5 Fakta Mugger Crocodile, Predator Rawa yang Ahli Menggali Liang

- Mugger crocodile memiliki moncong terlebar di antara semua buaya genus Crocodylus, memungkinkan mereka menggigit berbagai jenis mangsa dengan efisien.
- Mugger crocodile adalah ahli menggali liang yang menjadi kunci kelangsungan hidupnya, terutama pada lingkungan kering dan panas yang menjadi ciri habitat mereka.
- Mugger crocodile dapat menempuh perjalanan darat jauh, meski sering dianggap sebagai hewan yang hanya beraktivitas di air, dan memiliki ritual kawin yang melibatkan sentuhan dan gestur halus.
Di antara beragam penghuni perairan Asia Selatan, mugger crocodile atau buaya rawa menjadi salah satu yang paling menarik untuk dipelajari. Hewan ini tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa di lingkungan yang berubah cepat. Mulai dari perilaku menggali liang, kemampuan menempuh perjalanan jauh, hingga perilaku kawinnya, membuat kehidupan mugger memiliki banyak fakta unik yang jarang dibahas.
Melalui rangkaian fakta berikut, kamu akan diajak mengenal buaya dengan nama ilmiah Crocodylus palustris yang menjadi predator puncak ini. Berikut lima fakta paling menarik tentang mugger crocodile.
1. Memiliki moncong terlebar di antara semua buaya genus Crocodylus

Secara penampilan, mugger crocodile memiliki ciri fisik unik yang membedakannya dari kerabat dekatnya: moncong yang sangat lebar. Dari seluruh anggota genus Crocodylus, mugger adalah pemegang “gelar” pemilik moncong paling lebar. Bentuk moncong ini bukan hanya ciri visual, tetapi juga berfungsi mendukung pola makan yang sangat fleksibel.
Sebagai predator oportunis, mugger memakan apa pun yang ukurannya lebih kecil dari tubuhnya seperti ikan, burung, mamalia kecil, hingga buaya lain. Bahkan sebagai anakan, mereka sudah memakan serangga dan krustasea, lalu secara bertahap beralih ke mangsa yang lebih besar seiring pertumbuhan. Struktur moncong yang lebar membuat mereka mampu menggigit berbagai jenis mangsa dengan efisien, menjadikannya salah satu predator paling adaptif di air tawar.
2. Ahli menggali liang yang menjadi kunci kelangsungan hidupnya

Mugger crocodile dikenal sebagai spesies yang sangat bergantung pada liang. Baik anakan, remaja, maupun dewasa menggali liang di tepi sungai, danau, rawa, hingga kolam buatan. Ketika suhu lingkungan mencapai titik ekstrem—di bawah 5°C atau di atas 38°C—liang ini menjadi tempat perlindungan yang sangat penting untuk menghindari stres panas maupun hipotermia.
Menariknya, melansir Crocodile Specialist Group, di beberapa wilayah Iran, mugger bahkan menggali dua liang yang berdampingan, yang bisa digunakan oleh satu atau lebih individu. Perilaku ini menunjukkan tingkat adaptasi yang sangat cerdas, terutama pada lingkungan kering dan panas yang menjadi ciri habitat mereka. Tak banyak spesies buaya lain yang memiliki ketergantungan sedalam ini terhadap struktur yang mereka buat sendiri, sehingga perilaku ini menjadi salah satu ciri paling khas dari mugger.
3. Buaya “petualang” yang dapat menempuh perjalanan darat jauh

Meski sering dianggap sebagai hewan yang cenderung diam atau hanya beraktivitas di air, mugger ternyata dapat melakukan perjalanan jauh melintasi daratan. Laporan dari India, Sri Lanka, hingga Iran menyebutkan bahwa spesies ini kerap berpindah antar-sumber air dengan berjalan kaki, bahkan menempuh jarak yang cukup jauh.
Motif perjalanan ini beragam, mulai dari mencari habitat yang lebih stabil selama musim kering hingga perpindahan alami akibat perubahan aliran air. Namun, perilaku ini juga membuat mereka rentan. Mengutip crocodile specialist group, beberapa mugger di Iran tercatat tewas saat menyeberangi jalan raya. Fakta ini memperlihatkan bahwa mugger bukan hanya predator kuat, tetapi juga penjelajah yang mampu beradaptasi dengan kondisi geografis yang menantang.
4. Ritual kawin yang melibatkan sentuhan dan gestur halus

Meski dikenal sebagai predator kuat, mugger crocodile ternyata memiliki perilaku kawin yang cukup lembut. Meskipun informasi spesifik tentang ritual kawin mugger masih terbatas, penelitian pada kerabat dekatnya memberikan gambaran penting tentang dinamika mereka.
Melansir Animal Diversity Web, mugger menggunakan isyarat tubuh dan sentuhan sebagai bentuk komunikasi. Jantan dan betina sering saling mengusap atau menggesekkan kepala untuk membangun ketertarikan, serta menghasilkan dengungan rendah sebagai sinyal jarak dekat. Pada beberapa spesies dekatnya, jantan juga berenang mengelilingi betina dan menunjukkan postur tertentu, sementara betina yang siap kawin biasanya mengangkat moncong sebagai tanda penerimaan.
Ritual yang dipenuhi gestur halus ini menunjukkan bahwa proses kawin mugger tidak hanya bergantung pada kekuatan fisik, tetapi juga komunikasi yang sensitif dan kesesuaian pasangan, yang mana hal ini merupakan sisi menarik yang jarang diketahui dari kehidupan buaya rawa.
5. Memiliki kulit sensitif yang berfungsi sebagai “radar” bawah air

Menurut Animal Diversity Web, mugger crocodile memiliki kulit yang tidak hanya tebal dan kuat, tetapi juga berfungsi sebagai organ sensorik yang sangat canggih. Saat menyelam, mereka mengandalkan kulit untuk merasakan getaran dalam air, dengan sistem yang mirip lateral line. Jaringan sensorik ini begitu sensitif hingga mampu mendeteksi perubahan pH air, memungkinkan mereka memahami kondisi lingkungan hanya dari sentuhan dan tekanan halus di sekitarnya.
Kepekaan luar biasa ini tidak hanya berguna untuk menemukan mangsa atau mendeteksi bahaya, tetapi juga memiliki peran tambahan dalam interaksi sosial. Dalam konteks kawin, sensitivitas kulit membantu mereka merespons sentuhan halus seperti gesekan kepala yang dilakukan antara jantan dan betina sebagai bagian dari ritual pendekatan.
Mugger crocodile adalah gambaran betapa kompleksnya kehidupan satwa liar yang sering kali kita pandang hanya sebagai predator ganas. Di balik kekuatan fisiknya, ada kecerdasan adaptasi hingga dinamika sosial yang menarik untuk dipahami. Meski pernah hampir punah akibat perdagangan kulit pada 1950 sampai 1960-an, namun upaya konservasi membuat populasinya perlahan membaik meski masih kecil dan terfragmentasi dengan status Vulnerable oleh IUCN.


















