Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali Ikan Tangguh yang Bisa Hidup Tanpa Aerator dan Filter

ilustrasi ikan cupang (pexels.com/Tim Mossholder)
ilustrasi ikan cupang (pexels.com/Tim Mossholder)
Intinya sih...
  • Ikan tangguh bisa hidup tanpa aerator dan filter berkat adaptasi morfologi, fisiologi, dan perilaku khusus.
  • Cupang, guppy, molly, paradise fish, gourami, loach, dan reedfish adalah contoh ikan yang bisa bertahan tanpa alat bantu.
  • Perawatan penting agar ikan tetap sehat termasuk penggantian air rutin, pencahayaan dan suhu yang tepat, serta memperhatikan tanda-tanda kesulitan bertahan hidup.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah merasa bingung saat ingin memelihara ikan tapi gak punya aerator atau filter? Anggapan bahwa semua ikan memerlukan alat-alat tersebut untuk bertahan hidup belum tentu benar, lho. Faktanya, ada beberapa ikan yang bisa hidup tanpa aerator dan filter, bahkan mampu bertahan dalam lingkungan dengan oksigen rendah atau tanpa sirkulasi air buatan, lho. 

Dalam artikel ini, kita akan menggali bagaimana ikan-ikan tersebut beradaptasi secara fisiologis dan perilaku agar tetap hidup dalam kondisi yang sering dianggap mustahil. Apa saja, ya, mereka?

1. Mengapa beberapa ikan bisa hidup tanpa aerator dan filter

ilustrasi ikan cupang (pixabay.com/ivabalk)
ilustrasi ikan cupang (pixabay.com/ivabalk)

Ikan-ikan tangguh memiliki adaptasi morfologi dan fisiologi khas, seperti organ yang memungkinkan mereka mengambil oksigen udara langsung dari permukaan. Misalnya, ikan seperti cupang (Betta splendens) dan ikan dari famili Gourami memiliki labyrinth organ yang berfungsi menangkap oksigen dari udara, bukan semata dari air.

Selain itu, jenis-jenis ikan tersebut sering hidup di habitat alami yang sering stagnan, seperti sawah, kolam dangkal, atau genangan setelah hujan, di mana kadar oksigen terlarut rendah. Adaptasi perilaku seperti muncul ke permukaan air dan gulpming air (menelan udara) menjadi bagian dari strategi bertahan hidup mereka. Keren, ya.


2. Cupang, sang pejuang udara dari permukaan

ilustrasi ikan cupang (pixabay.com/ivabalk)
ilustrasi ikan cupang (pixabay.com/ivabalk)

Cupang (Betta splendens) adalah contoh klasik ikan yang bisa hidup dalam kondisi minim oksigen. Karena memiliki labyrinth organ, mereka mampu mengambil oksigen langsung dari udara saat permukaan air terbuka. Ini membuat mereka ideal untuk akuarium kecil yang gak menggunakan aerator, nih.

Namun, bukan berarti cupang bebas dari kebutuhan lainnya, lho. Meskip tanpa aerator atau filter, kita tetap harus rajin mengganti air, menjaga kebersihan dasar akuarium, dan gak memberi makanan berlebihan. Jika air terlalu kotor atau penuh amonia, cupang tetap akan stres atau sakit.


3. Guppy dan molly jadi pilihan ramah untuk pemula

ilustrasi ikan guppy (pixabay.com/Zucky123)
ilustrasi ikan guppy (pixabay.com/Zucky123)

Guppy (Poecilia reticulata) sangat populer di kalangan pemula karena warna cerah dan kebiasaan perkembangbiakan yang mudah. Ikan ini dapat bertahan hidup dalam kondisi dengan oksigen rendah ringan, terutama jika kita melakukan penggantian air secara rutin dan gak mengisi akuarium sampai padat.

Molly juga mirip dengan guppy, kok. Mereka dikenal memiliki toleransi yang cukup baik terhadap fluktuasi kualitas air dan bisa hidup dalam kondisi minim aerasi, asalkan habitatnya gak terlalu penuh, dan ada tanaman atau benda hidup-mati yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem mikro.


4. Paradise fish dan gourami, para ahli oksigen di permukaan

ilustrasi paradise fish (youtube.com/VDO English)
ilustrasi paradise fish (youtube.com/VDO English)

Paradise fish adalah anggota famili Labyrinthidae seperti cupang dan gourami, yang memiliki adaptasi untuk bernapas dari udara langsung. Mereka bisa bertahan di kolam atau wadah yang oksigennya rendah, karena organ labirin memungkinkan pertukaran gas udara-air yang cukup.

Gourami, seperti moonlight gourami, bisa hidup dalam air tenang dengan sedikit oksigen terlarut karena kemampuan bernapas lewat permukaan dan struktur tubuh yang mendukung, lho.

5. Loach, reedfish, dan jenis ekstrem lainnya yang luar biasa

ilustrasi reedfish (youtube.com/Scoobz N Petz)
ilustrasi reedfish (youtube.com/Scoobz N Petz)

Ada juga ikan-ikan yang tinggal di habitat ekstrem dan mampu bertahan dalam kondisi oksigen sangat rendah. Contohnya, loach tertentu bisa menyesuaikan diri dengan water body yang stagnan dan mengambil oksigen sesekali dari permukaan.

Reedfish (Erpetoichthys calabaricus) adalah ikan yang punya paru-paru tambahan selain insang, memungkinkan hidup di air yang hampir kekurangan oksigen. Mereka bisa sangat berguna sebagai contoh ekstrem adaptasi dalam dunia ikan.


6. Tips praktis merawat ikan tanpa aerator dan filter agar tetap sehat

ilustrasi ikan cupang (unsplash.com/Huy Phan)
ilustrasi ikan cupang (unsplash.com/Huy Phan)

Meski ikan-ikan ini tangguh, tetap ada perawatan penting agar mereka gak stres, ya. Yang terpenting, kualitas air harus dijaga dengan disiplin meski tanpa aerator dan filter. Berikut beberapa tips praktis yang bisa kita terapkan:

1. Penggantian air rutin

Lakukan penggantian 20–30 persen air setiap 3–5 hari. Hal ini membantu mengurangi amonia, nitrit, dan zat berbahaya lain yang dapat menumpuk. Air yang segar akan membuat ikan lebih aktif dan sehat.

2. Tanaman air hidup

Tanaman seperti anubias, eceng gondok, atau hornwort membantu menambah oksigen melalui fotosintesis. Tanaman juga berfungsi sebagai filter biologis alami yang menyerap nitrat. Ini membuat air tetap jernih dan stabil.

3. Batasi jumlah ikan

Jangan memelihara terlalu banyak ikan dalam satu wadah. Semakin padat ikan, semakin cepat oksigen habis dan air kotor. Lebih sedikit ikan akan mengurangi risiko stres dan penyakit.

4. Bersihkan sisa makanan

Makanan yang gak dimakan akan membusuk dan mencemari air. Bersihkan sisa makanan setiap hari atau gunakan pakan secukupnya. Kebiasaan kecil ini sangat membantu menjaga kualitas air.

5. Gunakan batu atau kayu alami

Hiasan alami seperti batu sungai atau kayu apung bisa menjadi tempat tumbuh bakteri baik. Bakteri ini membantu mengurai sisa makanan dan kotoran, sehingga ekosistem lebih seimbang.

6. Perhatikan pencahayaan dan suhu

Suhu terlalu panas akan mengurangi kadar oksigen terlarut. Pastikan akuarium gak terkena panas langsung dan jaga pencahayaan secukupnya agar ikan gak stres.


7. Risiko dan tanda ikan mulai kesulitan bertahan hidup

ilustrasi ikan cupang (pexels.com/senoaji1989)
ilustrasi ikan cupang (pexels.com/senoaji1989)

Meski ikan ini tangguh, tetap ada risiko bila perawatan gak konsisten, lho. Kita perlu memahami tanda bahaya agar bisa bertindak cepat. Berikut yang harus diwaspadai:

1. Gejala kekurangan oksigen

Ikan berenang di permukaan, mulutnya terbuka lebar seperti megap-megap, dan gerakannya lambat. Warna tubuh bisa memudar akibat stres. Ini tanda air harus segera diganti atau jumlah ikan dikurangi.

2. Lonjakan amonia dan nitrit

Amonia tinggi dapat merusak insang ikan dan membuatnya sulit bernapas. Nitrit menyebabkan darah gak mampu membawa oksigen. Gunakan test kit sederhana untuk mengecek kualitas air secara rutin.

3. Lingkungan terlalu kotor

Air yang berbau busuk atau keruh adalah tanda limbah menumpuk. Lingkungan kotor memicu pertumbuhan bakteri berbahaya dan parasit. Segera lakukan pembersihan dan penggantian air sebagian, ya.

4. Suhu air gak stabil

Perubahan suhu yang ekstrem bisa membuat ikan lemas atau shock. Usahakan suhu tetap stabil dengan menghindari paparan sinar matahari langsung atau suhu ruangan yang terlalu rendah.

5. Perilaku abnormal

Jika ikan sering berdiam di dasar, menggosokkan tubuh ke batu, atau tampak lesu, ini indikasi masalah kesehatan. Tindakan cepat seperti isolasi ikan sakit bisa menyelamatkan yang lain.
Kini kita tahu, kan, bahwa memang ada ikan yang bisa hidup tanpa aerator dan filter, berkat adaptasi unik seperti organ labirin, paru tambahan, atau kemampuan bernapas dari permukaan. Dengan memahami cara kerja dan kebutuhan ikan, kita bisa merawat mereka dengan lebih bijaksana, bukan hanya sekadar bertahan hidup, tapi juga hidup dengan baik dan bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Apakah Titan itu Nyata? Ini Jawaban Berdasarkan Sains

04 Des 2025, 21:29 WIBScience