5 Fakta Pulau Ubin, Pernah Jadi Pusat Tambang Granit di Singapura

- Pulau Ubin dikenal sebagai pulau granit dengan sejarah tambang yang penting bagi pembangunan Singapura.
- Keanekaragaman hayati di Pulau Ubin sangat kaya dan unik, dengan lebih dari 700 spesies tumbuhan asli dan ratusan spesies burung, mamalia, dan hewan lainnya.
- Pulau Ubin mempertahankan budaya kampung tradisional yang jarang ditemukan di Singapura modern, serta menjalankan upaya konservasi dan pelestarian yang intensif.
Pulau Ubin merupakan salah satu pulau kecil di sebelah timur laut Singapura yang mempertahankan suasana pedesaan tradisional di tengah modernisasi kota. Pulau ini memiliki sejarah panjang dan ekosistem yang unik, menjadikannya bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga penting dari segi lingkungan dan budaya.
Pulau Ubin juga berfungsi sebagai kawasan konservasi alam yang melestarikan keanekaragaman hayati dengan berbagai habitat alami mulai dari hutan bakau, rawa-rawa hingga dataran tinggi berbatu. Yuk, simak fakta-fakta Pulau Ubin di bawah ini supaya wawasanmu semakin luas.
1. Dikenal sebagai pulau granit dengan sejarah tambang yang penting

Pulau Ubin berarti "Pulau Granit" dalam bahasa Melayu, sesuai dengan sejarahnya yang pernah menjadi lokasi penambangan granit utama untuk pembangunan infrastruktur Singapura. Pada abad ke-19 dan 20, granit dari pulau ini digunakan untuk membangun struktur penting seperti mercusuar dan jalan penghubung.
Aktivitas tambang ini kini berhenti, namun bekas tambang granitnya masih terlihat dan menjadi bagian dari lanskap alami pulau. Granite quarries yang kini tidak aktif telah berubah menjadi tempat yang menarik secara ekologis, dimana air mengisi bekas tambang dan membentuk danau kecil.
2. Keanekaragaman hayati sangat kaya dan unik

Pulau Ubin adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati di Singapura, dengan lebih dari 700 spesies tumbuhan asli dan ratusan spesies burung, mamalia, dan hewan lainnya. Ekosistem di pulau ini meliputi berbagai tipe habitat seperti hutan bakau, pantai berpasir, laguna lamun, dan rawa-rawa, yang bertemu di satu kawasan sekitar Chek Jawa Wetlands.
Kawasan ini menjadi laboratorium alam bagi para ilmuwan dan konservasionis dalam mempelajari spesies endemik dan interaksi ekosistem tropis. Pengelolaan yang berkelanjutan dan program konservasi terus dilakukan untuk melindungi habitat ini dari kerusakan akibat erosi, perubahan iklim, dan tekanan manusia.
3. Kehidupan masyarakat kampung tradisional masih lestari

Pulau Ubin mempertahankan budaya kampung tradisional yang sudah jarang ditemukan di Singapura modern. Sebagian kecil penduduknya masih menjalani kehidupan sederhana dengan rumah kayu dan kegiatan pertanian skala kecil, menggambarkan bagaimana kehidupan di masa lalu sebelum urbanisasi besar-besaran.
Selain itu, tradisi seperti festival keagamaan dan acara komunitas tetap dijalankan sebagai bagian dari warisan budaya pulau. Ini menjadikan Pulau Ubin sebuah jendela ke masa lalu yang hidup, sekalipun populasi penduduk asli semakin berkurang seiring waktu.
4. Upaya konservasi dan pelestarian yang intensif terus dijalankan

Sejak tahun 2014, pemerintah Singapura bersama komunitas lokal dan berbagai pihak aktif menjalankan Ubin Project yang fokus pada konservasi alam dan budaya Pulau Ubin. Program ini termasuk penanaman ribuan pohon asli, restorasi garis pantai, dan pemulihan habitat mangrove yang penting untuk kestabilan ekosistem.
Pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan partisipasi komunitas menjadi kunci keberhasilan upaya ini. Hasilnya, populasi flora dan fauna pulau mulai meningkat dan habitatnya kembali sehat, menjadikan Pulau Ubin model pengelolaan konservasi yang sinergis antara manusia dan alam.
5. Berperan penting dalam sejarah kolonial dan pembangunan Singapura

Pulau Ubin memiliki peranan strategis dalam sejarah Singapura, terutama di era kolonial Inggris. Tahun 1825, John Crawfurd dari Inggris secara resmi mengklaim Pulau Ubin sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kolonial, menandai awal dominasi Inggris di kawasan itu. Selain itu, pulau ini menjadi pusat penambangan dan pertanian yang mendukung pembangunan kota utama.
Seiring berjalannya waktu, aktivitas ekonomi di Pulau Ubin menyusut, tapi warisan sejarahnya tetap dikenang melalui bangunan kuno, kuil, dan artefak budaya yang tersebar di pulau ini. Pulau Ubin menjadi simbol transisi Singapura dari masa kampung ke kota modern yang maju.
Pulau Ubin lebih dari sekadar tempat wisata, tetapi merupakan warisan alam dan budaya yang kaya dengan sejarah, ekosistem, dan tradisi masyarakat yang langka di Singapura modern. Konservasi dan pelestarian terus dijalankan agar generasi mendatang dapat tetap mengagumi dan mempelajari keunikan pulau ini, sebagai saksi hidup perjalanan panjang Singapura.