Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Yak, Mamalia Tangguh Dataran Tinggi Tibet

Yak (commons.wikimedia.org/Dennis Jarvis)
Yak (commons.wikimedia.org/Dennis Jarvis)
Intinya sih...
  • Yak mampu bertahan di suhu -40°C dengan tubuh besar dan kuat serta adaptasi unik yang membuatnya tahan dingin.
  • Yak memiliki kemampuan adaptasi tinggi untuk hidup di lingkungan ekstrem, termasuk lemak tebal, bulu lebat, dan paru-paru besar.
  • Peran yak dalam kehidupan masyarakat Tibet sangat penting, sebagai alat transportasi, sumber pangan, dan bagian dari tradisi budaya setempat.

Tersembunyi di balik megahnya pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet, ada seekor hewan tanggung yang mampu bertahan hidup di lingkungan super ekstrem. Ini adalah yak, mamalia ruminansia yang masih satu keluarga dengan sapi, kerbau, dan bison. Yak dikenal dengan sebagai jagoan pegunungan tinggi karena mampu hidup di tempat sangat dingin dan atmosfer yang tipis.

Tubuh yak dirancang khusus untuk menghadapi cuaca ekstrem, lho! Adaptasinya yang unik dan penampilannya yang khas membuat yak menjadi hewan yang sangat menarik untuk dipelajari. Penasaran kenapa yak bisa sekuat itu? Yuk simak 5 fakta menarik tentang yak selengkapnya di artikel ini!

1. Dikenal dengan tubuh besar dan kuat

Yak (commons.wikimedia.org/ADARSHluck)
Yak (commons.wikimedia.org/ADARSHluck)

Yak dikenal memiliki tubuh yang besar dan kuat. Dilansir Animal Diversity Web, terdapat dua jenis yak, yaitu yak liar (Bos mutus) dan yak domestik (Bos gruinnens). Yak liar jantan bisa tumuh hingga sepanjang 325 cm dan tingginya lebih dari 200 cm, lho! Beratnya? Bisa sampai 1000 kg alias satu ton. Besar banget, kan? Sementara itu, yak betina biasanya lebih kecil beratnya sekitar 300 kg. Yak domestik ukurannya lebih lebih kecil dibanding yak liar. Jantan domestik memiliki berat sekitar 350 hingga 580 kg, sedangkan betinanya 225 hingga 255 kg.

Secara penampilan, yak liar memiliki bulu hitam kecoklatan, tanduk besar melengkung ke atas, dan rambut panjang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, termasuk ekornya. Sementara itu, yak domestik memiliki warna bulu yang lebih beragam dan tanduk yang lebih kecil atau bahkan tidak bertanduk.

2. Mampu hidup di lingkungan ekstrem yang sangat dingin (-40°C)

Yak mampu hidup di lingkungan dengan suhu yang sangat dingin (commons.wikimedia.org/Alex Ang)
Yak mampu hidup di lingkungan dengan suhu yang sangat dingin (commons.wikimedia.org/Alex Ang)

Yak tinggal di dataran tinggi Tibet dan daerah pegunungan di Tiongkok dengan ketinggian 3.500 hingga 5.000 meter di atas permukaan laut. Bayangkan saja, suhu disana bisa mencapai -40°C. Dingin sekali, bukan? Tapi tenang, yak telah dibekali dengan kemampuan adaptasi super keren untuk bertahan di lingkungan se-ekstrem itu.

Dilansir Animalia, tubuh yak dilapisi lemak tebal dan bulu yang sangat lebat untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat lingkungan yang sangat dingin. Dengan “jaket alami” ini, yak bisa tetap nyaman meski udara di sekitarnya sangat dingin.  

3. Memiliki paru-paru besar, sebagai bentuk adaptasi di lingkungan dingin

Yak (commons.wikimedia.org/travelwayoflife)
Yak (commons.wikimedia.org/travelwayoflife)

Hidup di pegunungan tinggi bukan perkara mudah karena kadar oksigennya jauh lebih rendah. Namun, yak memiliki adaptasi hebat yang membuat mereka tetap kuat dan aktif di lingkungan dengan ketinggian yang ekstrem. Yak dibekali dengan paru-paru yang lebih besar dari kerabatnya seperti sapi atau kerbau.

Dilansir Animalia, paru-paru yang lebih besar ini membantu mereka untuk menyerap oksigen secara lebih efisien meskipun berada di atmosfer yang tipis dengan kadar oksigen yang rendah. Tak hanya itu saja, dilansir Animalia Diversity Web,  jumlah sel darah merah dan hemoglobin yak juga lebih tinggi, lho! Adaptasi ini membuat yak mampu bertahan di lingkungan yang membuat banyak hewan lain terengah-engah.

4. Mulai didomestikasi sejak ribuan tahun yang lalu

Yak (commons.wikimedia.org/Friedrich Haag)
Yak (commons.wikimedia.org/Friedrich Haag)

Yak bukan hewan baru bagi masyarakat Asia Tengah. Hewan ini sudah mulai didomestikasi sejak 2.000 hingga 3.000 tahun yang lalu di wilayah Tibet, lho! Dilansir Animalia, kemampuan yak dalam bertahan hidup di lingkungan ekstrem ini menjadi alasan utama mereka dijadikan hewan ternak.

Masyarakat Tibet telah lama memanfaatkan yak untuk mengangkut barang-barang melewati  jalur pegunungan yang terjal. Tubuh yak yang kuat dan kokoh memungkinkannya untuk menarik gerobak dan membawa barang-barang melalui jalan-jalan yang sulit dijangkau oleh kendaraan biasa. Tak hanya membantu mobilisasi barang, ternyata yak juga dipakai untuk membajak tanah di ladang, lho! Wah keren banget kan yak ini?

5. Susu yak sering diolah menjadi keju dan mentega khas Tibet

Keju yang terbuat dari susu yak (commons.wikimedia.org/אבנר אילנאי)
Keju yang terbuat dari susu yak (commons.wikimedia.org/אבנר אילנאי)

Bukan hanya tenaganya yang dimanfaatkan, susu yak juga sangat berharga bagi masyarakat setempat. Susu ini kaya akan lemak dan nutrisi, menjadikannya bahan yang ideal untuk diolah menjadi keju dan mentega. Salah satu produk populernya adalah keju chhurpi yang memiliki tekstur padat dan rasa yang unik. Keju ini bisa disimpan lama, makanya cocok untuk masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Tak hanya itu, susu yak juga diolah menjadi mentega. Mentega inilah yang menjadi bahan utama teh mentega, minuman hangat yang dikonsumsi oleh masyarakat lokal. Uniknya lagi, selain dikonsumsi, mentega ini juga dipakai untuk menyalakan lampu dan membuat patung mentega untuk upacara keagamaan disana.

Bagaimana fakta-fakta mengenai yak, menarik bukan? Yak bukan sekadar hewan pegunungan biasa. Dengan tubuh yang kuat, adaptasi luar biasa terhadap dinginnya suhu ekstren, hingga perannya yang penting dalam kehidupan masyarakat Tibet, yak membuktikan dirinya sebagai hewan tangguh dan serbaguna. Mulai dari alat transportasi, sumber pangan, hingga bagian dari tradisi budaya, yak memiliki peran besar dalam menopang kehidupan di dataran tinggi Tibet. Tak heran jika hewan satu ini dijuluki “pahlawan” Himalaya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us