5 Fakta Menarik Yukata, Pakaian Ikonik Orang Jepang!

- Yukata awalnya dipakai setelah mandi uap pada periode Heian sebagai bathrobe atau jubah mandi.
- Yukata berbeda dengan kimono dalam bahan, fungsi, dan formalitasnya, cocok digunakan sebagai busana kasual saat musim panas.
- Motif yukata memiliki makna simbolis yang menggambarkan nilai atau harapan tertentu bagi pemakainya.
Yukata adalah salah satu pakaian tradisional Jepang yang masih populer hingga sekarang. Banyak orang mengenalnya sebagai “kimono versi sederhana”, padahal yukata punya sejarah, fungsi, dan makna yang berbeda. Biasanya dikenakan saat festival musim panas (matsuri), kembang api (hanabi taikai), atau saat menginap di penginapan tradisional Jepang (ryokan).
Nah, biar makin paham, berikut 5 fakta menarik tentang yukata yang jarang orang tahu.
1. Awalnya Dipakai Setelah Mandi Uap

Pada periode Heian (794–1185), yukata pertama kali digunakan oleh kalangan bangsawan setelah mandi uap (yu = air panas, katabira = pakaian dalam). Fungsi utamanya saat itu mirip seperti bathrobe atau jubah mandi. Seiring waktu, yukata mulai dipakai masyarakat luas dan menjadi pakaian sehari-hari di musim panas.
2. Yukata Berbeda dengan Kimono

Meskipun sama-sama termasuk pakaian tradisional Jepang, yukata dan kimono memiliki perbedaan, baik dari segi bahan, fungsi, maupun tingkat formalitasnya. Kimono umumnya dibuat dari kain sutra dan dipakai dalam acara resmi seperti upacara atau perayaan penting. Sementara itu, yukata terbuat dari katun yang lebih ringan sehingga lebih cocok digunakan sebagai busana kasual, terutama saat musim panas.
3. Motif Yukata Punya Makna Simbolis

Motif pada yukata tidak dipilih sembarangan. Setiap corak biasanya menggambarkan nilai atau harapan tertentu. Contohnya, motif bunga asagao atau morning glory sering digunakan untuk melambangkan cinta, keceriaan, serta keindahan musim panas. Sementara itu, motif ikan ayu atau ikan air tawar mencerminkan kesegaran dan kesejukan yang identik dengan aliran sungai di musim panas. Oleh karena itu, pemilihan motif pada yukata tidak hanya menyesuaikan musim, tetapi juga berkaitan dengan suasana hati, identitas, hingga doa atau harapan pribadi dari si pemakai.
4. Cara Ikat Obi Menunjukkan Identitas

Yukata dilengkapi dengan sabuk lebar bernama obi. Menariknya, cara mengikat obi bisa menunjukkan usia, status, hingga suasana acara. Wanita muda biasanya mengikat obi dengan bentuk pita besar yang mencolok untuk menonjolkan kesan ceria dan energik. Sebaliknya, wanita dewasa lebih sering menggunakan simpul sederhana dengan desain yang rapi dan anggun, sehingga menghadirkan nuansa elegan sekaligus berwibawa. Dengan demikian, obi bukan hanya elemen dekoratif, tetapi juga sarana ekspresi diri dan penanda identitas sosial dalam budaya berpakaian Jepang.
5. Masih Digunakan di Ryokan dan Festival

Hingga kini, yukata tetap eksis dalam kehidupan masyarakat Jepang. Di penginapan tradisional (ryokan), tamu biasanya disediakan yukata untuk dipakai saat bersantai atau tidur. Sementara pada festival musim panas dan pertunjukan kembang api, yukata menjadi busana populer yang identik dengan suasana hangat, meriah, dan penuh nostalgia.
Yukata bukan sekadar pakaian tradisional, melainkan bagian dari budaya Jepang yang penuh sejarah dan makna. Dari asal-usulnya sebagai pakaian setelah mandi uap, hingga penggunaannya di festival modern, yukata membuktikan bahwa tradisi bisa terus hidup berdampingan dengan gaya hidup masa kini.