5 Fakta Sel HeLa, Sel Manusia yang Jadi Sel Immortal Pertama

Tubuh manusia terdiri atas triliunan sel, di mana setiap sel memiliki masa hidup yang berbeda tergantung dari jenisnya. Selama manusia hidup, tubuh akan selalu memproduksi sel baru untuk mengganti sel yang mati dan rusak. Ketika manusia mati, seluruh sel pada tubuhnya juga akan mati.
Sel dapat bertahan hidup sementara waktu walau berada di luar tubuh, tergantung dari jenis sel dan lingkungan tempat sel disimpan. Namun, para ilmuan dikejutkan oleh penemuan sel immortal, yang diperoleh dari tubuh manusia yang sedang sakit. Sel tersebut kemudian dinamakan sel HeLa.
Nama sel dan sel itu sendiri diambil dari wanita berkulit hitam bernama Henrietta Lacks pada tahun 1951, ketika Henrietta masih hidup. Sel HeLa disebut sebagai sel abadi karena hingga saat ini sel tersebut masih hidup dalam kultur sel dan secara aktif memperbanyak diri, walau Henrietta telah meninggal puluhan tahun lalu. Simak fakta menarik lainnya dari sel HeLa dalam daftar di bawah ini.
1. Merupakan sampel dari sel kanker rahim

Henrietta Lacks adalah seorang petani tembakau dan ibu dari lima orang anak. Pada tahun 1951 ia memeriksakan diri ke dokter di rumah sakit Johns Hopkins karena memiliki keluhan. Setelah diperiksa, ternyata Henrietta mengidap penyakit kanker rahim.
Dilansir British Society for Immunlogy, dokter yang menangani Henrietta, Howard Jones, mengambil sampel sel kanker tersebut untuk diteliti. Sampel tersebut kemudian diberikan pada George Otto Gey, ilmuan yang meneliti sel kanker di rumah sakit tersebut.
Sayangnya, tak lama setelah diperiksa Henrietta meninggal di usia 31 tahun pada 4 Oktober 1951. Yang mengejutkan, sampel sel yang diambil dari Henrietta tetap hidup dan aktif membelah diri, hingga sekarang.
2. Diambil dan digunakan tanpa sepengetahuan dan izin Henrietta Lacks maupun keluarganya

Biopsi umum dilakukan ketika seorang pasien mengidap kanker. Prosedur ini dilakukan dengan sepengetahuan dan izin pasien. Namun, dokter dan peneliti yang menangani Henrietta melakukan biopsi tanpa sepengetahuan dan izin Henrietta maupun keluarganya. Dilansir British Journal of Medication, hal ini dapat dianggap sebagai pelanggaran etika.
Ketika hasil biopsi menunjukkan bahwa sel tersebut bukan merupakan sel kanker biasa, para ilmuan menjadikannya bahan penelitian tanpa memberitahu pasien dan keluarganya. Dilansir Time, keluarga Henrietta baru mengetahui keberadaan sel HeLa pada tahun 1973.
Saat itu ilmuan yang meneliti sel HeLa mengunjungi keluarga Henrietta karena membutuhkan sampel DNA dari keluarga dan keturunan Henrietta untuk memetakan gen Henrietta. Nature melansir bahwa mereka akhirnya meminta persetujuan dari pihak keluarga Henrietta untuk mempublikasikan data genom dan penemuan sel abadi pertama yang berasal dari Henrietta.
3.Memiliki lebih banyak kromosom dari sel manusia normal

Henrietta meninggal akibat kanker rahim yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papillomavirus). Layaknya sel kanker pada umumnya, genom sel HeLa juga rusak akibat mutasi. Dalam kasus ini, mutasi gen sel HeLa disebabkan oleh virus HPV.
Mutasi ini membuat sel HeLa memiliki jumlah kromosom yang abnormal, di mana sel ini memiliki jumlah kromosom yang jauh lebih banyak. Dilansir tebubio sel HeLa memiliki 76 -- 80 kromosom, sementara sel normal manusia hanya memiliki 46 kromosom.
4. Berkembang lebih cepat dari sel kanker pada umumnya

Sel HeLa tidak hanya bertahan hidup, namun juga berkembang dengan sangat cepat. Dilansir Science ABC, sel ini mampu memperbanyak diri menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 24 jam. Kemampuan sel HeLa memperbanyak dirinya dalam waktu yang begitu cepat ternyata disebabkan oleh enzim telomerase yang terlalu aktif.
Enzim telomerase merupakan enzim yang berfungsi untuk menyambung atau menambahkan DNA di ujung kromosom, sehingga sel tetap tumbuh dan bertambah banyak. Enzim ini banyak ditemukan pada sel kanker. Pada sel normal, kadar enzim ini sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Singkatnya, ada tidaknya enzim ini mempengaruhi proses penuaan sel. Semakin besar kadar enzim, semakin lambat pula penuaan sel. Enzim telomerase yang terlalu aktif membuat sel HeLa juga digunakan dalam penelitian terhadap penuaan dini dan anti-aging.
5. Digunakan dalam berbagai penelitian virus dan vaksin

Sel HeLa pertama kali digunakan pada penelitian virus polio. Di masa ketika Henrietta meninggal, polio merupakan penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat. Dilansir Harvard University, sel HeLa dianggap sebagai media yang tepat untuk mempelajari patogenesis virus polio, karena merupakan sel manusia yang hidup. Penelitian ini kemudian menghasilkan vaksin polio.
Ahli virus asal Jerman, Harald zur Hausen, juga melakukan penelitian terhadap sel HeLa. Ia menemukan bahwa HPV menjadi penyebab kanker serviks, yang menyebabkan kematian Henrietta. Penemuan virus ini kemudian membawa kepada penelitian yang menghasilkan vaksin HPV.
Sel manusia yang hidup dianggap sebagai wadah yang tepat untuk menguji vaksin tanpa mengorbankan manusia. Alasan tersebut membuat sel HeLa digunakan dalam berbagai penelitian seperti penelitian pembuatan vaksin COVID-19, dan penelitian untuk pengobatan HIV/AIDS.
Sel HeLa merupakan sel kanker yang menyebabkan Henrietta Lacks meninggal. Sel ini masih tetap hidup dan aktif hingga saat ini, dan berperan besar dalam penemuan berbagai vaksin dan pengobatan yang menyelamatkan banyak orang.