pemburu bintang yang menantikan supernova Betelgeuse, semua punya cerita tentang rasi ini.
Jadi, saat dini hari nanti kamu menatap langit timur dan melihat Orion perlahan naik, ingatlah bahwa kamu sedang melihat salah satu rasi paling gila, penuh misteri sekaligus sejarah. Orion bukan hanya rasi, tapi legenda kosmik yang hidup ribuan tahun di imajinasi manusia.